Sebenarnya, aku begitu merasa bersalah karena belum berani berterus terang pada Ayah. Hanya saja, untuk saat ini aku belum siap menerima konsekuensi yang akan aku dan Paman terima nantinya. Ayah sudah menyayangi Paman Harun layaknya adik sendiri. Bahkan sedikitpun tak pernah membedakan antara aku dengannya. Paman pun tak pernah berani membantah ucapan Ayah. Selalu menghormati, dan juga patuh terhadapnya. Hubungan mereka bukan lagi sekedar karena adanya aku sebagai perantara, namun terasa lebih dekat, layaknya benar-benar satu keluarga.Seandainya kami berkata jujur dan mengakui semuanya saat ini juga, mungkin Ayah tidak akan langsung bisa menerima. Dia pasti memikirkan kembali kisah yang sudah terjadi di belakang hari. Mulai berpikir negatif, bahwa Paman telah merencanakan semua ini sebelum mengajak kami untuk tinggal bersama. Mungkin pun Ayah juga menganggap, bahwa kebaikan yang Paman lakukan selama ini hanyalah sebuah siasat, hanya untuk mendekati, dan mendapatkan hati putrinya sa
Baca selengkapnya