Akhirnya kami sepakat. Aku dan Ayah akan pindah ke rumah Paman besok pagi. Tepat masanya habis kontrak untuk bulan ini. Entah Ayah merasa keberatan atau tidak, tapi inilah saatnya aku kembali mengangkat derajat Ayah. "Mau kemana?" tanya Ayah, saat aku sudah berdandan rapi. "Bayar hutang!" seruku. Ayah mengernyit. Akupun tertawa sambil memijat bahunya. "Sarah ingin menemani Hana, Yah.""Bukannya kau libur?""Kali ini sebagai teman. Hana minta ditemani jalan. Ayah tidak keberatan, kan?" rayuku, sambil terus memijat bahunya seperti yang dari dulu aku lakukan jika menginginkan sesuatu. "Kau tidak sedang berbohong, kan?" tuding Ayah. "Ayah tahu kapan kau jujur dan kapan juga kau berbohong. Katakan kau ingin pergi dengan siapa?" desak Ayah.Aku menghentikan gerakanku, kemudian duduk berlutut di depannya. Bukan, bukan karena aku ingin memohon sesuatu, tapi karena di rumah ini memang tidak ada kursi untuk aku memberikan kedudukan yang tinggi buat Ayah. Hanya dengan berlutut, tinggi kami
Read more