All Chapters of Silakan Pergi Bersama Selingkuhanmu, Mas!: Chapter 61 - Chapter 70

140 Chapters

Bab 61

"Yunna?" Aku menyapa wanita itu. Seorang dokter berseragam putih yang ternyata temanku sewaktu SMP di kampung dulu. "Nurma, kamu di Jakarta?" Yunna mengulurkan tangannya kemudian kami berjabat tangan. "Ya, kamu sendiri, Yunna, ada di sini sejak kapan?" tanyaku sedikit takjub melihat sosok wanita yang dulu cupu kini sangat terlihat cantik dan terurus. "Aku di Jakarta baru dua bulan, diminta praktek di sini oleh pemilik klinik, kebetulan papanya adalah teman karib papaku," jawabnya. Aku tersenyum sambil menganggukkan kepala seraya kagum. Wanita dari kampung yang sangat ulet dalam menggapai cita-citanya. Ya, aku ingat betul, sewaktu SMP memang ia menginginkan menjadi seorang dokter, dan kesampaian, aku acungkan jari jempol untuknya. "Eh, aku periksa dulu ya, siapa kamu? Suami?" Pertanyaan Yunna membuat mata kedua orang yang ada di dekatku terbelalak. "Bukan, silakan periksa, obati ya," seruku. Kemudian, Adnan dibawa olehnya ke ruangan tindakan. Sedangkan kami menunggu di depan rua
last updateLast Updated : 2022-12-01
Read more

Bab 62

Aku menyoroti laki-laki itu dari ujung kaki hingga ujung kepala. Begitu juga dengan Mbak Giska, ia tampak terkejut sama sepertiku. Namun, tidak dengan pria berhidung bangir itu, ia sontak tersenyum sambil menepuk keningnya. "Astaga, ternyata kalian di sini? Dan barusan Yunna minta antar berkas itu ke rumah kamu, Giska? Aku pikir temannya siapa," celetuk Eric membuat kedua alisku menyatu. Ia pikir yang dimaksud Yunna adalah Mbak Giska, padahal aku orangnya. "Kalian saling kenal, Mas?" tanya Yunna dengan wajah bingung. "Tapi temanku itu bukan Giska, Mas, Nurma namanya." Yunna menunjuk ke arahku. Tiba-tiba saja Eric terdiam, ia melirik ke arah Mbak Giska, sesekali melempar pandangan ke arahku. Ia mengangguk sambil mengusap leher bagian belakang. "Kami kenal, tadi juga Eric ini mau ketemu Mas Firman, iya kan?" Mbak Giska yang menjawab pertanyaan dengan pertanyaan juga. "I-iya, astaga, dunia sempit ya," cetus Eric. "Tapi aku masih belum paham loh, Nurma ini siapanya kamu, Giska?" Pert
last updateLast Updated : 2022-12-02
Read more

Bab 63

Perlahan kaki ini menghampiri, dan baru selangkah ia pun menjawab, ternyata Tante Soraya yang tengah ambil minum."Tante, aku pikir siapa? Kirain Mbak Giska, kapan datang, Tante?" Aku mengulurkan tangan dan mengecup punggung tangan Tante Soraya. Ia yang tadi tengah meneguk air putih pun sontak melakukan hal yang sama, menyodorkan tangan untuk dikecup oleh orang yang sebenarnya adalah orang lain."Baru saja tiba, maaf kemaleman dan nggak ngabarin lagi. Jujur aja tadi sempat ketiduran di apartemen," jawab Tante Soraya. Mungkin ia lelah sampai ketiduran, kalau boleh mengeluh, aku pun sama, cukup lelah menjalani hidup ini yang penuh liku-liku. Namun, kalau teringat pengorbanan Mbak Giska, seharusnya yang pantas mengeluh itu beliau."Ya udah, Tante sekarang istirahat gih, aku juga mau tidur lagi setelah minum," jawabku sambil tersenyum.Tante Soraya menganggukkan kepalanya, ia melangkah meninggalkan dapur, sekarang tersisa aku sendirian di dapur ini.Aku tidak langsung istirahat, entah ken
last updateLast Updated : 2022-12-03
Read more

Bab 64

"Hm, permisi Eric, kamu harus pergi," ucap Mbak Giska sambil menarik pergelangan tangan ini. Ia seperti menghindar dari Eric."Oh ya, silakan, Giska, aku juga buru-buru," sahut Eric.Kemudian, kami pun kembali masuk ke mobil. Begitu juga dengan Eric, soal tabrakan tadi dilupakan begitu saja oleh keduanya.Sepanjang perjalanan Mbak Giska kebanyakan diam. Begitu juga dengan Tante Soraya, ia hanya melirik sesekali, tapi kepalanya digelengkan sambil tersenyum.Kulihat mata Mbak Giska sedari tadi menyoroti kaca spion tengah. Ia begitu fokus melihat ke belakang, membuatku sesekali menoleh ke arah mobil yang ternyata Eric."Dia ngikutin, Mbak," ucapku."Iya, ngapain sih, aku kesel deh kalau ada laki-laki seperti Eric ini. Kan jelas-jelas sudah memiliki tunangan, temanmu pula, Nurma," tutur Mbak Giska.Aku mengangguk sambil mengatupkan gigi. "Iya tadi kan dia bilang lagi ingat masa lalu, emang Mbak dan dia itu ...."Aku ragu bertanya detail padanya. Sebab, tidak mungkin menyecar Mbak Giska."
last updateLast Updated : 2022-12-04
Read more

Bab 65

Wanita itu Airin dan Mbok Tuti, mereka ada di Jogjakarta, di mana tempat kami hendak berlibur."Apa Mas Firman lagi dioperasi tulang ekornya, Mbak?" Aku mengajukan pertanyaan. Mbak Giska hanya menggelengkan kepalanya."Iya, siapa yang sangka kalau mereka juga ada di sini, suatu kebetulan yang berurutan," jawab Tante Soraya.Aku melirik ke arah Eric yang tampak kebingungan dengan obrolan kami. Tangannya mengusap rambut sambil menyorot ke arah depan ruang operasi juga."Nggak usah mau tahu urusan orang," celetuk Mbak Giska tiba-tiba membuat aku dan Tante Soraya saling beradu pandang."Astaga, Giska, salah terus kayaknya aku ini, segitu bencinya kamu padaku?" Eric mengembuskan napas sambil membelokkan badannya ke arahku. "Nurma, boleh tahu tanggal biasanya Giska haid?" Pertanyaan yang Eric lontarkan sungguh mengocok perut, ia membuatku tak tahan menahan tawa. Begitu juga dengan Tante Soraya, ia langsung menutup mulut dengan telapak tangan."Sudah kamu pergi dari sini, Eric. Nanti tunanga
last updateLast Updated : 2022-12-05
Read more

Bab 66

Wanita itu meletakkan ponselnya ke telinga, lalu ia diam beberapa detik."Nggak ada jawaban," kata Airin sambil berdecak kesal. "Pelakor itu sengaja nggak angkat telepon dariku, biarin aja, aku akan balas nanti jika Mas Firman udah sembuh," celetuk Airin membuatku gemas. Rasanya ingin menghampiri orang itu, wanita yang menyebut Mbak Giska pelakor, padahal jelas-jelas ia sendiri orangnya.Namun, karena kami tengah bersembunyi, jadi emosi memuncak pun harus ditahan. Aku menoleh sebentar, melihat Mbak Giska yang tengah memegang handphone. Baru ingat kalau tadi tidak ada nada dering yang terdengar saat Airin menghubungi. Mbak Giska menunjuk ke arah layar dengan jari telunjuknya, ternyata sudah disilent. Pantas saja tidak ada nada dering yang masuk saat kedua wanita itu berniat meminta uang."Ya udah yuk! Aku mau jual emas yang Mas Firman berikan tiga tahun lalu, sebagai pelangkah," ucap Airin lagi membuatku bertambah panas. Ia bilang sebagai pelangkah? Memang dia siapa sampai minta jatah
last updateLast Updated : 2022-12-06
Read more

Bab 67

"Loh ternyata kalian!" Akhirnya ketahuan juga, padahal dari rumah sakit, kami sudah waspada. Aku bangkit dari duduk, tapi tangan Mbak Giska mencekal pergelangan tanganku. Matanya dikedipkan seakan menyuruhku untuk tetap duduk. Akhirnya aku menahan emosi yang sudah meledak. Mbak Giska tersenyum padaku membuat dahi ini sedikit mengerut.Kemudian, tangannya mempersilakan Airin duduk, Mbak Giska melakukan itu. Ya, meminta selingkuhan suami kami duduk bersama di satu meja makan."Duduklah, biar tidak ada suara keras lagi, ngobrol-ngobrol santai," suruh Mbak Giska.Aku beradu pandang dengan wanita paruh baya, yaitu Tante Soraya. Dagu ini sedikit mendongak seakan bertanya padanya. Namun, Tante Soraya hanya menaikkan bahunya.Airin terdengar berdecak, ia duduk dengan wajah sombong. "Pantas saja aku hubungi kamu tapi tidak ada jawaban," tutur Airin. "Ya, aku belum lihat handphone, ada apa?" tanya Mbak Giska. Aku semakin keheranan dibuatnya, ada apa gerangan hingga ia menurunkan egonya di de
last updateLast Updated : 2022-12-07
Read more

Bab 68

Setelah Mbak Giska menutup panggilan telepon, ia menyorotku dengan senyum. Manik matanya seolah tidak ada beban dan masalah, Mbak Giska terlihat baik-baik saja."Bingung?" Mbak Giska mengusap pipi ini dengan lembut. "Kamu nggak usah bingung. Adnan ke sini itu sebenarnya sudah kasih info dari semalam, walaupun dia tidak bilang bahwa Mas Firman berada di rumah sakit yang sama dengan Pak Heru, tapi aku tahu kalau hari ini ia melakukan operasi. Ada yang kamu tidak tahu juga, bahwa ada seorang wanita di Jakarta yang berutang budi pada Mas Firman, ia mengirimkan sejumlah uang pada Adnan, dan itu alasannya aku memberikan dua puluh juta pada Airin. Itu murni uang dari wanita itu," terang Mbak Giska.Aku sedikit terkejut, sebab Mbak Giska tidak bicara soal ini sebelumnya, apa ia sudah tak percaya lagi padaku dan Tante Soraya? "Rasanya aku ingin pulang lagi aja ke kampung, Mbak," timpalku padanya."Loh kenapa? Kamu marah? Kecewa atas tindakan Mbak? Iya?" Wanita yang pernah lumpuh selama tiga t
last updateLast Updated : 2022-12-08
Read more

Bab 69

Kami semua menghampiri wanita tersebut. Kemudian setelah mendekat, Adnan memperkenalkan kami semua. Itu artinya murni perkenalan pertama, tidak ada yang ditutup-tutupi. Ya, mungkin hanya prasangka burukku saja."Ini Bu Giska, dan ini Bu Nurma," ucap Adnan memperkenalkan."Halo, wah dua wanita cantik yang berada di depanku ini sungguh jauh lebih cantik dari foto," pujinya membuat kami saling beradu pandangan."Hm, Tante nggak cantik, ya?" Tante Soraya ikut berkomentar saat pujian itu terlontar. Wanita itu terkekeh sambil menepuk keningnya sendiri. Kemudian, ia menyodorkan tangan untuk berkenalan satu persatu.Kami menyambut tangan mulus wanita yang sepertinya berdarah blasteran. Hidung mancung dan kulit bule membuatku semakin yakin kalau dia bukan wanita asli Indonesia."Saya Helen, kalian duduk dulu dong, makan sebentar, setelah itu kita temui Firman. Sudah dua tahun saya mencari keberadaannya, akhirnya ketemu juga. Ternyata memiliki istri cantik," ungkap wanita itu sekali lagi.Aku
last updateLast Updated : 2022-12-09
Read more

Bab 70

"Sudahlah, lupakan," timpal wanita cantik itu."Bukan main apa, Helen? Bukan main feelingku benar, kan?" Tante Soraya memaksa Helen untuk jujur. Namun, tangan wanita itu dikibaskan sambil tersenyum. "Suatu saat kalian akan tahu ceritanya, dan akan merasa beruntung bertemu denganku." Helen meraih minuman yang ada di dekatnya, lalu menghabiskan jus jeruk yang ada di meja. "Sekali lagi aku katakan, kalian dan aku itu saling menguntungkan, sekarang kita ke kamar inap Firman, sudah di ruangan pasien kan?" Mbak Giska menyorot penuh ke arah Helen, ia terdiam seketika."Jadi benar bukan balas budi?" Mbak Giska memandang dengan tatapan serius.Alis Helen ditautkan, bahunya naik ke atas. "Giska, ayolah, kamu kan tadi sudah sangat berantusias nganterin ke ruangan Firman, kenapa sekarang ragu setelah mendengar tudingan tantemu?" "Ya, aku hanya ingin tahu, Helen, tidak lebih, jika kamu memang mau balas dendam, silakan! Aku tidak pernah mau ikut campur, karena setiap orang punya hak untuk membua
last updateLast Updated : 2022-12-10
Read more
PREV
1
...
56789
...
14
DMCA.com Protection Status