Beranda / Urban / Asmara Ibu Asrama / Bab 71 - Bab 80

Semua Bab Asmara Ibu Asrama: Bab 71 - Bab 80

116 Bab

Bab 71. Sintya Keceplosan!

Astri balik masuk ke kamar. Dia membaca sekali lagi pesan yang Julian kirimkan. - Sintya mengatakannya, Astri. Tidak sengaja, tapi akhirnya aku tahu, Sintya kenal Darma. Darma yang mengambil foto-foto itu. "Ya Tuhan ... Pak Pengacara itu memang gila," kata Astri lirih dengan dada bergemuruh. Marah tak bisa dicegah memuncak di sana. Ini sungguh kabar di luar dugaan Astri. Sintya kenal dengan Darma? Sejak kapan? Mereka berteman selama ini? Astri harus dapat kejelasan segera.Astri hampir mengirim pesan pada Julian, pesan baru masuk lagi. - Aku harus terus mengorek Sintya. Aku akan beri kabar lagi nanti. Kamu baik-baik, Honey. Deg! Jantung Astri bergemuruh lagi. Dan gemuruh yang terakhir jelas berbeda. Julian menuliskan kata 'honey'. Panggilan istimewa untuk Astri. Di situasi itu, ketika semua masih belum jelas, masih carut marut, Julian makin berani menunjukkan rasa sayangnya. Astri merasa seperti melayang. Senyum manis penuh pesona Tuan Dawson terpampang di pikiran Astri. Rasa rin
Baca selengkapnya

Bab 72. Menyatakan Kebenaran

Julian geram mendengar yang Sintya ucapkan. Pengacara pilihan ayah Astri ternyata pintar bermain intrik. Yang ditipu dan dibohongi sebenarnya adalah Sintya. "Upps! Kok, aku kasih tahu kamu?" Sintya kaget kenapa dia sampai membuka rahasianya.Julian menarik napas dalam. "Untuk apa dia lakukan itu? Dan kamu ga masalah dengan itu?" "Awalnya aku protes. Tapi setelah dengar alasan Darma, aku paham, sih." Sintya kembali bicara dengan nada normal."Kenapa? Jelas itu melanggar privasi. Melanggar hukum. Rasanya aneh, dia lakukan itu," ucap Julian."Darma hanya mau kekasihnya kembali padanya. Dia juga bilang, kasihan kamu, dibohongi selama ini. So, sekarang kamu ga usah pusing soal wanita itu. Darma sudah mampu menaklukkannya." Sintya tersenyum lebar.Julian tidak berkata apa-apa. Hatinya kesal luar biasa. Tapi sandiwara harus tetap dijalankan."Aku ga habis pikir, wanita itu kerja di sekolah, bukan? Di tempat Wenny, betul? Berarti ga sembarangan bisa jadi pegawai di sana. Kenapa bisa kelakuan
Baca selengkapnya

Bab 73. Wenny Berulah

Jam tujuh lewat, sepulang dari kantor, Julian menghubungi Astri. Mereka saling memberikan informasi terkait misi yang mereka jalankan. Mendengar kabar dari Astri mengenai Darma yang suka pergi ke club, Julian tidak terlalu terkejut. Tetapi harus ada bukti nyata dan langsung pria itu bersama wanita di dalam club. Jika hanya punya gambar dia di depan atau masuk lokasi itu, menurut Julian itu kurang kuat. "Iya, itu juga yang Mira katakan. Dia masih akan meneruskan penyelidikan. Dalam beberapa hari dia bilang pasti akan dapat bukti lebih lengkap. Lalu kamu?" Astri pun ingin tahu perkembangan Julian. Meluncurlah kejadian hari itu saat Sintya mengajak Julian pergi berdua. Makan di restoran mewah, lalu pergi beli pakaian couple. Kepala dan dada Astri terasa panas. Dia terbakar cemburu. Apalagi saat tahu Sintya sengaja memposting kebersamaan Julian dengannya. "Kamu senang? Cewek itu makin di atas angin. Kamu ga bisa nolak dia," ujar Astri dengan nada mulai ketus. Julian tersenyum. "Honey,
Baca selengkapnya

Bab 74. Adik Suka Melawan

"Maaf, Pak, ini dengan siapa?" Dari seberang terdengar suara pemuda yang balik bertanya dengan nada kaget. "Kamu Alfonso, kan? Mana Wenny? Aku Julian Dawson," kata Julian tegas. Tentu saja Alfonso makin terkejut mendapat telepon dari Julian. "Maaf, Kak, aku masih membujuk Wenny untuk pulang. Dia masih di dalam toilet." Alfonso menjawab berusaha sebisa mungkin bersikap tenang. Julian merasa dadanya berdebar kuat. "Kalian ada di mana?" "Di mal, Kak. Tadi kami nonton, lalu makan. Ini baru selesai." Alfonso menjelaskan. "Wenny tiba-tiba marah dan katanya dia ga mau pulang." "Mal mana? Aku akan jemput Wenny," tandas Julian tidak sabar. "Kak, Wenny bilang dia mau nginap di guest house malam ini. Aku bingung gimana membujuk dia." Alfonso lebih baik mengatakan pada Julian. Dia khawatir sekali pada Wenny. Alfonso tahu kenapa Wenny langsung meledak, tapi tidak etis dia sampaikan pada Julian."Apa?!" Dada Julian makin tidak karuan. Wenny memilih menginap di guest house? Dan bersama dengan
Baca selengkapnya

Bab 75. Membuka Rahasia

"Wenny, bisa kamu tenang sebentar?!" Julian ikut menaikkan nada suaranya. Dia berusaha sabar dan meredam Wenny, sebaliknya gadis itu makin meluap.Wenny seketika mengatupkan bibirnya dan menatap Julian. Sudah lama sekali si kakak tidak marah sebesar. Wenny mengerjap beberapa kali. Rasa kesal belum surut, muncul perih di hatinya. Julian tidak mengerti dirinya. Kakaknya jadi bertingkah semau sendiri. Lebih baik Julian tidak pernah pacaran, dia tidak akan kacau."Oke, aku harus tenang, kamu juga. Kalau kita sama-sama marah, ga akan selesai." Julian menekan emosinya. Pikiran harus tetap dingin.Hari semakin larut, semua harus segera diluruskan lalu dia dan Wenny bisa mengakhiri hari itu dengan tenang.Wenny mendesah. Dia menarik badan ke tengah ranjang lalu mengatur posisi bersila."Aku terpaksa bicara, memberitahu sesuatu yang sebenarnya ga boleh." Julian melipat tangan di dada. Situasi yang terjadi memaksa Julian membuka rahasia."Apaan, sih, Kak? Bikin bingung aja," ucap Wenny masih den
Baca selengkapnya

Bab 76. Keadaan Tak Bersahabat

"Apa?!" Astri berkata setengah berteriak mendengar itu. "Apa yang terjadi, Mira?" "Aku ga tahu. Bibi bilang mama pingsan. Dia langsung telpon taksi bawa mama ke rumah sakit. Aku masih dalam perjalanan dari kantor. Kata bibi, mama sampai muntah darah." Jawaban Damira membuat hati Astri gelisah dan cemas.Selama ini Titi selalu sehat. Dia wanita yang lincah, suka bekerja, dan sesekali mengikuti kegiatan ibu-ibu di kampung. Tidak pernah dia mengeluh sakit. Kenapa tiba-tiba dia drop?"Kak, gimana?" Damira bertanya masih dengan nada panik. Astri tahu apa yang Damira cemaskan. Bukan hanya soal mama mereka. Sebenarnya Damira punya trauma berurusan dengan rumah sakit karena peristiwa dia operasi usus buntu saat SMP. Sejak itu dia selalu takut pergi ke rumah sakit. Tapi kali itu dia harus pergi. Tidak ada papa atau Astri. Damira harus mengurus mama."Ada bibi di rumah sakit. Tenang saja. Aku akan atur pulang secepatnya. Oke?" Mau tidak mau Astri harus pulang. "Ya, Kak. Please, cepat ke sini,
Baca selengkapnya

Bab 77. Keinginan Hati

Pria gagah dengan tatapan tajam itu berjalan makin mendekat. Jelas aura wajahnya memandang dengan tegang bercampur cemas."Bagaimana mama kalian?" Andika berdiri di depan kedua putrinya."Papa ..." Seketika Damira menangis. Derai air mata tak dapat dia tangguhkan. Astri terdiam, dengan mata berkaca-kaca."Apa yang terjadi?" Melihat kedua putrinya tidak menjawab pertanyaan, debaran kuat menyusup cepat di dada Andika.Tidak menunggu jawaban, dia melangkah masuk ke dalam kamar. Andika bahkan tidak melihat Davin yang duduk di dekat pintu. Pria itu terus mendekati ranjang. Istrinya tergolek lemah, tak berdaya dan tak bergerak. Peralatan menempel pada tubuhnya menopang agar dia bertahan dan kondisinya akan membaik.Astri dan Damira, juga Davin berdiri mematung di dekat pintu memperhatikan Andika yang tampak sangat sedih melihat istrinya. Titi memang sudah tertidur, tetapi terlihat dia tidak tenang salam tidur.Beberapa menit kemudian, Andika berbalik dan berjalan mendekat pada tiga anak mud
Baca selengkapnya

Bab 78. Kamu Mau Jadi Anak Durhaka?!

Astri tidak menjawab, tidak mengangguk, atau menggeleng-geleng. Dia bingung, tapi tidak ingin membuat mamanya kecewa."Ma ..." Ada banyak yang Astri mau katakan, tapi berat untuk dia tuturkan dengan keadaan ibunya seperti itu."Mama mau lihat kamu ... dan Mira bahagia. Cuma itu." Kalimat itu diucapkan dengan suara lemah. Sementara mata Titi berkaca-kaca.Dunia seperti terbolak balik. Setiap ucapan Andika dan Titi bertalu-talu di kepala Astri. Kenyataan dan harapan makin bertabrakan saling menghancurkan.Astri berpegang kuat pada tepi ranjang. Dia harus tetap tegak dan bisa berpikir waras. Jangan sampai semua keadaan ini akan menghabisi Astri sepanjang hidup."Papa, ada yang harus aku katakan pada papa." Astri menguatkan hati. Lebih baik segera dia katakan atau semua akan makin terlambat.Andika mengarahkan pandangan lurus pada Astri. Dari roman muka putrinya, Andika bisa menduga apa yang akan Astri katakan."Katakan saja," ucap Andika dengan nada datar, tidak nyaman didengar.Astri tah
Baca selengkapnya

Bab 79. Di Atas Angin

Sekeliling rasanya seperti menjepit. Dunia Astri dikungkung begitu rupa sampai dia tak bisa bergerak. Andika bertindak sangat cepat mengatur semua keperluan pernikahan Astri. Relasinya yang luas membuat Andika tidak perlu repot. Dia hanya menghubungi satu dua orang untuk menguruskan, dalam waktu singkat semua beres.Beberapa kali Darma menelpon Astri dan membicarakan tentang pernikahan mereka yang akan jauh lebih cepat dilakukan dari rencana. Astri tidak banyak menjawab atau merespon. Astri menurut saja apapun yang diinginkan Darma atau Andika."Kamu ga perlu khawatir apapun, Astrina. Tinggal bilang ingin apa, aku akan siapkan semuanya." Ucapan itu terdengar manis, tetapi membuat Astri muak. Dengan kata-kata itu seolah-olah Darma mau menunjukkan Astri, dia tak bisa dikalahkan. Seperti yang dia bilang, apa yang jadi miliknya akan tetap jadi miliknya.Astri tidak berkata apa-apa. Dia juga tidak mau meminta apa-apa. Sekalipun dalam kepedihan yang dalam, Astri masih berharap, mungkin hanya
Baca selengkapnya

Bab 80. Kembali Menghebohkan

Fanda memperhatikan Astri. Tampak tenang dan berusaha bersikap sewajar mungkin. Tapi Fanda bisa menelisik sedih dan gundah di hati Astri. Ada tekanan luar biasa yang Astri harus tahan menghadapi. Dan itu sangat tidak mudah."Saya tahu peraturan sekolah ini seperti apa. Tetapi yang jadi persoalan, Pak, Bu Astri mengajukan cuti bukan karena maunya. Situasi menuntut. Apakah tidak mungkin ada pengeculian untuk kasus seperti ini?" Fanda mencoba mencari cela dari aturan yang tengah akan dilanggar."Hmm, yaaa, semestinya bisa. Tetapi harus jelas dan ada konsekuensi yang perlu juga dipertimbangkan," kata Arya.Astri tidak nyaman sekali dengan situasi itu. Dia sadar membuat para pemimpin sekolah ikut pusing gara-gara urusan perjodohannya. Seperti yang lalu Astri diminta keluar ruangan sementara kepala sekolah dan wakilnya berembug untuk memberi jawaban buat Astri.Astri menunggu di kantor guru dan staf yang memang bersebelahan dengan ruang kepala sekolah. Astri berusaha menyibukkan diri dengan
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
678910
...
12
DMCA.com Protection Status