Levin tersenyum lebar. Dia berhasil menyentuh hati putrinya. Kejutan kecil yang dia berikan mampu meluluhkan kekakuan di antara dia dan Wenny. "Wenny, Papa harus pergi. Tapi Papa janji, waktu Julian menikah, Papa sekalian ambil libur kita jalan-jalan. Kamu mau ke mana, Papa antar," kata Levin. Pikiran Wenny melayang. Bayangan-bayangan kala masih bocah setiap dia mengenang seorang ayah terpampang jelas. Taan hiburan, pantai, kemah, memancing, dan menjejalahi alam, semua itu muncul. "Serius? Papa mau kasih apa saja yang aku minta?" Wenny menatap Levin dengan mata ceria. "Yup. Kita ganti waktu-waktu yang hilang dengan menghabiskan waktu bersama. "Oke. Kalau aku ajak Errin dan Alfonso juga, boleh?" Wenny menoleh pada dua orang terbaik yang dia punya di sekolah itu. "Sure, silakan saja," sahut Levin. "Makasih, Pa. Aku tunggu kabar Papa." Sekali lagi Wenny memeluk Levin erat, lalu dia melepaskan pria itu pergi. Alfonso dan Errin ikut memperhatikan Levin sampai tak tampak lagi. Ada se
Baca selengkapnya