Home / Pernikahan / Kejutan di Rumah Majikan / Chapter 61 - Chapter 70

All Chapters of Kejutan di Rumah Majikan: Chapter 61 - Chapter 70

127 Chapters

Hotel

"Sa--yang."Hani melihat wajah nyonya Greta yang sudah merah padam menahan amarah. Sambil memegang wajahnya. Nyonya Greta membiarkan Niko, menonjok wajah suaminya itu."Sayang, aku bisa menjelaskan semuanya.""Diam kamu, mas!""Sayang, kamulah satu-satunya di dalam hatiku. Bisa aku jelaskan semuanya padamu."Wajah Bram terlihat sangat ketakutan. Mungkin saja dia takut, apa yang dibicarakan olehnya dan seseorang tadi didengar oleh istrinya."Dari mana saja kamu mas?" Cecar nyonya Greta, menahan emosinya.Bram menghela napas panjang. Ternyata apa yang dia takutkan tak terjadi. Dia berpikir istrinya telah mendengar perbincangannya tadi dengan Naya. Pertanyaan nyonya Greta barusan membuat hatinya lega. Tapi apa alasan Niko memukul dirinya."Jawab mas!" Suara nyonya Greta meninggi. Sepertinya dia sudah tak tahan dengan sikap dan kelakuan suaminya itu."Sayang, aku baru pulang dari perusahaan kita. Melihat perkembangan perusahaan, karena selama ini kamu kan sedang sakit. Jadi aku berniat
Read more

Bram kesal

"Apa yang kamu lakukan?" Geram Bram tak suka."Aku melakukan apa yang aku inginkan. Tak ada urusannya denganmu. Sebenarnya aku yang harus bertanya, apa yang kalian lakukan di sini. Masih sepagi ini, dan kalian sudah mulai bermain," jawab Niko santai."Apa maksud kamu Bram. Kami di sini ingin bertemu klien baru kami," tukas Bram membela dirinya, diikuti anggukan tanda setuju dari Naya."Aku tak perduli, bagiku mendapatkan satu bukti sudah lebih dari cukup.""Kau jangan coba macam-macam denganku!" Tantang Bram penuh emosi."Aku ingin melihat sejauh mana keberanian kamu," cibir Niko menegaskan.Membuat wajah Bram memerah menahan amarah.Sedang Niko tersenyum puas, berhasil memprovokasi Bram.Dia pun berlalu pergi. Melihat tingkah Bram membuat dia semakin emosi. Yang terpenting sekarang adalah selalu bersama kakaknya dan memberikan perawatan terbaik, agar bisa cepat sembuh dan mulai berkativitas lagi Saat masuk ke dalam mobil, ponsel Niko ternyata ketinggalan.Ada enam panggilan tak terja
Read more

Ketukan pintu

Sebelumnya, saat Hani dan mbok Rumi akan kembali ke kamarnya masing-masing."Hani," panggil tuan Bram."Iya tuan.""Aku bosa meminta bantuan kamu?"Meski tubuh Hani sudah sangat lelah, dan menginginkan segera beristirahat. Hani mengangguk. Meminta mbok Rumi untuk kembali terlebih dahulu ke kamarnya. Karena Hani juga sangat tahu, mbok Rumi juga membutuhkan banyak istirahat."Ikuti aku," tambah Niko lagi.Hani mengikutinya dari belakang. Sejak tadi Bram mengurung diri di kamar ibunya. Membuat Niko kebingungan, bagaimana caranya untuk membersihkan tubuh kakaknya. Beruntung Hani belum kembali ke kamar miliknya. Sehingga Niko masih bisa meminta bantuannya. "Tolong bersihkan tubuh kak Greta, dan mengganti pakaiannya dengan pakaian tidur," pinta Niko."Baik tuan," jawab Hani mengerti. Lalu melakukan tugasnya.Seharusnya sebagai suami Bram lebih peka pada kebutuhan istrinya. Namun entah kenapa sejak tadi bahkan sejak kepulangannya pag tadi Bram enggan keluar. Begitu pun saat waktunya makan.
Read more

Tolong tuan

HhhmmmmpptthhhHani terus meronta meminta dilepaskan. Berharap di dalam hatinya agar bisa terbebas dari kungkungan tubuh kekar pria, yang seharusnya masih berstatus suami baginya. Tapi tidak, kali ini dia bukan istrinya lagi. Hani sudah bertekad dalam hati, agar mengubur masa lalunya. Dan setelah masa kontraknya selesai, dia memutuskan untuk meminta cerai pada Bram.Sejak tinggal di kediaman mewah istrinya, kini Hani sudah menjadi wanita yang sangat cantik. Meski tanpa perawatan, tinggal di kota besar membuat kulit Hani semakin bersih dan terawat. Saat pulang ke rumah pagi tadi. Hani yang membuka pintu utama. Hati Bram langsung berdesir kembali. Namun apa daya, rumah ini terlalu banyak mata. Hingga akhirnya Bram memutuskan masuk ke kamar ibunya. Mendinginkan tubuhnya di bawah guyuran air dingin di dalam kamar mandi.Sepanjang hari Bram duduk di kamar mandi. Hingga makanannya pun, dibawa masuk ke dalam kamar. Berharap, rasa panas dan gejolak gairah dalam tubuhnya dapat diredam."Kamu k
Read more

Tak ingin lagi

Mata Bram membulat, terkejut dengan kedatangan Niko secara tiba-tiba.Dengan wajah merah padam Niko mendekati Bram, lalu tanpa ampun memukul wajah dan tubuh Bram bertubi-tubi. Niko terus memukul Bram, tanpa ada perlawanan darinya."Cukup Niko, aku bilang cukup," ucap Bram memohon, agar Niko menghentikan aksinya.Bram juga harus berpikir dua kali, jika dia ingin membalas memukul, adik kandung istrinya ini.Sedang Hani berlari dan duduk di pojok kamarnya, ketakutan.Setelah puas memukul Bram, Niko menendangnya keluar dari kamar Hani.Lalu pandangannya segera mengarah pada Hani yang ketakutan setengah mati.Bram berlalu pergi dari kamar Hani. Hening malam semakin dingin. Tapi tidak dengan Niko. Hatinya rasanya terbakar api amarah yang menggebu. Bagaimana kalau tadi dia tak keluar memutuskan untuk mencari udara segar. Walau Niko tahu Hani masih berstatus istri dari Bram. Tapi Hani tak menginginkan keberadaan Bram di sana. Biar bagaimana pun, penting untuk memperhatikan kenyamanan seseor
Read more

Murka

Pagi-pagi sekali nyonya Greta berusaha untuk bangun dan segera membersihkan diri. Sepertinya dia tak ingin penyakit yang sekarang menggerogoti tubuhnya, membuat dia terpaku di tempat tidur. Setidaknya pagi ini dia bangun dan turun ke lantai bawah, menikmati sarapan di meja makan."Selamat pagi kak," sapa Niko yang juga baru saja turun dari lantai atas.Melihat kini kakaknya sudah bisa bangun dan duduk di meja makan membuat hati Niko sedikit lega."Selamat pagi juga," balas nyonya Greta.Ibu Siti dan Nita yang sudah sejak tadi duduk di meja makan di abaikan oleh Niko. Dia malas melihat anggota keluarga yang pada saat ini sudalh mulai berani memanfaatkan kekayaan kakaknya."Lho ibu, mas Bram kemana? Sejak kemarin dia tak nampak. Apa dia tak pulang dari kemarin ya?""I--tu nak Greta, Bram masih tidur di kamar ibu," jawab ibu Siti terbata.Takut jika dia salah berbicara, dan nyonya Greta akan marah pada mereka."Kok, mas Bram tidur di kamar ibu?" Tanya nyonya Greta tak suka.Seharusnaya,
Read more

Dengarkan

"Di mana Hani?"Tanya nyonya Greta tak sabar.Niko mengernyitkan dahi, heran atas sikap kakaknya seperti itu.Tidak biasanya nyonya Greta mengeluarkan amarah tanpa alasan. Niko melihat ke arah Bram, dan curiga sesuatu telah terjadi."Kenapa kakak mencari Hani?""Kamu adikku Niko, jangan pernah sekali pun tergoda dengan wanita tak tahu diri itu. Hanya gara-gara Hani, kamu memukul mas Bram hingga wajahnya penuh lebam begitu," ujar nyonya Greta penuh emosi.Tak suka jika seseorang menyakiti suaminya, apa lagi adik kandungnya sendiri."Aku memukulnya karena memiliki alasannya kak.""Iya kakak tahu, apa alasan kamu masuk ke kamar pelayan, Niko. Kakak tak mengerti jalan pikiran kamu. Kalau mas Bram tak mengambil foto kalian semalam, kakak tak akan mempercayai perkataannya.""Apa yang kakak katakan, Bram mengambil foto kami berdua?"Nyonya Greta mengangguk."Di mana Bram sekarang?" Geram Niko tak suka jika Bram kini sedang mengadu domba dirinya."Ada di kamar ibu mertua.""Dasar pria licik,
Read more

Mulai berani

Nyonya Greta menghela napas panjang. Tak menyangka jika sikap Niko mulai kurang ajar apa lagi pada suaminya. Harusnya Niko bisa menghargai mas Bram. Nyonya Greta sangat heran tak biasanya seperti ini.Hani yang sejak tadi mendengar semua pertengkaran mereka memilih menghindar. Takut jika dia akan memicu pertengkaan yang lainnya."Sudah Hani, tenangkah. Mbok Rumi tahu kamu tak bersalah."Hani membalikkan badannya lalu dengan cepat mengusap pipinya. Mbok Rumi tersenyum, lalu mengelus lembut punggung Hani."Semalam mbok mendengar keributan di kamar kamu. Tapi mbok sangat takut, apa lagi ada tuan Bram dan tuan Niko yang ribut. Maafkan mbok yang tak bisa membantu kamu.""Makasih mbok, sudah percaya sama Hani."Mbok Rumi memeluk Hani dengan erat."Ya sudah, ayo kita kembali bekerja. Nyonya Greta mungkin sudah kembali ke kamarnya."Hani mengangguk menyetujui.Dia lalu bergegeas melakukan rutinitasnya, mencuci pakaian.Tapi Hani sadari, tiba-tiba Bram sudah ada di belakangnya."Hani," panggil
Read more

Rencana Bram

"Ikuti aku!" Perintah Bram menggengam pergelangan tangan Hani.Langkah Bram yang tergesa-gesa menarik dirinya denggan sangat kasar."Lepaskan mas, sakit," teriak Hani kesakitan.Tapi sayang Bram tak mengindahkan rasa sakit Hani.Dia terus menyeret Hani dengan langkah panjangnya menuju ke kamar Hani melewati taman belakang. Agar tak dicurigai para pelayan yang sedang berada di dapur."Sakit mas, lepaskan aku bilang, " ujar Hani. Dia sudah tak tahan lagi, pergelangan tangannya kini memerah akibat cengkraman tangan Bram yang sangat kuat."Buka pintunya!" Perintah Bram dengan kasar lagi. Saat mereka tiba di depan pintu kamar Hani.Hani tak berdaya, tangannya merogoh isi saku celemeknya, dan mengeluarkan kunci kamar. Sekali putaran kunci, pintu kamar Hani pun terbuka lebar-lebar."Masuk!"Bram mendorong tubuh Hani masuk, dan membuat Hani terjungkal jatuh ke lantai.Dengan kasarnya, Bram mulai membuka dan membongkar lemari Hani. Satu per satu pakaian Hani di keluarkan dari lemari. Setiap
Read more

Kopi untuk Niko

"Kerja bagus, adikku," ucap Bram puas dengan hasil kerja adiknya.Nita tersenyum saat Bram turut masuk ke kamar Niko. Tanpa permisi Bram mengacak semua isi kamar Niko. Mencari seluruh benda yang akan mengancam hidup mereka dalam rumah mewah milik istrinya ini. Harus didapatkan secepatnya."Bagaimana kak, sudah dapat?" Tanya Nita pelan.Takut suaranya didengar oleh Niko.Bram tak menjawab, dia subuk mencari di sela-sela baju Niko dalam lemari.Nita jiga sesekali membantu kakaknya."Ketemu kak," teriak Nita.Bram menoleh ke arah adiknya.Ternyata ponsel Niko berada di bawah laci meja kerjanya.Bram mendekati adiknya. Sedang Nita memperhatikan ponsel Niko dengan seksama. Ponselnya menggunakan layar kunci. Membuat Bram sedikit kecewa. Tak tahu bagaimana cara membukanya. Namun Nita tak kehilangan akal. Dia lalu mengambil jari Niko dengan perlahan, dan menempelkan ke latar ponsel milik Niko. Terbuka seperti harapannya "Berhasil kak," teriak Nita kegirangan."Kerja bagus adikku, kamu mema
Read more
PREV
1
...
56789
...
13
DMCA.com Protection Status