Home / Urban / Asmara Ibu Asrama / Chapter 81 - Chapter 90

All Chapters of Asmara Ibu Asrama: Chapter 81 - Chapter 90

116 Chapters

Bab 81. Aku yang Akan Bertindak!

Wajah Wenny makin merah padam. Matanya menyala penuh kemarahan luar biasa. Dia merasa diabaikan dan tidak diindahkan oleh orang yang sangat dia sayangi. Julian dan Astri, keduanya sama-sama bungkam mengenai bahwa Astri akhirnya tetap menikah dengan tunangannya."Mereka bilang ga akan ada pernikahan. Mereka ada bukti kalau tunangan Kak Astri itu pria ga bener. Sebelum sampai hari pernikahan sesuai rencana pasti pertunangan itu akan batal. Tapi sekarang?!" Wenny benar-benar marah dan kecewa. Bagaimana bisa semua ini disembunyikan darinya?Errin dan Alfonso mengerti jika Wenny mengamuk. Dia masih berharap Astri akan jadi istri kakaknya. Beberapa kali dia mengatakan sebelum hari pernikahan apapun bisa terjadi. Dia begitu gembira karena hubungan Julian dan Astri masih berjalan diam-diam karena mereka akan segera bersama lagi."Kalian dapat info dari mana? Kenapa kalian juga tahu, tapi aku malah ga tahu?" Wenny memandang dua temannya. Panas hatinya belum juga surut."Salah satu teman kita, k
Read more

Bab 82. Syarat yang Menakutkan

Wenny seketika mengangkat tubuhnya, bangun dari posisi bersila dan menatap Alfonso tajam."Kamu jangan ngarang!" kata Wenny dengan wajah memerah. Bukan lagi karena marah, tapi terkejut dengan perkataan Alfonso."Aku beneran, Wenny. Aku ga bohong." Alfonso membalas tatapan Wenny. Sudah terlanjur terucap, tidak mungkin diralat. Alfonso tidak akan mundur."Kamu salah minum obat?" Wenny bertanya dengan alis hampir menyatu. Sama sekali tidak Wenny sangka. Di tengah kegalauan dan marah gara-gara sang kakak, Wenny mendapat pernyataan cinta."Aku ga sakit, ga minum obat," ujar Alfonso."Kamu bilang sayang sama aku, maksudnya cinta? Kamu nembak aku?" Wenny menunjuk dirinya.Wenny tentu saja tidak mengira jika Alfonso punya hati padanya. Selama ini mereka berteman sangat baik. Boleh dibilang bersahabat. Tidak ada tanda-tanda apapun yang menunjukkan Alfonso naksir Wenny, apalagi jatuh cinta. Malah, Alfonso suka diganggu teman-teman sekelas karena dia dekat dengan gadis dari kelas sebelah. Juga ad
Read more

Bab 83. Don't Worry, Kak

Husni yang masih fokus dengan setir, tidak segera menjawab pertanyaan Wenny. Jalanan sangat padat masuk akhir minggu. "Pak! Kak Juan kenapa?" Wenny tidak sabar karena pertanyaannya seperti diabaikan. "Ealahh, Non! Bentar, ini masih fokus!" sahut Husni. Matanya tetap lurus ke depan ke jalanan yang ramai.Wenny cemberut. Wajahnya menengok keluar jendela. Kota Pahlawan, selalu ramai, padat, dan penuh. "Pak Juan jarang keluar kamar. Jarang ngobrol lagi sama aku sama Bu Tami. Pagi jarang sarapan. Kalau ditanya paling geleng atau ngangguk. Jawab seperlunya. Kasihan lihatnya, Non," jawab Husni akhirnya. "Ih, ini ga bisa dibiarin," sahut Wenny. "Iya, Non. Ga tega saya. Kalau udah di kamar, kayak ga pengin keluar, ga mau ketemu orang. Saya takut kalau sampai sakit, gimana?" lanjut Husni. Wenny mendesah dan mengembuskan napasnya dengan keras. Ternyata Julian benar-benar patah hati. Yang lalu komunikasi dengan Wenny, pria itu meminta adiknya berlapang dada. Kenyataannya, Julian hancur hati.
Read more

Bab 84. Permintaan Terakhir Astri

Astri memandang foto Julian di layar ponsel. Wajah tampan dengan senyum menawan. Astri sangat merindukan pria itu. Rindu tertawa bersama, berjalan bergandengan tangan, dan bercerita apa saja meskipun hanya hal-hal sederhana, tapi semua menyenangkan. Semua itu begitu cepat berlalu. Julian yang dia yakini adalah jawaban doanya untuk mendapatkan pria terbaik di hidupnya, tiba-tiba ditarik lagi dan harus pergi sejauh mungkin."Juan, maafkan aku. Aku tak bisa berbuat apapun. Semua yang aku usahakan hanya terus saja membentur dinding. Apa benar Tuhan mau ini yang terjadi antara kita? Tapi, apa benar Tuhan juga biarkan aku akan menikah dengan Darma? Apa menikah dengan pria itu baik buat aku?" Hati Astri bicara.Air mata perlahan tumpah lagi. Sudah terlalu banyak Astri menangis. Terlalu banyak dia bersandiwara, menunjukkan dia baik-baik saja di depan mamanya, dan dia rela menjalani pernikahan yang tak pernah dia mau.Astri melirik jam dinding di kamarnya. Jam tiga lewat lima menit. Boleh dika
Read more

Bab 85. Kabur!

Tiba-tiba rasa panas menjalar ke seluruh tubuh Astri. Ada apa ini? Bagaimana bisa Wenny kecelakaan?"Alf, kamu, kamu, ini ... bagaimana bisa? Wenny di mana?" Dengan suara bergetar dan panik Astri bertanya.Damira melihat kakaknya dengan kening mengkerut. Aneh, Astri menerima telpon dan langsung gemetaran."Wenny tahu Ibu nikah hari ini. Dia marah, panik ... Dia pergi dengan motor dan ... ngebut, lalu ...""Ya Tuhan, bagaimana keadaannya sekarang? Kamu sama dia?" Astri makin cemas. Rasa bersalah kembali menerjang hatinya. Jika kondisi Wenny sampai parah, apalagi tidak selamat, ini salah Astri!"Aku ga tahu, Bu. Aku bingung .... Dia cuma pengin mati." Alfonso seperti takut mau bicara dengan gamblang."Kalian di mana? Cepat kasih tahu?!" Astri bicara setengah berteriak. Dada Astri terasa mulai sesak. Benar-benar ini tidak bisa dibiarkan.Damira makin heran menatap pada kakaknya."Kasih tahu lokasi kamu, Alf. Segera." Astri tak berpikir lagi, yang dia mau lakukan hanyalah bertemu Wenny. "
Read more

Bab 86. Kejutan Wenny

"Berhasil. Aku berhasil, Alf." Mata Wenny berbinar saat mendengar lewat telpon Astri tidak pergi ke gereja tempat dia harus menikah. Astri memutar haluan menuju lokasi di mana Wenny berada.Alfonso memandang dengan hati berdebar tidak karuan. Wenny benar-benar pemberani. Gadis ini sangat berbeda dengan gadis lain yang Alfonso pernah dekat. Wenny seperti tidak punya rasa takut. Dia mengatur rencana dengan detil, dia pikirkan bukan satu sisi saja, tapi di sisi yang lain juga. Alfonso cukup gentar, walau begitu rasa kagum pada Wenny makin melebar."Wenny, kamu ga kasih tahu Kak Juan?" Alfonso memandang Wenny."Ada. Tentu aku kasih tahu. Tapi aku yakin dia ga bakalan cepat sadar soal itu. Tunggu saja. Dia yang akan menghubungi aku lebih dulu, atau Kak Astri yang sampai di sini." Wenny tersenyum lebar. Dia mengambil botol minum di dalam tas yang dia pangku, lalu meneguk beberapa kali."Kalau sampai reaksi keluarga Bu Astri ga seperti yang kamu harapkan?" Alfonso bertanya lagi."Setidaknya,
Read more

Bab 87. Kekacauan Tak Terhindarkan

Tubuh Astri rasanya seolah-olah kesemutan dari dada hingga ke perut. Wenny jelas sekali tidak mengalami luka atau berdarah karena kecelakaan. Apalagi ditambah senyum yang hadir menghiasi bibirrnya yang tipis, gadis itu baik-baik saja."Wenny, kamu ... Alfonso bilang kalau kamu ...""Hai, Kak Astri. Hai juga Kak Mira!" Dengan senyum lebar, suara renyah, dan wajah sumringah, Wenny menyapa. "Urusanku sama dokter dan perawat udah beres. Kita cari tempat lain aja buat ngobrol. Para pasien bisa shock lihat pengantin salah masuk gedung. Ayo, Kak!"Tangan Wenny terulur meraih pergelangan tangan Astri dan sedikit menarik wanita itu agar mengikutinya keluar dari klinik.Bingung, kaget, tidak tahu harus berkata apa, Astri mengikuti saja Wenny menuntunnya keluar. Di belakang mereka Alfonso berjalan dengan wajah resah, sedangkan Damira dan Davin, mereka kaget, tentu saja, tapi sudah bisa menduga apa yang sebenarnya terjadi!Tinggalkan dulu ketegangan dan keterkejutan Astri melihat Wenny dalam kondi
Read more

Bab 88. Marah dan Malu

Tatapan garang Andika menghujam Darma. Pengacara itu membalas tatapan Andika, tetapi dengan pertanyaan muncul di kepala. Ada apa? Mengapa Andika berbalik marah kepadanya, sedangkan Astri yang mengingkari janji. Wanita itu tidak muncul tepat di hari pernikahan mereka. Luar biasa, bukan? Pintar sekali dia bersandiwara, bahkan dia tidak enggan mempermalukan orang tuanya sendiri."Aku tidak menyangka kamu ternyata mempermainkan aku dan keluargaku. Dari awal aku mendesak putriku menerima kamu, tapi apa yang kamu lakukan? Apa?!" sentak Andika dengan kemarahan mulai meluap."Aku nggak ngerti Om bicara apa? Jelas-jelas Astri yang ga datang, kenapa Om justru marah sama aku?!" Darma membalas kegeraman Andika."Kamu jangan pura-pura bodoh!" Tangan Andika menunjuk pada Darma.Dari dalam gereja, beberapa orang muncul mendengar suara marah dari depan gedung itu. Salah satu pengatur acara mendekat ingin tahu apa yang terjadi."Pak, mohon maaf, apa yang terjadi? Acara bagaimana? Kita tunda berapa lama
Read more

Bab 89. Gadis Belia Itu Benar-benar!

Dada Astri seperti bergerak berlipat kali lebih cepat. Dia tidak percaya mendengar apa yang Wenny ucapkan. Astri tidak bisa mencerna dengan cepat bahwa Wenny sangat cerdik mengatur segala sesuatu dan membuat kekacauan sehingga hari pernikahan Astri berantakan. Sama halnya dengan Damira dan Davin. Mereka terperangah, terpana, dan kagum pada Wenny yang begitu berani. Sementara Astri masih bicara dengan Wenny, Damira, dan Davin, kesempatan Alfonso menghubungi Errin lagi. Dia mengirim banyak pesan memberitahu apa yang sebenarnya terjadi. Secara garis besar tetapi lengkap, Alfonso mengatakan runtutan berbagai hal yang Wenny lakukan agar Astri tidak jadi menikah dengan Darma dan akan segera balik kepada Julian. - Gila! Aku ga nyangka Wenny jauh lebih kacau dari yang aku pikir. Dia benar-benar menghubungi wanita yang menggoda Kak Juan? Lalu berhasil mengorek semua keterangan darinya dan tahu rencana busuk pengacara calon bu Astri itu? Gila, Alfon! Alfonso membenarkan dan memberikan penjela
Read more

Bab 90. Menghadapi Mama dan Papa

"Tidak!" Astri mengangkat wajahnya dan melihat pada Damira. "Kita pulang. Kita ga bisa menunggu lagi. Mama, aku rasa, mama, sepertinya ..." "Kak! Tenang!" Damira menarik lengan Astri dengan cepat. Astri langsung panik begitu mendengar suara Galang di telpon. "Tapi, Mira ..." Astri memandang Damira dengan debaran jantung melaju cepat. "Kita jauh dari mama. Kita ga bisa nolong. Ada Kak Galang, Papa, Kak Nora, dan keluarga yang lain," kata Damira. "Aku tahu, kita ga bisa remehkan. Aku juga takut ada apa-apa sama mama. Tapi ga boleh panik, Kak." "Begini saja. Kak Astri sama kamu, Mira, kalian pulang duluan. Aku temani Wenny dan Alfonso sampai Kak Juan datang. Oke?" Davin mengusulkan. "Kukira gitu bisa. Ayo, Kak!" Damira langsung setuju dengan usul Davin. "Baiklah." Astri juga sepakat. Dia menoleh pada Wenny. "Thank you, Wenny. For all." Wenny memeluk Astri, lalu Astri masuk ke dalam mobil, diikuti oleh Damira. Berdua dengan adiknya Astri meninggalkan tempat itu. Dalam perjalanan, me
Read more
PREV
1
...
789101112
DMCA.com Protection Status