Semua Bab Dinikahi Mantan Adik Ipar: Bab 21 - Bab 30

59 Bab

Dua Puluh Satu

Atisha duduk termenung di pinggir kolam renang sambil menurunkan kedua kakinya di dalam kolam, Ia menatap saksama permukaan air. Beberapa kali ia menunggu akan ada bayangan lain di sampingnya dan ikut bergabung bersamanya, lalu bayangan itu akan menanyakan seluruh aktivitasnya pada hari itu. "Atisha, kamu ngapain di situ?!" Panggilan itu membuat Atisha menoleh sambil tersenyum. Ia lalu mengangkat kakinya yang mulai mengerut karena terlalu lama di dalam air. Dengan langkah tergopoh-gopoh Atisha menghampiri ibu mertuanya."Mama di sini? Sama siapa?" Tanya Atisha dengan senyum mengembang lalu mencium punggung tangan mertuanya, ia selalu bahagia jika mertuanya bertandang ke rumah mereka."Sama papa kamu. Kamu habis ngapain?" Raisa bertanya lembut. Menatap menantunya yang terlihat sangat kurus dan pucat, bahkan lingkar matanya sangat kontras dengan wajah putih bersih Atisha. Perempuan itu lalu mengalihkan tatapannya pada gamis bagian bawah menantunya yang basah kuyup kemudian menggeleng sa
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-10-04
Baca selengkapnya

Dua Puluh Dua

Atisha terbangun pukul satu dini hari. Ia duduk termenung di atas tempat tidur, sambil menatap bagian kosong di sampingnya. Membayangkan Raffan masih terbaring di sisinya seperti 432 malam sebelumnya dimana mereka melarung mimpi bersama. Bayangan ketika mereka tertawa bersama setelah sesi tarik menarik selimut hingga terjungkal ke lantai, suara tawa mereka masih menggema merdu di telinganya. Membuat Atisha tersenyum sambil mengusap air matanya. Atisha menghela nafas panjang, begitu sulit hidup tanpa Raffan, begitu sakit setiap setiap langkahnya kala kenyataan mencekiknya, kenyataan menghantamnya berkali-kali bahwa Raffan kini fatamorgana, hanya terpatri di hati dan melekat kuat dalam memori ingatannya, namun mustahil ia sentuh. Ia tak akan bisa memeluk pria itu kala hatinya diamuk rindu. "Aku nggak kuat Raffan! Hiks ..." Atisha menangis tersedu sambil memeluk piama suaminya yang couple dengan piama yang ia kenakan. "Aku nggak kuat," lirihnya dengan nafas sesak. Bagaimana ia bisa t
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-10-05
Baca selengkapnya

Dua Puluh Tiga

"Pagi Ma," Sapa Atisha di ruang makan. Setelah beberapa bulan menghabiskan banyak waktu mengurung diri di kamar, perempuan itu akhirnya akan kembali bekerja di rumah sakit setelah melewati masa Iddah-nya. Atisha mencoba tersenyum di balik cadarnya sambil merapikan jas putih yang disampirkan di lengannya."Rapi sekali pagi-pagi, yakin sudah mau kembali bekerja hari ini?" Raisa menatap gadis yang sudah ia anggap seperti putri kandungnya itu."Ia, Atisha berangkat ya, Ma, Pa." Atisha mencium punggung tangan keduanya sebelum bergegas buru-buru."Atisha, kamu nggak sarapan dulu?" Raisa menggeleng pelan melihat tingkah anak menantunya itu. Namun ia sedikit lega, Atisha tidak se desparate dua bulan pertama kepergian Raffan, setidaknya akhir-akhir ini Atisha sudah mulai belajar mengikhlaskan kepergian suaminya."Enggak sempat Ma, nanti Atisha sarapan di kafetaria rumah sakit," ujar Atisha sambil melangkah keluar dapur, berpapasan dengan Rayyan yang masih menguap lebar sambil, mengangkat kedua
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-10-06
Baca selengkapnya

Dua Puluh Empat

“Kamu tau kenapa kita dipertemukan?” Tanya Pria itu sambil memeluknya dari belakang, berbisik diatas kepalanya sambil menatap senja ditemani gelombang laut yang menyilau indah. Cahaya jingga menerpa wajahnya yang rupawan, membuat perempuan dalam dekapannya begitu terpukau. Perempuan itu tak berkedip sama sekali, saat sang pria itu menatapnya jatuh tepat di matanya, membuat jantungnya berdetak seriuh debur ombak. “Kamu tau nggak?” Tanyanya lagi, membuat Atisha mengernyit, lalu menatap ujung gamisnya yang dijilat air laut. “Yah, karena takdir kali,” jawab Atisha sekenanya, membuat Raffan tersenyum sambil mengelus sayang kepala istrinya yang tertutup jilbab. “Karena Tuhan tau, bahwa aku butuh kamu dalam hidup aku,” Sambung Raffan, sambil memegangi ujung cadar istrinya yang hampir tersingkap karena terpaan angin. “Kamu tau nggak, apa yang lebih indah dari matahari yang hampir tenggelam di ufuk barat itu, apa yang paling indah dari laut sore ini?” tanyanya lagi, membuat Atisha mengge
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-10-08
Baca selengkapnya

Dua Puluh Lima

Rayyan menghela nafas gusar sambil menjentikkan jari di atas kemudi. Mereka telah tiba beberapa menit lalu, namun entah mengapa ada rasa tak tega pada dirinya untuk membangunkan perempuan di sampingnya. Atisha terpejam dengan kepala bertumpu pada sisi jendela mobil, hela nafasnya terdengar lembut dan teratur. Hingga pada menit ke sepuluh, pria itu akhirnya berucap, "Atisha, bangun! Kita sudah sampai ..." Rayyan menoleh menatap Atisha. "Atisha, ini sudah di depan rumah, bangun!" Atisha mengerjap, menatap keluar jendela, menguap lebar dibalik maskernya."Hmmm ... Eh, maaf ya, sudah merepotkan. Terima kasih," Lirihnya sambil menunduk, sebelum membuka pintu. Rayyan hanya mengangguk, membiarkan Atisha berlalu memasuki rumah lebih dulu. Selepas sholat subuh, Atisha sibuk di dapur menyiapkan sarapan. Atisha menyeka air matanya yang tiba-tiba jatuh, saat menyadari bahwa sudah lama sekali ia tak memasak lagi, terakhir ia masak menu yang sama seperti yang ia buat hari ini, bistik ayam kesukaa
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-10-09
Baca selengkapnya

Dua Puluh Enam

"Cantik sekali sih ponakan aunty," ucap Atisha sambil mengecup pelan bayi dua bulan yang sedang ia timang. Ia baru sempat menjenguk bayi sahabatnya karena baru kemarin lepas masa Iddah yang ia lewati dengan mengurung diri di rumah mertuanya. Biasanya Rani yang menjenguknya tapi tidak pernah membawa si cantik Kalila. "Ia dong aunty, kan mamanya juga cantik." Rina terkekeh menatap Atisha."Jadi setelah ini, apa rencana kamu Atisha? Kamu sudah berdamai dengan keadaan kan?" Rina berdiri di samping Atisha sambil memainkan jari mungil bayinya. Atisha menghela nafas berat."Memang nggak mudah, aku nggak bisa ngebayangin bagaimana berada di posisi kamu. Aku nggak bakal sanggup kehilangan orang yang aku cintai, hufft... Tapi, hidup harus tetap di jalani, aku percaya kamu kuat. Tuhan nggak akan ngasih cobaan di luar batas kemampuan hambanya." Rina menarik pelan lengan Atisha membimbingnya untuk duduk di sofa. Lalu hendak mengambil alih Kalila yang sedang pulas dalam dekapan sahabatnya untuk di
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-10-10
Baca selengkapnya

Dua Puluh Tujuh

Atisha sedang memilih bahan makanan bersama ibu mertuanya, sementara Rayyan mendorong troli di belakang mereka. Ini kali pertama pemuda itu melakukannya, selama ini hanya Raffan yang selalu bersedia menemani para wanita dirumahnya belanja. Sebenarnya Rayyan sangat malas melakukannya, namun karena tak ingin melihat kesedihan mamanya lagi kala mengenang kakaknya, akhirnya pemuda itu dengan enggan terpaksa menurut. "Mama mau beli daging wagyu nggak?" Tanya Atisha pada mertuanya saat mereka sedang berada di depan freezer daging."Ambil aja, nanti dibuat steak." Atisha menoleh, sejak kapan suara mertuanya jadi ngebas dan ketus, Rayyan mengedikan bahu saat ditatap oleh perempuan bercadar di hadapannya. "Mama mana?" tanya Atisha."Tadi ke sana sama Bibi," ucap Rayyan sambil menoleh ke rak sebelah."Oh ..." ucap Atisha sambil memilih daging."Udah?" Tanya Rayyan lagi, lalu mendorong trolinya menuju ke freezer sebelah. "Beli lobster dan kepiting juga sekalian," imbuhnya pada Atisha, perempua
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-10-11
Baca selengkapnya

Dua puluh delapan

"Saya terima nikah dan kawinnya Atisha Namira binti Edward dengan maskawin seperangkat alat sholat dan satu set berlian dibayar tunai!” Rayyan berucap dalam satu helaan nafas dengan tegas dan lugas, penghulu menatap para saksi yang kemudian dibalas dengan kata, “Sah!” Sebulan setelah pembicaraan dimeja makan, pernikahan Rayyan dan Atisha benar-benar dilangsungkan secara sederhana dan tertutup hanya di hadiri orang-orang terdekat, Atisha mengenakan gaun brokat putih sederhana serta cadar yang menutupi wajahnya dan Rayyan dengan setelan jas dengan warna senada. Untuk pertama kalinya Atisha menyentuh tangan mantan adik iparnya yang telah sah menjadi menjadi suaminya, menyalimi dengan air mata yang hampir tumpah saat menyadari satu hal, ia bukan lagi istri Raffan Ardian Ghifari melainkan istri dari Rayyan Arkana Ghifari. Saat Rayyan menyentuh kepalanya, sambil melafalkan doa dengan lirih, disana lah ia menitihkan air matanya, segala rasa berkecamuk di hatinya. Rayyan menatap istrinya, per
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-10-12
Baca selengkapnya

Dua Puluh Sembilan

Rayyan menggeliat pelan, saat matahari yang menerobos dari celah gorden menerpa wajahnya. Pria itu tersenyum dengan mata yang masih terpejam, seolah sesuatu yang sangat luar biasa baru saja terjadi dalam hidupnya. Pria itu meraba sisinya, mencari sosok yang telah memberinya kepuasan semalaman suntuk kembali ia rindukan. Dengan malas pria itu membuka matanya saat tempat di sisinya terasa dingin dan kosong. Rayyan masih tersenyum menatap dirinya yang polos dibalik selimut, menjadi bukti bahwa semua yang ia alami, hal yang selama ini begitu mustahil menjadi kenyataan tapi faktanya memang benar-benar terjadi, ia telah berhasil menaklukkan Atisha Namira, perempuan sombong yang pernah meluluh lantakkan hatinya. Semalam memang bukan yang pertama kali baginya, tapi merupakan hal yang paling indah yang pernah ia alami, perempuan itu benar-benar memabukkan, murni dan belum pernah terjamah.Tunggu, bukankah perempuan yang ia nikahi itu adalah janda dari almarhum kakaknya, bagaimana mungkin Atish
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-10-13
Baca selengkapnya

Tiga Puluh

Atisha mengerjap pelan saat cahaya mulai menyergaap netranya saat mulai terjaga, kemudian meringis saat kepalanya pusing dan terasa berat. "Alhamdulillah, akhirnya mbak sudah sadar. Jangan bangun dulu mbak, istirahat saja dulu," ucap seorang wanita berhijab syar'i di hadapannya. "Ini dimana?" Atisha menatap sekeliling ruangan yang tampak begitu asing. "Dirumah saya, menjelang magrib tadi saya ziarah bersama adik-adik saya, dan menemukan mbak pingsan di pemakaman dengan kondisi basah kuyub. Saya dan adik saya membawa mbak ke rumah, kebetulan rumah kami tidak jauh diri sana," Jelasnya dengan sorot prihatin. Atisha lalu menatap dirinya di balik selimut, pakaiannya tadi kini telah berganti dengan daster rumahan, begitupun jilbab dan cadarnya telah terlepas."Maaf ya, saya tidak bermaksud lancang menggantikan pakaiannya. Tadi saya benar-benar khawatir, takut mbak semakin sakit kalau dibiarkan dengan pakaian basah," sambungnya saat melihat sorot menelisik Atisha pada tubuhnya. "Mbak ten
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-10-16
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
DMCA.com Protection Status