Happy Reading*****Baru saja mematikan mesin kendaraannya, ponsel Mahesa berdering. Ada nama Wandra di layar."Papa masuk saja duluan, ini kuncinya." Mahesa menyerahkan kunci rumah pada Broto."Telpon penting?" "Wandra, Pa.""Oh." Tanpa banyak bertanya lagi, Broto keluar dari kendaraan roda empat milik putranya.Masih berada di dalam mobil, Mahesa mengangkat panggilan dari sang sahabat. "Ya, Ndra.""Sa, aku nggak salah dengar? Kamu berniat melamar Rista, adikku? Jangan main-main dengan pernikahan, Sa. Aku tahu kamu terluka dengan pernikahanku, tapi nggak seharusnya juga kamu nyakiti hati Rista." Wandra terus saja berbicara tanpa jeda. Bahkan interupsi dari Mahesa tak didengarkan."Sudah ngomongnya?" tanya Mahesa dengan suara rendah. Tak ada emosi bahkan kecewa ketika Wandra menuduhnya seperti itu."Hmm.""Nggak ada niatku sama sekali untuk nyakiti Rista. Aku janji, adikmu bukan cuma pelarian karena rasa kecewaku pada pernikahanmu. Percayalah, Ndra. Aku juga ingin merasakan dicintai
Read more