Home / Romansa / Sang Penari Pujaan Hati / Chapter 101 - Chapter 110

All Chapters of Sang Penari Pujaan Hati: Chapter 101 - Chapter 110

122 Chapters

101. Rencana Lamaran Mahesa

Happy Reading*****Lelaki yang tengah mengamati interaksi putra sulungnya itu berkacak pinggang. Sejak kemarin, saat Pambudi menceritakan bahwa sulung keluarga mereka akan menikah dengan sang pujaan yaitu Jelita. Broto dan juga Candini kepikiran dengan Mahesa. Mereka berdua merasa kasihan dengan nasib percintaan putranya.Namun, saat bertemu dengan si sulung, rasanya Broto ingin sekali memukul kepala putranya itu. Di saat orang tuanya tengah khawatir dan takut Mahesa akan patah hati. Eh, dia malah asyik merayu putri bungsu keluarga sahabatnya."Ehem," dengan Broto agar si sulung mengetahui keberadaannya. Dua insan yang sedang dimabuk cinta itu menoleh secara bersamaan pada sumber suara. Mahesa bahkan tidak percaya ketika melihat wajah lelaki berambut lurus dengan model cepak khas jaman dahulu, ada di hadapannya kini. "Papa?" kaget sulung Broto, "datang ke sini kenapa nggak ngabari Mas dulu?"Gemas dengan sikap pura-pura putranya yang terkejut membuat Broto memukul pelan kepala Mahe
Read more

102. Debar-debar Mencari Restu

Happy Reading*****Broto melirik Rista sedikit cemas. Takut jika gadis pilihan putranya itu akan tersinggung."Bunda ngomong apa, sih. Rista gadis baik dan dari keluarga baik-baik juga." "Bunda takut pilihan si Mas karena desakan dari Ajeng. Tahu sendiri bagaimana dia ngebet pengen menjadi besan kita. bukan tulus karena pilihan anak-anak dan kasih sayang mereka. Bunda setuju saja siapa pun pilihan si Mas, asal dia bahagia tanpa embel- embel seperti yang tak sampaikan tadi. Bunda bukannya nggak setuju. Cuma, pastikan aja, Pa." Di seberang sana, terdengar helaan napas kasar Candini. "Rista gadis yang baik menurut Bunda, cuma sifat Ajeng saja yang kurang aku suka, Pa.""Udah ngomongnya?" tanya Broto memastikan. Sebuah jawaban iya terdengar kerena itulah lelaki paruh baya itu mulai berkata kembali. "Ajeng sudah berubah jauh lebih baik sekarang. Kalau dia masih dengan sifat yang dulu, nggak mungkin Ajeng setuju menikahkan putra kesayangannya dengan Jelita. Bunda pasti mendengar bagaimana
Read more

103. Kedatanganmu

Happy Reading*****Baru saja mematikan mesin kendaraannya, ponsel Mahesa berdering. Ada nama Wandra di layar."Papa masuk saja duluan, ini kuncinya." Mahesa menyerahkan kunci rumah pada Broto."Telpon penting?" "Wandra, Pa.""Oh." Tanpa banyak bertanya lagi, Broto keluar dari kendaraan roda empat milik putranya.Masih berada di dalam mobil, Mahesa mengangkat panggilan dari sang sahabat. "Ya, Ndra.""Sa, aku nggak salah dengar? Kamu berniat melamar Rista, adikku? Jangan main-main dengan pernikahan, Sa. Aku tahu kamu terluka dengan pernikahanku, tapi nggak seharusnya juga kamu nyakiti hati Rista." Wandra terus saja berbicara tanpa jeda. Bahkan interupsi dari Mahesa tak didengarkan."Sudah ngomongnya?" tanya Mahesa dengan suara rendah. Tak ada emosi bahkan kecewa ketika Wandra menuduhnya seperti itu."Hmm.""Nggak ada niatku sama sekali untuk nyakiti Rista. Aku janji, adikmu bukan cuma pelarian karena rasa kecewaku pada pernikahanmu. Percayalah, Ndra. Aku juga ingin merasakan dicintai
Read more

104. Sang Mantan

Happy Reading*****"Mbak, tolong lanjutin adonan ini. Saya temui tamunya dulu." Ajeng melepaskan celemek yang dipakai dan berjalan menuju wastafel."Inggih Bu." Pembantu itu mengangguk patuh walau pekerjaannya sendiri belum selesai.Menatap lelaki yang seumuran dengan putranya, Ajeng menggali ingatan kembali tentang tamu yang sudah duduk di sofa ruang tamu dengan pandangan menunduk ke bawah. Wajah itu tak asing bagi sang pemilik rumah, tetapi siapa. Otaknya masih belum mampu mengingat dengan baik.Ajeng berdeham agar keberadaannya diketahui oleh sang tamu. Benar saja, pemuda itu langsung menoleh dan memberikan anggukan padanya. "Siapa, ya, Mas dan ada keperluan apa datang ke rumah?""Saya Faris, Tante. Salah satu rekan kerja Rista di kantor yang dulu," ucap lelaki dengan alis tebal dan rambut sedikit bergelombang. Namun, karena tatanan yang rapi membuat sang pemuda sedap dipandang.Perempuan sang pemilik rumah berusaha mengingat nama tersebut. Namun, otak Ajeng saat ini buntu. Nama
Read more

105. Ikhlas

Happy Reading*****Jika bertemu dengan Ajeng saja, Faris masih bisa menghadapi segala kegugupannya. Namun, tidak jika berhadapan dengan Pambudi. Kejadian beberapa tahun lalu yang membuatnya merasa kecil serta bertekad untuk merubah perekonomian menjadi lebih baik salah satunya tentu karena lelaki yang baru saja mengucapkan salam tersebut.Ya, keinginan Faris untuk berubah dan keluar dari pekerjaannya dahulu bukan semata karena cintanya pada Rista. Akan tetapi kata-kata yang cukup menyakitkan dari Pambudi. Hal tersebutlah yang pada akhirnya memacu semangat sang pemuda. Berusaha membuktikan bahwa dia mampu dan layak untuk bersama putri dari keluarga tersebut."Kenapa datang ke sini?" tanya Pambudi dengan muka yang kurang bersahabat.Faris menatap dengan senyuman. "Maaf jika Bapak kurang berkenan saya datang berkunjung. Tidak ada niat apa pun, saya cuma ingin menepati janji beberapa tahun lalu. Bukankah njenengan juga tahu akan hal itu, tapi sepertinya, saya sudah terlambat."Sedikit be
Read more

106. Hari Pertunangan

Happy Reading*****Tidak sampai sepuluh menit, Mahesa sudah berada di depan pintu rumah calon tunangannya. Memencet bel dengan tidak sabar, dia terus-menerus menekan sampai seseorang membukakan pintu."Eh, kok sudah datang saja, Mas?" tanya Ajeng sedikit terkejut ketika melihat calon menantunya datang. Harusnya, lelaki itu berkunjung jam lima nanti sesuai dengan pembicaraan Candini kemarin. Celingak-celinguk, si empunya rumah melihat ke belakang si lelaki."Saya datang sendiri, Tan. Cuma mau memastikan keadaan Adik saja. Dari tadi perasaan saya nggak enak banget, Tan. Terus kepikiran sama dia. Boleh saya ketemu sama Adik?"Ajeng merotasi bola mata, sedikit berpikir mungkinkah Mahesa merasakan keterikatan batin dengan putrinya. Bukankah baru beberapa puluh menit yang lalu, Faris pulang. Apakah perasaan si bungsu sedikit goyah dengan kehadiran lelaki tersebut sehingga kontak batin Mahesa menyadari hal itu. Entahlah, semua terasa berputar di kepala Ajeng saat ini hingga dia melamun dan
Read more

107. Pengobatan Jelita

Happy Reading*****Rista menegakkan kepala menatap Mahesa yang tadi sempat berteriak. Lalu, gadis itu tersenyum malu melihat semua orang menatapnya."Maaf, sudah buat Mas khawatir," cicit Rista dengan rasa malu yang masih tersisa."Sudahlah, Mas. Calon istrimu cuma tergelincir nggak sampai jatuh. Jangan terlalu khawatir gitu nanti dia semakin gugup, lho," kata Broto. Mahesa menggaruk kepalanya walau tak gatal. Setelah insiden kecil tersebut, mereka kembali membicarakan perihal lamaran dan tanggal rencana pernikahan antara Mahesa dan Rista. Terkesan tergesa-gesa memang jika pernikahan dilakukan sebulan lagi, tetapi mau bagaimana lagi. Calon mempelai lelaki sudah tidak sabar untuk segera mengganti status dari perjaka menjadi suami.Lebih dari satu jam berlalu, kedua keluarga itu telah membuat kesepakatan bahwa pernikahan dilangsungkan di Yogyakarta. Alasan yang paling mendasar adalah karena keluarga Pambudi baru saja mengadakan pernikahan untuk si sulung. Beberapa orang percaya bahwa
Read more

108. Pengobatan Dimulai

Happy Reading*****Wandra memegang kedua pundak sang istri. Entah apa yang dipikirkan wanita yang sudah resmi menjadi pasangan hidupnya kini. Mengapa bisa mengambil kesimpulan bahwa dia menyesal telah menikah dengannya."Sayang, Mas cuma mau kamu sembuh dan bisa jalan lagi. Nggak ada niat yang lain." Wandra diam sejenak. "Kamu ingat impianmu bukan. Menjadi penari Gandrung hebat yang akan mengubah citra negatif selama ini. Jadi, Mas nggak mau kamu berdiam diri seperti ini karena vonis dokter. Kita bisa mengupayakan yang lebih baik. Tolong jangan berpikir negatif. Bukankah saat ini, kamu sudah menjadi duta kebupaten kebanggaan kita. Selangkah lagi, mimpi itu akan terwujud."Wandra menangkupkan tangan kanan di atas tangan Jelita. Mata penuh permohonan serta ketulusan dia berikan agar sang istri mau menuruti permintaannya untuk berobat ke kota lain yang sudah mamanya tunjuk."Tapi, Mas. Apa mungkin semua akan kembali normal, sedangkan kata dokter hal itu sangat sulit sekali?""Segala kem
Read more

109. Pernikahan Mahesa

Happy Reading*****Hari demi hari telah dijalani oleh Wandra dan Jelita. Walau sudah menjadi pasangan suami istri, tetap keduanya belum juga melakukan ritual malam pertama. Semua terjadi karena Wandra tidak mau menyakiti fisik istrinya yang masih dalam proses penyembuhan.Dia Minggu sudah berlalu, pengobatan itu sedikit membuahkan hasil. Di tempat lain, pernikahan Mahesa dan Rista sudah mulai dipersiapkan. Pambudi memboyong keluarganya ke Yogyakarta. Lelaki itu juga mengajak Puspa untuk pergi ke kota yang terkenal dengan jalan Malioboro. Ya, walau ibu dari Jelita itu tidak tinggal di kediaman keluarga Ajeng. "Bagaimana keadaan istri saya, Dok?" tanya Wandra ketika sesi terapi berjalan baru selesai dilakukan."Masih harus bersabar, Pak. Tapi tentang dua Minggu ini. Kesehatan Bu Jelita sudah jauh lebih baik. Daya tahan tubuh yang semakin baik tentunya akan berpengaruh pada pengobatan yang kita lakukan," jelas sang dokter. Kemudian dia menuliskan resep obat yang harus mereka tebus. W
Read more

110. Masalah Anak

Happy Reading*****Wandra menatap ke arah Jelita. Dia juga melihat tetesan air mata yang turun di pipi sang istri. Sejenak berpikir adakah yang salah dengan percakapannya dengan Mahesa karena tadi perempuan itu masih terlihat baik-baik saja dan sangat bahagia.Teringat akan pembahasan anak yang sempat dibicarakan dengan Mahesa tadi. Wandra langsung berjongkok di hadapan Jelita dan memegang tangan kanannya. "Sayang, Mas nggak maksud buat kamu sedih pun demikian dengan Mahesa. Sungguh, Mas nggak mau kamu kepikiran dengan masalah anak. Terpenting saat ini, kamu bisa sembuh dan berjalan. Sudah itu saja yang Mas inginkan."Jelita menangkupkan tangan kanannya di atas telapak sang suami. "Lita ngerti, Mas. Maaf, jika terlalu terbawa suasana. Aku merasa menjadi perempuan yang gagal untuk suamiku.""Tidak ada yang gagal, Nak. Allah Maha Tahu yang terbaik bagi umatnya. Untuk saat ini, mungkin kalian disuruh saling menguatkan satu sama lainnya. Jadi, jangan bersedih. Kakek yakin kamu dan Rista
Read more
PREV
1
...
8910111213
DMCA.com Protection Status