Home / Urban / Asmara Ibu Asrama / Chapter 91 - Chapter 100

All Chapters of Asmara Ibu Asrama: Chapter 91 - Chapter 100

116 Chapters

Bab 91. Kamu Biang Keladinya?

Astri hampir menjawab pertanyaan sang ibu, dari pintu kamar seorang pembantu rumah itu datang dan memberitahu ada tamu. Andika dan Nora keluar kamar melihat siapa yang datang. Astri dan Damira tetap di dalam kamar, menemani Titi.Davin tiba bersama dengan Wenny, Alfonso, dan Julian, juga Errin. Mengejutkan memang, sahabat Wenny itu ngotot ikut Julian menemui Wenny. Julian terpaksa membawa gadis itu bersamanya. Pertemuan Errin dan Wenny di Pasuruan cukup dramatis. Ada adegan yang menegangkan tetapi juga mengharukan. Alfonso, pemuda itu yang bisa menjadi penengah di antara dua gadis itu. Persahabatan yang unik di mata Julian. Kembali ke rumah keluarga Kamajaya. Andika sangat kaget kedatangan tamu tak diundang. Sama sekali tak dia kira, Julian muncul bersama adiknya di situasi itu. Yang langsung terpikir oleh Andika adalah kisah Astri tentang bagaimana Wenny membuat cerita palsu untuk membatalkan pernikahan Astri hari itu.Davin, Wenny, Alfonso, dan Julian serta Errin sudah di dalam rum
Read more

Bab 92. Menagih Kesepakatan

"Untuk apa ditunda? Lakukan saja sesuai rencana kalian. Seperti yang aku bilang, kalau saja aku tidak memaksa kamu dengan Darma, mungkin saja pernikahan batal itu adalah hari pernikahan kamu dan Julian." Andika mengucapkan kata-kata itu serius pada Astri.Astri tidak menyangka papanya seratus persen mendukung dia dan Julian segera mengatur pernikahan. Sementara Astri belum yakin karena masih khawatir dengan kondisi mamanya."Masalah mama kamu, tenang saja. Kalau kamu bahagia, dia pasti semangat buat bangkit. Dia pasti sembuh, Astri." Andika melanjutkan menguatkan hati Astri.Astri tidak tahu apakah Andika mengucapkan itu hanya untuk membesarkan hati Astri. Paling tidak Astri sangat lega, tidak ada lagi halangan yang mengganggu hubungannya dengan Julian."Papa, biaya untuk persiapan pernikahan yang lalu banyak yang terbuang sia-sia. Aku masih berpikir apakah tidak terlalu cepat aku menyiapkan pernikahan lagi," kata Astri. Tentu Astri tidak ingin juga menunda rencana bersama Julian, teta
Read more

Bab 93. Serangan Datang Lagi

Wenny sangat kaget mendengar suara penelpon tak dikenal yang bicara dengan nada garang dan mengancam. Aneh sekali. Bagaimana bisa tiba-tiba Wenny dapat telepon seperti itu?"Pak, salah alamat. Cek lagi nomornya!" Masih di tengah rasa terkejut, Wenny menjawab juga.Alfonso menatap heran pada Wenny. Mengapa ekspresi Wenny tiba-tiba berubah tegang. Wenny menutup telpon, lalu meletakkan lagi ponsel di meja.Dering terdengar lagi. Wenny melihatnya, dari nomor yang barusan menghubungi. Wenny biarkan saja."Salah orang?" Alfonso masih penasaran."Iya, Alf. Masak dia ngancam aku. Kenal juga nggak. Bapak-bapak lagi," kata Wenny."Ya, sudah. Ga usah, dipikirin, biarin aja." Alfonso berusaha menenangkan Wenny. Tapi ponsel Wenny terus saja berbunyi. Karena mengganggu terus, Wenny menerimanya juga."Halo?" Sapaan yang sama Wenny ucapkan."Kenapa kamu tutup telpon? Kamu takut? Dasar penjahat kecil!" Suara yang sama dengan nada marah yang terdengar di telinga Wenny."Eh, Pak, sabar sebentar. Bapak c
Read more

Bab 94. Strategi Menghadapi Pengacara

"Kamu baik-baik?" Astri menatap Wenny lekat-lekat. Dari aura gadis itu, Astri tahu ada sesuatu terjadi."Ya, aku baik. Ga apa-apa." Wenny menjawab Astri dengan dada meletup. Dia harus bersikap sewajarnya. "Kepaka penuh, Kak, abis belajar."Astri menelisik tatapan Wenny lalu menoleh ke arah Alfonso."Alf? Ada sesuatu?" tanya Astri."Eh, yaa, itu, harus banyak belajar." Alfonso jadi ikut bingung.Sikap Alfonso membuat Astri makin yakin kedua muridnya itu sedang sepakat berdusta."Darma menghubungi kamu? Apa yang dia katakan?" Astri tidak mau berputar-putar. Lebih baik dia langsung saja bertanya.Wenny dan Alfonso saling memandang. Bagaimana ibu asrama mereka tahu? "Darma akan melaporkan aku ke polisi. Dia mengatakan sudah menemukan pengirim paket berisi kabar bohong tentang dirinya dan akan melaporkannya juga." Astri serius bicara pada Wenny."Kak, gimana?" Tidak perlu berbelit-belit. Langsung Wenny memandang Astri dengan aura sesungguhnya yang menunjukkan gejolak hatinya."Kita ke kama
Read more

Bab 95. Penyesalan Sintya

Demi mendengar yang Darma katakan, Sintya merasa tubuhnya menegang karena kaget dan kesal. Teman SMA-nya itu ternyata menjadi pria arogan dan mengerikan. Sintya melihat Darma yang sangat berbeda dari yang selama ini dia kenal. Sepertinya dunia yang dia masuki membuat Darma menjadi orang yang egois dan tidak punya hati."Dar, urusan kita udah kelar. Kamu mengejar Astri, aku mengejar Julian. Kalau akhirnya mereka tetap bersama, itu sudah takdir. Tuhan menjodohkan mereka. Buat apa kita repot dan nyusahin diri sendiri?" Sintya dengan kerut menyatu bicara. Dia tidak akan mau lagi ikut campur. Apalagi sampai melebar ke jalur hukum. Bisa gawat, akan timbul masalah dengan karir Sintya yang baru naik."Takdir katamu? Aku tidak percaya takdir. Aku yang akan menentukan takdirku! Suka atau tidak suka, kamu pernah jadi sekutuku. Tunggu saja panggilan dariku kalau aku butuh kamu datang!" Dengan kalimat itu Darma mengacungkan jarinya ke depan wajah Sintya lalu dia berbalik cepat, meninggalkan Sintya
Read more

Bab 96. Panggilan Istimewa

"Mbak Sintya serius mau bantu aku? Bukannya akan lebih bahaya berada di pihakku?" Julian memandang Sintya, dia mau memastikan jangan sampai Sintya diselundupkan Darma. Wanita itu berpura-pura menyesal tapi sebenarnya ada misi khusus yang dia bawa dari Darma."Aku paling ga mau berurusan dengan polisi. Biarpun jadi saksi saja, kesannya udah bermasalah sama yang berwajib. Ga mau aku. Mana ibuku lemah jantung. Dengar aku urusan polisi, bisa bikin dia shock." Sintya menatap dengan wajah bingung dan cemas. Julian mulai yakin, Sintya memang serius pindah haluan dan bersedia menentang Darma."Oke. Aku mau Mbak Sintya jujur sama aku, apa saja yang Mbak Sintya tahu soal Darma. Siapa tahu, itu berguna nanti buat aku dan Wenny." Julian akan mengorek apa saja, informasi tentang Darma yang mungkin akan menjadi senjata untuk mengalahkan pengacara itu jika benar dia jadi melakukan laporan ke pihak yang berwajib."Oke. Tanya apa saja, aku akan jawab." Sintya bertekad akan membantu Julian. Dia akan me
Read more

Bab 97. Membalas Gigitan Si Pengacara

Astri menggigit bibirnya. Dia tidak menduga, sang ayah yang awalnya begitu membanggakan Darma bisa bersikap sebaliknya. Andika membenci Darma, karena dia penuh intrik dan manipulatif. "Papa, bukan begitu. Aku ga mau membuat papa repot. Papa mesti fokus sama mama. Aku dan Julian akan mengurus semuanya." Astri menenangkan Andika. Memang Astri tidak mau papanya ikut terlibat. Akan semakin melebar dan riuh, jika emosi pria itu memuncak."Mana bisa aku diam saja. Semua ini terjadi karena aku yang memulai, Astri. Andai aku tidak memaksa kamu berkenalan dengan Darma. Andai aku tidak bertingkah seperti orang dikejar utang karena mau kamu segera menikah." Andika menyesali apa yang telah terjadi.Dada Astri naik turun karena rasa tegang dibaremgi resah. Dia tidak mau Andika sampai ikut ribut. Bagaimana caranya Astri meyakinkan ayahnya, jika dia tidak perlu turun tangan."Aku akan menebus kecerobohanku dengan memastikan putriku akan aman. Sampai kamu dan Julian menikah, tidak ada gangguan apapun
Read more

Bab 98. Kamu Mundur Atau Hancur?

Setiap kalimat yang Damira kirim di chat membuat Astri melotot lebar. Apa yang adiknya ungkapkan itu membuat Astri bingung. Apa yang ada di kepala Damira? Jangan dia asal emosi lalu bertindak yang hanya akan menjebak diri sendiri.Astri menelpon Damira cepat. Lebih baik bicara langsung daripada membalas chat belum tentu dipahami dengan benar."Kamu jangan asal bicara. Kita berhadapan dengan Darma, Mira. Pengacara mulai ternama. Pria culas dan licik." Astri bicara dengan tegas."Pria ga tahu diri dan ga tahu malu itu?! Ah, Kakak, percaya sama aku, kita bisa membuat nyalinya ciut!" Damira masih ngotot. Nada suaranya bukan merendah tapi makin naik."Kamu seyakin itu? Emang kamu mau ngapain?" Astri kesal sekali. Damira begitu pede kalau dia bisa dengan mudah mengatasi Darma."Justru ini yang aku tunggu, Kakakku yang cantik!" Suara Damira belum mengecil. Nada tinggi juga belum merendah. "Lupa, apa yang aku temukan dengan Davin, siapa Darma itu sebenarnya?" Astri mengerutkan kening. Tiba-ti
Read more

Bab 99. Perdebatan dan Negosiasi!

"Sekarang, Kak?!" Damira menatap kakaknya, memastikan Astri langsung mau memberikan bukti rahasia Darma. "Aku akan kirim satu yang paling jelas dan tidak akan mungkin dia tolak atau ingkari." Astri berkata ganti meyakinkan adiknya. "Lebih cepat selesai akan lebih baik, bukan?""Kurasa Kak Astri benar, Mira. Kita akan lihat apa reaksi Darma setelah mendapat bukti itu." Davin mendukung Astri."Oke. Let's check. Yang mana yang Kakak mau kirim?" Damira membuka file bukti di laptopnya. Di tunjukkan gambar-gambar yang tersimpan di sana. Astri mencermati lalu dia menunjuk satu foto. Damira mengirim satu gambar yang membuat dia bergidik pada Astri."Moga dengan melihat itu, Darma ga akan macam-macam." Damira meng-klik dan terkirim sudah gambar ke ponsel Astri.Segera Astri mengirim ulang pada Darma. Tidak lama pria itu menghubungi Astri lagi."Kamu jangan macam-macam, Astrina. Itu foto rekayasa! Aku bisa tuntut kamu!" Darma berkata dengan empsi tinggi. Dia pasti tidak menduga apa yang Astri
Read more

Bab 100. Kamu Tidak Ingat Aku?

Julian menegakkan punggungnya begitu mendengar Wenny bertanya dengan cemas."Ini dari polisi, kan, Kak? Kenapa Kak Juan ga kasih tahu aku?" Suara cemas Wenny makin terasa.Julian kaget karena Wenny bisa menemukan surat itu. Berarti Wenny lancang mencari-cari sesuatu di kamarnya. Julian menyimpan surat itu di folder dan tersusun rapi. Dia pastikan sebelum Wenny tahu, dia sudah bisa mengambil langkah lebih dulu mengatasi semuanya."Wenny, tunggu aku pulang. Kita bicara nanti. Oke? Keep calm. I will be back home as soon as possible. (Tenanglah. Aku akan pulang secepatnya)" kata Julian. Dia harus cepat pulang. Jangan sampai Wenny meledak-ledak sendirian. Bisa saja dia bertingkah tidak seharusnya. Rencana berubah lagi. Awalnya, setelah pembicaraan itu, Julian dan Astri akan ke rumah keluarga Kamajaya, bertemu Titi. Julian ingin menengok ibu Astri. Tetapi mau tidak mau Julian harus memutar haluan. Sedang Astri, sesuai rencana semula, dia pulang bersama Davin dan Damira. "Kenapa Kak Juan ga
Read more
PREV
1
...
789101112
DMCA.com Protection Status