Semua Bab Dinikahi Mantan Adik Ipar: Bab 41 - Bab 50

59 Bab

Empat Puluh Satu

"Aku nggak bisa merelakan kamu Atisha," Jerome berucap lembut sambil menatap Atisha dengan dalam. Keduanya tengah duduk bersisian di taman rumah sakit karena tiba-tiba pria itu menemuinya. "Tidak, jika laki-laki yang menjadi suami kamu Rayyan Arkana Ghifari, laki-laki brengsek yang tidak mengerti makna pernikahan." Sambungnya tatapannya tak beralih dari mata Atisha, membuat perempuan itu berpaling."Laki-laki macam apa yang masih sibuk gontaganti wanita, bahkan setelah memiliki istri dan kamu bahkan tengah mengandung anaknya. Kurang brengsek apalagi suami kamu?" Pria itu tersenyum miris sebelum kembali berucap, "Lihat aku Atisha, hanya aku yang mencintai kamu bahkan lebih dari mencintai diri ku sendiri. Tinggalkan suami kamu yang tidak berguna itu, kamu berhak bahagia. Aku siap memikul tanggung jawab membahagiakan kamu dan anak kamu. Apapun pasti akan kulakukan untuk kalian, kamu segalanya bagiku Tisha, percaya sama aku." pria itu berucap dengan lembut terdengar penuh tekad dan meyak
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-12-18
Baca selengkapnya

Empat Puluh Dua

Atisha menenteng beberapa kantong belanjaannya saat memasuki lift, dahinya mengernyit saat mendapati seorang anak kecil yang tampak familiar, mata gadis itu tampak sangat sembab jelas menunjukkan pukul telah menangis lama, gadis itu bersama dengan seorang pia yang tengah menggendong bayi yang ia taksir berusia sekitar beberapa bulan. "Buang aja dedek bayi, Lila nggak mau punya dedek bayi, hiks... Lila mau mama pulang, Lila nggak mau dedek bayi." Gadis itu meaung sambil terisak, menampar kesunyian di lift itu. Atisha menunduk mengamati gadis kecil itu, tidak salah lagi, anak itu adalah Lila. Gadis yang kehilangan ibunya beberapa bulan lalu saat melahirkan. Sementara Pria yang tampak lelah itu hanya diam tak menanggapi putrinya dan lebih memilih mengelus punggung mungil bayi laki-laki yang berada di dekapannya yang juga rewel karena terusik dengan suara kakaknya."Tante punya dedek bayi.... juga di perut? Mama Lila nggak... pulang lagi sejak ada dedek bayi. Nanti.... Tante nggak pulang
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-12-18
Baca selengkapnya

Empat Puluh Tiga

"Ray," Lirih Atisha saat Rayyan bergegas hendak pergi. Perempuan itu menatap suaminya dengan sorot sayu, bahkan langkahnya terseret berusaha menggapai suaminnya. Pria itu baru saja mengambil sebuah pistol dari atas lemarinya, lalu menyelipkan ke belakang. Atisha belum mampu mencerna semua ini, bagai ribuan belati baru saja ditancapkan ke rongga dadanya, Raffan mati terbunuh... secara terencana dan itu karena dirinya, adakah kenyataan yang lebih menyakitkan dari ini? Benaknya masih berontak menolak informasi itu. Tapi sekarang ia juga harus mencairkan gumpalan emosi suaminya, entah bagaimanapun caranya meski ia sendiri serasa tak berdaya."Aku mohon Jangan Mas," cicitnya, nyaris tak terdengar. Rayyan menggeleng menatap perempuan itu sambil mengangkat satu tangannya mengisyaratkan agar perempuan itu enyah dari pandangannya, karena Atisha membuntutinya hingga ke kamar pria itu.Ia marah dan tak terima kakaknya mati terbunuh sia-sia hanya karena perempuan dihadapannya, ia benci pada pera
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-12-23
Baca selengkapnya

Empat Puluh Empat

"Nikmatilah udara dingin penjara, karena setelah ini gue bakal pastiin Lo mendapatkan hukuman mati." Rayyan berucap dingin, menatap wajah pria yang telah babak belur dihajarnya sebelum di serahkan ke kantor polisi, Jerome tampak menunduk. "Gue kalah," pria itu berujar dengan suara dengan raut sinis setelah menatap Rayyan. "Bukan gue aja yang bakal kehilangan Atisha, Lo juga..." Pria itu justru tertawa getir, dengan punggung bergetar, Jerome menangis di balik tawanya. Membuat Rayyan tercengang menatap kegilaan mantan kekasih istrinya itu. "Bodoh!" Jerome mengumpati Rayyan. Membuat lawan bicaranya menggebrak meja. "Lo pikir keluarga gue bakal diam saja saat lo mempolisikan gue? Mereka akan ngelakuin apapun buat ngebebasin gue dari jeratan hukum." Jerome menatap Rayyan dengan pandangan memerah. Lalu mencondongkan tubuhnya keseberang meja, menarik kerah kemeja Rayyan dengan kasar yang disentak Rayyan dengan kuat hingga dua kancing teratas kemejanya terlepas. "Gue nggak peduli bakal di
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-12-28
Baca selengkapnya

Empat Puluh Lima

Atisha berulang kali mencoba memejamkan matanya, namun ia sama sekali tidak bisa tidur, berbaring dengan gelisah sambil sesekali mengelus perutnya. Atisha kemudian menyalakan handphone, melihat jam yang menunjukkan pukul sepuluh malam. Tanpa sadar ia lalu membuka album, mencari sosok yang begitu ia rindukan yang kini hanya bisa ia pandang lewat fotonya. Ia mengelus wajah sang Oma yang ditampilkan layar gawainya dengan ibu jari. "Tisha kangeeen banget sama Oma," lirihnya sebelum mencium foto itu, mengelap air mata yang tiba-tiba jatuh membasahi pangkal hidungnya karena posisinya yang sedang berbaring menyamping. Tangannya kemudian menggeser pada foto selfi dirinya yang bersandar di bahu Raffan dimana mereka sama-sama tersenyum kearah kamera. Tiba-tiba membuat Atisha menenggelamkan wajahnya pada bantal, untuk meredam isak tangis agar tak mengusik keheningan yang begitu setia melingkupi. Ternyata usahanya untuk beranjak dari hari-hari dan malam-malam kelamnnya sejak kepergian Raffan kemb
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-12-30
Baca selengkapnya

Empat Puluh Enam

Rayyan berlari menyusuri lorong rumah sakit dengan jantung berdetak tak karuan, menanyakan keberadaan istrinya pada resepsionis dengan raut gusar. Pria itu menjadi pusat perhatian dengan wajah dan penampilannya yang begitu kalut. Rayyan kembali berlari saat perawat menyebutkan dimana istrinya berada. Lagi-lagi pria itu menggeram gelisah saat mengetahui jika Atisha berada di ruang operasi. Sependek pengetahuannya bahwa kandungan istrinya baru berusia enam bulan atau mungkin baru menginjak usia 7 bulan, apa yang terjadi pada istri dan anaknya, ia tak mampu membayangkannya. Pria itu menarik rambutnya kuat dan mendesah frustrasi, dingin sejak tadi sudah menjalar diseluruh tubuhnya. Nafasnya menderu dengan sesak. Di depan ruangan berpintu hermetic itu, tampak ada beberapa orang yang sedang berdiri, dua diantaranya perempuan muda yang mengenakan seragam medis, seorang pria yang sedang duduk di ujung kursi panjang, hanya seorang yang ia kenali. Sahabat istrinya, Rina yang sedang berdiri sam
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-01-01
Baca selengkapnya

Empat Puluh Tujuh

Atisha membuka matanya setelah akhirnya sempat ketiduran akibat kelelahan. Perempuan itu lalu menatap pada Rayyan, ternyata pria itu masih berkeras untuk menemaninya. Ia hanya berpindah ke sofa, agar dirinya dapat istirahat tanpa terusik dengan keberadaannya. "Kamu bisa pulang Ray," pinta Atisha pada suaminya yang tengah duduk di sofa sambil mengetikkan sesuatu pada iPad-nya. Pria itu mendesah, lalu menggeleng pelan."Sayang, kamu sudah bangun?" Rayyan mendekati istrinya sambil tersenyum lembut, ia lega istrinya telah tertidur pulas selama beberapa jam. "Kamu boleh minta apapun Tisha, tapi jangan minta aku pergi, aku menyesal dulu sering ninggalin kamu, aku janji nggak akan ngulangin lagi." Pria itu berucap dengan nada memelas, mendekat kearahnya. Atisha mencoba duduk, dengan sigap pria itu membantunya, diakhiri dengan kecupan lembut di kening istrinya. Membuat perempuan itu menatapn protes padanya."Kamu makan dulu ya sayang, setelah ini kita jengukin Asha. Tadi aku dari sana, Alha
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-01-03
Baca selengkapnya

Empat Puluh Delapan

Atisha berjalan mendahului Rayyan, akhirnya ia kembali di rumah peninggalan omanya. Semenjak menikah, ia hanya sesekali bertandang dan singgah ke Rumah yang telah menjadi saksi bisu hidupnya sejak dua puluh lima tahun lalu, dan sekarang, ia benar-benar kembali untuk pulang. Untungnya ia belum menyewakan beberapa kamar di dalam rumahnya seperti rencana yang sempat ia pikirkan beberapa waktu lalu. "Terima kasih sudah mengantarku pulang." Keduanya tengah berdiri di teras depan, Atisha mencoba meraih tasnya yang berada di tangan pria yang sedang mengamati rumah sederhana itu. Perempuan itu kemudian membuka pintu dan meletakkan tasnya di dalam rumah dengan berdiri menghalangi di depan pintu."Aku serius dengan ucapanku di mobil tadi, cukup sampai disini Ray. Mulai hari ini Kita jalani hidup masing-masing," sambung Atisha membuat Rayyan menatapnya dengan pandangan yang sulit di artikan. Pria itu memasukkan tangannya ke saku celana, seakan kegusarannya berada disana dan hendak ia tutupi."Ak
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-01-04
Baca selengkapnya

Empat Puluh Sembilan

Rayyan terus mengamati perempuan yang tengah meletakkan bayinya di depan dada dibalik kain gendongan dan mengelusnya dengan sayang, sesekali perempuan itu tersenyum hangat sambil menunduk mencium puncak kepala si kecil. Rayyan bisa merasakan desir hangat yang menyelubungi dadanya. Kebahagiaan yang tidak bisa ia tukarkan dengan apapun. Setelah kesempatan yang istrinya berikan, perempuan itu masih terkesan menghindari berinteraksi dengannya. Sehingga ia tak memiliki kesempatan untuk mendekati perempuan itu. Namun, setelah lima minggu putrinya dirawat, akhirnya kemarin bayi kecilnya dapat pulang bersama mereka dan sejak itu ia dapat melihat istrinya terlihat lebih hidup, dengan sinar matanya yang selalu menghangatkan sanubari. Meski sorot itu hanya untuk Asha, bukan dirinya. Tapi setidaknya ia punya alasan untuk terus berduaan dengan perempuannya untuk menjaga bayi mereka. Rayyan mengetuk daun pintu yang terbuka, membuat istrinya yang sedang berdiri di tengah kamar menoleh kearahnya, pere
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-01-09
Baca selengkapnya

Lima Puluh

"Atisha mana Bi," Tanya Rayyan pada wanita setengah baya yang berdiri di sisi tempat tidur bayinya. Rayyan melonggarkan dasi dan menatap putrinya yang tengah terlelap."Si neng lagi keluar Pak, sudah setengah jam lalu." perempuan itu menatap jam dinding. Rayyan mengernyit sebelum mengerjap, menghentikan aktivitas melepas dasinya."Kemana? Naik apa?" "Kurang tau si neng kemana, tapi perginya naik motor. Neng Tisha pergi setelah baca surat itu." Rayyan meraih selembar surat yang dimaksud di atas nakas, surat panggilan saksi pada persidangan kasus Jerome untuk pekan depan. Tiba-tiba kekhawatirannya mencuat di dada. Segera pria itu menghubungi sang istri namun handphone perempuan itu malah tertinggal di atas tempat tidur."Haikal, Lo ngawasin istri gue kan. Dimana Atisha sekarang?" Rayyan menelpon sambil berjalan keluar dengan tergesa-gesa."Sorry Bos, anak buah gue tadi lengah. Nggak memperhatikan kalau istri si bos keluar, sekarang say—." "Gue gaji kalian bukan untuk bilang sorry, bego
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-01-12
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
DMCA.com Protection Status