Standar motor telah diturunkan. Helm berwarna merah senada dengan warna kendaraan, juga dia lepaskan. Diulurkan tangan ke arah Ayah, langsung meraih dan menciumnya sebelum Ayah menyambutnya. Dia seperti sudah terlihat akrab dan merasa diterima. Kupandangi wajah Paman yang sama sekali tak menyukai keadaan itu. Sorot matanya tajam kepada lelaki yang mungkin akan merusak suasananya malam ini. Pintu pagar telah tergeser dibuatnya. Paman diam saja, lalu masuk meninggalkan kami. Entah kenapa ada sesuatu yang mengganjal di hatiku atas kediamannya. "Masuklah!" pinta Ayah kepadanya. "Sudah malam, Yah. Ayah tidak lihat wajah Paman tadi?" sahutku cepat sebelum Andar merasa kedatangannya kami sambut. "Tidak enak dilihat orang, bicaralah di dalam. Jangan berbicara di pinggir jalan seperti ini.""Tidak akan lama, Yah. Dia akan segera pulang. Benarkan, Andar?" yakinku. Andar menatapku, kemudian mengangguk ke arah Ayah. ."Apa kau tidak lelah?" ucapku saat Ayah sudah menyusul Paman ke dalam rum
Baca selengkapnya