Semua Bab Dinikahi Mantan Adik Ipar: Bab 11 - Bab 20

59 Bab

Sebelas

“Istri aku mana Ma?” Pemuda itu menyalimi tangan sang ibu, Baru pulang kantor. Ia melonggarkan dasinya lalu menggulung lengan kemejanya.“Sudah kangen saja kamu Raf,” Raisa menatap kearah putranya sambil tersenyum jail.“Kerja saat weekend itu menyebalkan.” Raffan mengeluh. Padahal sebelum menikah, pria itu tidak ada masalah bekerja saat weekend.“Coba deh lihat ke samping taman samping, tadi Atisha lagi duduk di gazebo.” Raffan mengangguk, lalu kemudian berjalan menuju tempat yang dimaksud. Tak dipungkiri, sebulan terakhir sejak pernikahan mereka, Atisha telah menjadi obat mujarab untuk menghapus letihnya. Bahkan hingga kini pria itupun tak tau mengapa dengan mudahnya keakraban mereka terjalin, kebersamaan mereka selalu dilingkupi dengan kenyamanan dan kedamaian yang begitu ia nikmati. Pemuda itu tersenyum kala mendapati gadis bercadar yang sedang duduk di bawah naungan pohon pinus. Istrinya telah konsisten memakai cadar sejak pernikahan mereka. Atisha berayun malas, dengan kedua k
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-09-23
Baca selengkapnya

Dua Belas

“Udah cukup, kopinya kebanyakan.” Protes Raffan saat istrinya hendak menyendok bubuk kopi lagi ke portafiliter. Keduanya tengah sibuk di depan coffe maker.“Bubuk kopinya kita padatkan dulu, begini …” Raffan menunjukkan, menekan dan memadatkan bubuk kopi di portafilter menggunakan coffe tamper. Sementara Atisha memperhatikan dengan saksama sambil bertopang dagu, lalu tersenyum. Memerthatikan sang suami, otot bisepsnya tercetak jelas pada kemeja biru muda yang digulung sebatas siku, rambutnya sedikit berantakan namun tetap terlihat awesome.“Atisha …” Raffan menggeleng pelan saat istrinya justru mengangkat kedua tangan membentuk bingkai dengan ibu jari dan telunjuknya, lalu diarahkan pada wajahnya. Raffan hanya mengedik pasrah, saat perempuan itu terlihat serius.“Apa?” Raffan itu menaikkan alisnya. “Bentar deh.” Atisha justru mendekat lalu menyentuh kepalanya, membuat pria itu tercekat menghidu aroma violet dari istrinya. “Rumput.” Atisha menunjukkan sejumput rumput yang tadinya men
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-09-24
Baca selengkapnya

Tiga Belas

Perempuan berjas putih itu menatap pergelangan tangannya, kemudian tersenyum saat waktu sudah menunjukkan jam pergantian shift. Namun tak bertahan lama, saat handphone-nya berdering dan rekan kerjanya, dokter yang harusnya menggantikan shiftnya malam ini, memintanya untuk memperpanjang jam kerjanya karena ada urusan. “Kenapa dok?” Tanya Dewi, perempuan yang selalu kepo dengan urusannya. “Lanjut kerja Dew, dokter Adrian terlambat karena ada acara katanya.” Atisha mengedik, sementara perempuan yang memakai seragam perawat itu terkekeh. “Padahal beberapa menit lalu udah bahagia banget, pingin cepat-cepat pulang ketemu ayang, hihi ...” Perempuan itu menggoda Atisha yang membuat perempuan itu cemberut. “Dok, bagi tips dong. Gimana caranya biar dapat suami super ganteng plus tajir melintir?” Suster itu, menarik kursi dan duduk di samping Atisha. “Seriusan kamu nanya tips itu? Perasaan dua bulan lalu kamu bilang kamu takut nikah deh.” “Ya itu! Saya jadi pingin nikah karena terinspirasi
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-09-25
Baca selengkapnya

Empat Belas

"Suami!" Panggil Atisha, sambil mengangkat jas putihnya yang tersampir di lengannya. Perempuan itu tersenyum lebar saat mendapati Raffan yang tengah duduk di ruang tengah sambil sedang bermain PS."Capek banget. Tumben Mas Raf, jam segini masih main PS?" Tanya Atisha setelah bergabung disebelah pria itu."Kamu kenapa baru pulang jam segini? Bukannya sift kamu berakhir dua jam lalu? Sekarang sudah hampir tengah malam." Raffan berucap dingin sambil melirik pergelangan tangannya."Khawatir ya?! Cie yang khawatir istrinya pulang terlambat, manis banget sih." Bukannya menjawab pertanyaan Raffan, Atisha justru menggodanya sambil mencolek dagu pria itu. Membuat pria itu mendengus, lalu bangkit dari tempat duduknya. Atisha ikut menyusul pria itu menuju kamar, sambil bergelendot manja di lengannya sang suami."Tadi dokter pengganti aku terlambat karena ada acara keluarga, jadi aku lanjut kerja sampai dia datang."“Siapa nama dokter itu? Lancang sekali membuat kamu pulang selarut ini, apa di
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-09-26
Baca selengkapnya

Lima Belas

"Jangan bandel Ran." Atisha merebut kembali sushinya dari jepitan sumpit sahabatnya. Membuat Rani mencebik kesal. Keduanya tengah duduk salah-satu sudut restoran Jepang langganan mereka. "Satu aja Tisha, gue ngiler banget pengen makan sushi." Rani berenggut kesal, sementara Atisha mendelik. "Ikan mentah nggak baik untuk kesehatan ibu hamil kayak kamu." Rani berenggut menatap sup jangung di depannya tanpa minat. Perempuan itu tengah berbadan dua setelah satu tahun lebih pernikahannya. Waktu tanpa terasa begitu cepat berlalu, keduanya menikah dengan perbedaan rentang waktu yang hanya berselang beberapa hari. Melihat bagaimana sahabat begitu menikmati masa-masa indah menjadi calon Ibu, membuat Atisha merasakan keinginan seperti apa yang dialami sahabatnya. Namun, ia cukup sadar diri bahwa pernikahannya tidak seperti pernikahan pada umumnya, bahkan menjelang tahun kedua pernikahan mereka. Raffan terlihat sama sekali tidak memiliki minat padanya, sementara Atisha sendiri? Entah jenis pera
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-09-27
Baca selengkapnya

Enam Belas

"Mama ... kangen banget!" Atisha berucap lembut. Antusias saat cipika-cipiki dengan mertuanya. "Maaf ya Ma, kemarin Atisha nggak bisa ikut sama Mas Raf buat jemput Mama di bandara," ucap Atisha sambil meringis, keduanya melewati ruang tamu, lalu berhenti di ruang keluarga. "Nggak papa, oh iyya suami kamu dimana?" Raisa dan Atisha duduk di sofa depan tv. "Tadi sih lagi mandi Ma, sebentar ya Ma, Atisha bikin minum dulu. Sekalian memanggil mas Raffan." Raisha mengangguk sambil menatap punggung menantunya, sedikit kecewa saat perut menantunya masih datar, padahal selama beberapa bulan di luar negeri, ia berharap bisa menggendong cucu setelah kembali ke tanah air. "Kok nggak bilang mau kesini? Raffan bisa jemput mama tadi sepulang kerja kalau tau mama mau kesini." Pria itu mencium punggung tangan Raisa lalu duduk di sampingnya. "Mama cuma mampir kok, ini mau langsung ke Bandung ke rumah tante kamu. Pernikahan Narendra Selasa mendatang, kamu datang kan?" "Iya, lusa deh Raffan sama Atis
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-09-28
Baca selengkapnya

Tujuh Belas

"Tuhan tau, seberapa besar aku sayang sama kamu Atisha, bagaimana hidup aku tanpa kamu." "Artisha juga sayang banget sama mas Raf." Keduanya terdiam, menyelami perasaan mereka yang begitu besarnya untuk satu sama lain. Tanpa menyadari, beberapa saat lalu seorang pemuda berdiri diambang ruangan itu, menatap jengah kearah mereka."Kalian mau berpelukan sampai kapan sih? Get a room. I don't want to see this!" Kesal Rayyan, berhasil membuat keduanya salah tingkah. Namun Raffan tak melepas rengkuhan, karena istrinya sedang tak memakai cadarnya, setidaknya ia lega karena posisi Atisha membelakangi adiknya."Kamu nggak bisa ketuk pintu atau mengucapkan salam dulu sebelum masuk rumah orang?!" Geram Raffan menatap tajam kearah Rayyan. "Gue udah mencet bel dari tadi, dan kalian sibuk bermesraan disini. Untung pintunya tidak terkunci," jawab Rayyan tak kalah kesal."Aku nggak suka kamu masuk seenaknya di rumah ini, tanpa mengabari terlebih dulu." Raffan berdecak melihat tingkah pemuda itu."Ya
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-09-29
Baca selengkapnya

Delapan Belas

Raffan berdiri dengan gelisah sesaat setelah tirai ditutup. Pria itu tengah berada lama ruangan yang ada di salah-satu klinik fertilitas terbesar Bali, liburan mereka hanya dalih untuk menepi dari kesibukan pekerjaan sekaligus melakukan program inseminasi buatan tanpa sepengetahuan keluarga. Meski Ghifari group memiliki banyak cabang rumah sakit di berbagai kota dengan fasilitas yang luar biasa canggih, namun keduanya memilih melakukan program inseminasi buatan di luar dari unit fasilitas kesehatan Ghifari group. Mereka tidak ingin program inseminasi yang mereka jalani terendus oleh pihak keluarga.Raffan terasa tercekik dengan udara yang ia hirup saat ini, tangannya terkepal erat serta giginya gemeletuk menahan tumpukan emosi yang serasa menyerbunya dari segala arah. Membuat pria itu menghela nafas gusar berkali-kali, sebelum menyibak tirai di depannya dengan tidak sabaran."Berhenti!" ucapnya dengan suara bergetar, matanya memerah saat menatap istrinya yang tengah terbaring pasrah, A
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-09-30
Baca selengkapnya

Sembilan Belas

Raffan benar-benar serius dengan ucapannya, mereka pulang ke Jakarta, pria itu kembali memulai terapi dengan psikolognya. Kali ini Raffan optimis karena keberadaan Atisha yang mendukung sepenuhnya. Bahkan atas usul psikolognya, mereka berdua di tempat ini, untuk mulai mengikuti couple therapy. Atisha dan Raffan duduk bersisian, keduanya saling berpegangan tangan. Kontak fisik diantara mereka selama ini memang hanya sebatas pegangan tangan dan pelukan namun tanpa melibatkan perasaan secara emosional di dalamnya, karena selama ini Raffan secara spontan selalu menepis perasaan itu di alam bawah sadarnya. "Coba kalian hadirkan, perasaan yang kalian miliki untuk satu sama lain pada setiap kontak fisik yang terjadi di antara kalian. Mulailah dari hal-hal kecil seperti ini." Psikiater menyarankan mereka untuk menghadirkan perasaan itu, mulai dari saling memandang, keduanya mencoba menyelami seberapa dalam perasaan mereka miliki untuk satu sama lain. Jantung mereka berdedak cepat dengan seira
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-10-02
Baca selengkapnya

Dua Puluh

"Ha ... halo." Rayyan berucap terbata, dengan tubuh bergetar hebat. Penampilannya tampak begitu kacau, ujung jasnya yang berwarna abu-abu, berlumuran darah."Gue Rayyan—" Pria itu berhenti sejenak, menyeka air matanya dengan tangan yang juga berlumuran darah."Di rumah sakit Mitra Medika, gu—gue dan Raffan disini. Raffan udah nggak ada, Raffan ditikam orang tak dikenal." Rayyan memejamkan mata, menghela nafas sejenak membuangnya dengan kasar, ada kegetiran diakhir kalimatnya. "To–tolong bilang ke Mama Papa. Gue nggak tau harus bilang apa ..." Rayyan mematikan telponnya, merosot ke lantai, kakinya sejak tadi lemas tak mampu menahan bobot tubuhnya. Di selasar rumah sakit, pria ia menunduk dalam, menangis meraung tak tau malu, mengabaikan pandangan orang-orang disekitarnya. Perawat mencoba membantunya untuk berdiri dan meminta untuk mengikhlaskan kepergiannya, tapi pria itu justru berontak, bagaimana ia bisa ikhlas? Kakaknya adalah manusia yang sama sekali tidak pernah bertengkar, apala
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-10-03
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
DMCA.com Protection Status