All Chapters of Silakan Pergi Bersama Selingkuhanmu, Mas!: Chapter 71 - Chapter 80

140 Chapters

Bab 71

"Kalian!?" Airin berdiri tegak. Posisinya seperti terkejut menatap kami. Matanya berkeliling mengitari wajah yang datang, satu persatu ia tatap dengan mata menyipit.Kamu melangkah lebih maju lagi, menghampiri Mas Firman yang tengah berbaring, kemudian Adnan yang lebih dulu bicara padanya."Bagaimana kondisi Pak Firman?" Adnan membuat lelaki yang sudah menikah dua kali dan rencana menikahi Airin juga itu terperangah."Kamu, Adnan. Kalian bisa sampai sini?" Mas Firman malah bertanya balik."Kami ingin menjenguk, apa tidak boleh?" sambung Tante Soraya."Aneh saja, bukankah kalian ….." Ia belum melanjutkan bicara tapi sudah dipotong oleh Tante Soraya. "Kalian sudah disakiti masih datang peduli?" Tante Soraya bicara dengan alis terangkat.Airin malah tertawa saat Tante Soraya memotong ucapan Mas Firman. "Alah, paling mau ngetawain ya karena tadi aku minta uang? Ya kan?" Airin melipat kedua tangan di atas dada, ia masih kelihatan sombong meskipun sudah kalah."Diam kamu! Saya bicara denga
last updateLast Updated : 2022-12-11
Read more

Bab 72

Namun, ponsel Mbak Giska tiba-tiba berdering. Ia langsung menoleh ke arahku saat melihat layar ponsel."Eric, ngapain nih nelepon aku?" tanyanya seperti enggan menjawab."Angkat aja, Mbak. Siapa tahu penting ngobrolin tentang Pak Heru, yang sempat sakit, kan dia yang nganter pulang," timpalku.Kemudian, Mbak Giska mengangguk, lalu mengusap layar ponselnya. Setelah itu, ia bicara dengan Eric, tunangan temanku, yaitu Yunna.Ia angkat telepon hanya dua menit, setelah itu mematikan kembali sambungan teleponnya dan bicara denganku."Kalian yang ke lobi hotel ya, Eric nunggu di sana," suruh Mbak Giska."Aku, Tante Soraya dan Adnan?" tanyaku heran."Iya, kalian," ucap Mbak Giska. "Aku ngobrol dulu sama Helen, lagian males ketemu Eric," tambah Mbak Giska."Tapi, Bu. Sendirian di rumah sakit, apa nanti nggak bahaya? Ada Tuti dan Airin di sini," celetuk Adnan khawatir."Nggak apa-apa, ada Helen dan ajudannya. Aku ingin bicara serius juga dengannya," jawab Mbak Giska lagi."Emang Eric mau ketemu
last updateLast Updated : 2022-12-12
Read more

Bab 73

"Ini jam tangan kesayangan Mbak Giska, kamu nemu di mana?" tanyaku padanya."Oh, kesayangan ya?" Eric mengangguk dengan disertai senyuman.Aku memalingkan muka, lalu berdecak kesal sambil meraih jam tangan tersebut.Laki-laki yang sebenarnya sudah tunangan dengan temanku sendiri itu agak aneh. Ia malah sibuk dengan kami, sementara wanita yang berada di Jakarta justru ditinggalkan olehnya."Gini doang mau ketemu hanya untuk jam tangan ini?" Aku keberatan dengan ulah yang dilakukan oleh Eric."Maaf ya, Nurma, jadi ngerepotin kalian. Ya udah, setidaknya aku tahu bahwa Giska masih menyimpan hadiah yang aku kasih, kamu pun bilang ini adalah jam kesayangan. Terima kasih Nurma," timpal Eric membuat kedua alisku tertautkan. Bukan hanya aku, Tante Soraya dan Adnan pun memberikan respon yang sama.Kemudian, ia berlalu pergi begitu saja. Setelah tak terlihat lagi raganya, aku dan Tante Soraya saling beradu pandang."Ternyata itu jam pemberian Eric? Hm, pantesan dia sampai mau ketemu, kepedean ka
last updateLast Updated : 2022-12-12
Read more

Bab 74

Dari pandangannya aku bisa menebak bahwa tidak ada keseriusan atau hal menyeramkan dari cerita Helen. Gelagat Mbak Giska biasa, tidak ada ketakutan atau pun kewaspadaan."Jadi kakaknya Helen itu kini sakit, beliau mengalami gangguan kejiwaan," ucap Mbak Giska. Hal yang pertama ia ceritakan malah buatku semakin penasaran."Terus, kok bisa Helen beralasan ke Mas Firman untuk balas budi? Sedangkan sebenarnya ia ingin balas dendam," timpalku dengan mengajukan pertanyaan yang lebih detail."Hm, utang budinya ini yang suatu aib, aku ngomongnya agak gimana ya, Nurma. Tapi kalau tidak diceritakan nanti kamu penasaran," terang Mbak Giska kini mulai ragu."Terserah Mbak aja, mau cerita atau nggak, itu hak masing-masing," ungkapku sebenarnya agak kesal.Mbak Giska terdiam, lalu ia tersenyum padaku setelah melirik ke arah Adnan. "Adnan dari tadi curi-curi pandang tuh ke kamu, Nurma," celetuk Mbak Giska sambil terkekeh menutup mulutnya.Aku menautkan kedua alis, kemudian menyandarkan tubuh ini sa
last updateLast Updated : 2022-12-13
Read more

Bab 75

"Sini!" Mbak Giska menggenggam jam tangan itu. "Makasih ya," ucap Mbak Giska, kemudian memasukkan kembali jam tersebut ke dalam tasnya. Tangannya begitu cepat meraih benda yang disebut-sebut pemberian dari Eric."Kita pulang yuk! Sore nanti ke Malioboro," ajak Mbak Giska. Ia melambaikan tangan ke arah di mana Adnan muncul. Aku terdiam seketika, tidak berani menyecarnya, Mbak Giska merahasiakannya dariku, mungkin memang ingin hal ini menjadi privasinya.Kami berjalan menuju parkiran. Mbak Giska tidak banyak bicara, ia lebih sering diam dan fokus menuju mobil. "Kenapa jadi diem-dieman gini?" tanya Adnan saat membukakan pintu mobil."Ah nggak apa-apa, karena tidak ada yang perlu dibahas aja," celetuk Mbak Giska.Ternyata kebiasaannya saat bisu dulu kini terbawa, ia merahasiakan sesuatu hal yang besar selama tiga tahun, dan masalah itu akhirnya ia ungkapkan setelah hampir hancur. Akankah Mbak Giska kembali melakukan hal itu? Ia akan menceritakan semua tentang Eric setelah menjadi masala
last updateLast Updated : 2022-12-14
Read more

Bab 76

Aku terkesiap saat mendengar pintu kamar mandi terbuka. Mbak Giska datang sambil menggosok rambutnya yang basah dengan menggunakan handuk putih. Aku tersenyum saat melihat wanita yang sebenarnya sudah hijrah, berhubung kami hanya bertiga, jadi ia tidak malu membuka hijabnya."Kenapa handphoneku ada di situ?" Mbak Giska kelihatan sangat curiga."Tadi Eric telepon, tuh ada beberapa kali panggilan tak terjawab," sahut Tante Soraya."Iya, Mbak. Betul kata Tante Soraya," sambungku.Mbak Giska sontak meraih ponselnya dengan cepat, lalu membuka pesan dari Eric. Namun, aku tidak melihatnya membalas chat darinya."Hm, sering gitu Eric, telepon dan kirim pesan nggak jelas," cetus Mbak Giska. Ia kembali melempar ponselnya, kemudian bersolek di depan kaca, Mbak Giska bersikap biasa saat kulihat tangannya menghapus isi pesannya.Sedangkan Tante Soraya, ia meraih punggung tangan ini, lalu bangkit dan menyeretku. "Mandi kamu, Nurma, malah bengong!" perintahnya membuatku tertawa."Nggak tahan dengan
last updateLast Updated : 2022-12-15
Read more

Bab 77

"Helen, angkat nggak ya? Aku sudah tidak ingin ikut campur dalam urusan balas dendamnya dengan Mas Firman," ungkap Mbak Giska. Ternyata penelepon barusan adalah Helen, wanita yang mau membalas rasa sakit hati sang kakak."Urusan kita memang sudah selesai, mengantarkan beliau ke Pak Firman, jadi saran saja tidak usah diangkat," timpal Adnan.Akhirnya Mbak Giska mematikan panggilan masuk dari Helen. Aku dan Tante Soraya sempat saling beradu pandang. Apa mungkin perasaanku dan beliau itu sama? Ya, dalam hatiku sangat mengkhawatirkan jika Mbak Giska menjauh, akan menjadi ancaman untuk dirinya sendiri. Helen, wanita yang penuh dendam itu bakal kecewa berat atas sikap yang dilakukan Mbak Giska saat ini."Giska, kenapa nggak angkat lalu bilang lagi jalan-jalan gitu, dengan begitu Helen tidak berprasangka buruk. Ketimbang dimatikan seperti yang kamu lakukan, Tante rasa itu lebih menyakitkan," jelas Tante Soraya.Mbak Giska terdiam. Ia merapikan hijabnya yang sedikit berantakan, ia berusaha me
last updateLast Updated : 2022-12-17
Read more

Bab 78

"Airin kenapa? Aku tidak ada urusan lagi dengannya," jawab Mbak Giska dengan penuh ketegasan."Ya, aku paham, tapi tadi dia membuntutiku bersama wanita yang ada di ruangan itu," terang Helen. Mungkin yang dimaksud adalah Tuti. Mereka memang selalu berdua dalam melakukan apa pun."Terus? Maaf Helen, aku rasa tugas kami semua sudah selesai, mempertemukan kamu dengan Mas Firman, lantas untuk kelanjutannya, aku rasa tidak perlu ada laporan lagi," kecam Mbak Giska.Meskipun speaker diaktifkan, tapi kami berusaha untuk tidak bicara. Sebab, tidak ingin ketahuan juga bahwa kami tengah mendengarkan cerita dari Helen."Oh, jadi begini ya sikapmu? Padahal aku ini pahlawan loh untuk kamu, Giska," timpal Helen.Mbak Giska mengelus keningnya, ia tampak tidak bersemangat meladeni Helen."Astaghfirullah, Helen, sebelumnya aku minta maaf, tapi tidak ada yang meminta kamu untuk membantuku balas dendam, bukankah ini semua keinginanmu? Lantas haruskah aku ikut serta dan terlibat dalam hal ini? Nggak kan!
last updateLast Updated : 2022-12-17
Read more

Bab 79

"Hm, kan sebelum tidur Mbak Giska cerita kalau kamu marah karena Airin, makanya aku sebagai adik memohon maaf karena semalam mungkin Mbak Giska kelelahan," sahutku saat ia bertanya detail."Kenapa nggak Giska aja yang minta maaf?" tanya Helen. "Gini aja deh, aku maafin, tapi dengan syarat ke rumah sakit jiwa di mana tempat kakakku mendapatkan perawatan, setelah ini akan aku share lokasinya," sambung Helen. Aku terdiam sejenak, sebab belum ada obrolan mengenai ini. Jika aku menyetujui dan sepakat akan syarat yang ia lontarkan. Maka itu artinya Mbak Giska harus mau ikut ke rumah sakit. "Kok diam?" Helen menegurku lagi."Aku tanya Mbak Giska dan Tante Soraya dulu ya," jawabku."Terserah sih, kalau nggak mau, artinya kalian juga akan masuk ke barisan Firman," ancamnya. Benar dugaanku, orang yang diselimuti dendam,akan selalu kotor hatinya, ia bakal membalas siapa saja yang menyakitinya."Aku tetap harus minta pendapat Mbak Giska dulu," jawabku kemudian mematikan sambungan telepon dariny
last updateLast Updated : 2022-12-17
Read more

Bab 80

Aku angkat atau tidak telepon dari wanita itu? Ingin angkat tapi terbayang selalu perlakuannya terhadap kami berdua. Tidak diangkat rasa penasaran pun semakin menjadi."Halo," ucapku akhirnya mengangkat teleponnya."Lama banget angkat teleponnya, nunggu aba-aba dari Helen? Atau Giska? Ah kalian semua itu orang munafik yang sok suci, padahal semuanya sama," umpat Airin membuatku ingin menutup teleponnya."Kamu itu bisa sopan sedikit nggak?" Aku mencoba meredam emosi."Kamu pikir kami nggak tahu?" tanya Airin."Nggak usah banyak bicara, jadi apa maumu hubungi aku?" "Tidak ada, aku cuma mau bilang, stop memperkenalkan Helen pada Mas Firman, aku dengar kamu lah dalangnya," timpal Airin membuatku terperangah. "Aku dalang? Aku memperkenalkan Helen? Dari mana kamu bisa berpikir seperti itu?" tanyaku karena benar-benar penasaran.Sementara itu, mata Mbak Giska dan Tante Soraya menyorotiku. Ia seakan menyuruhku berhenti bicara dengan Airin."Iya, aku ini tahu dari Helen, dia tengah bicara de
last updateLast Updated : 2022-12-20
Read more
PREV
1
...
678910
...
14
DMCA.com Protection Status