Home / Urban / Asmara Ibu Asrama / Chapter 51 - Chapter 60

All Chapters of Asmara Ibu Asrama: Chapter 51 - Chapter 60

116 Chapters

Bab 51. Berjanjilah Padaku

Astri menoleh mendengar panggilan Wenny. Segera matanya tertuju pada Julian yang berjalan sedikit di belakang Wenny. Tampan, gagah, dan keren. Tetapi Astri bisa melihat raut wajahnya tidak seceria biasanya. "Wenny! Ah, kamu udah masuk!!" Teman-teman Wenny senang melihat Wenny kembali ke sekolah. Gadis-gadis itu merubung Wenny. Mereka berbicara hampir bersahut-sahutan seperti tidak ada yang mau mengalah.Astri dan Julian tidak memperhatikan lagi sekeliling. Mereka saling memandang. Baru sehari saja tidak bertemu. Kejadian mengejutkan mereka harus hadapi. Keduanya terlihat tegang, tidak tahu siapa yang akan memulai bicara lebih dulu."Ayo, kita ke kamar! Abis itu siap-siap kelas!" Errin bicara sekerasnya untuk mengalahkan suara teman-teman yang riuh."Oke, ayo!" Gadis di sebelah Errin menyahut."Eh, Kak!" Wenny menoleh dan memanggil Julian.Julian dan Astri yang berdiri berhadapan meski jarak mereka agak jauh, tersentak. Mereka menoleh ke arah Wenny."Tasku mana? Mau masuk asrama!" Wen
Read more

Bab 52. Keputusanku yang Akan Terjadi

This is it! Kenapa Astri tidak pernah terpikir akan hal itu? Benar sekali pertanyaan Julian. Siapa yang mengirimkan foto-foto itu pada Andika? Sudah pasti orang itu kenal Andika dan punya nomornya.Pertanyaan lain, apakah orang itu juga yang membuat foto-foto atau dia mendapatkannya dari orang lain lagi? Astri harus bertanya pada Andika. Dengan begitu mungkin Astri akan punya petunjuk siapa yang sengaja mengacaukan keadaan."Astri, kamu ngerti yang aku maksud?" Julian menatap Astri.Astri mengangguk cepat. "Aku harus bertemu papa dan bicara dengannya. Aku tidak mau papa terus salah paham dan menilai buruk padamu, Juan.""Oke. Apa perlu aku temani?" Julian membalas tatapan Astri."Nggak. Kalau dalam situasi masih panas, aku justru kuatir tidak akan ada hasilnya. Semua percuma. Biar aku saja. Kalau nanti sudah mereda aku akan beritahu waktu yang tepat kamu bisa bertemu dengan papa." Astri mengelak.Astri sangat kenal tabiat ayahnya. Lebih baik Julian tidak melakukan apa-apa atau pecah pe
Read more

Bab 53. I Am So Sorry, Juan

Astri menatap wajahnya di cermin. Riasan lengkap di wajahnya membuat dia tampak sangat cantik. Tetapi tidak ada senyum di bibirnya. Pakaian indah dan mewah yang dia kenakan, tetapi kepedihan yang Astri rasa.Tidak ada pilihan. Tidak ada yang bisa Astri lakukan lagi. Tidak sampai satu jam lagi, Darma dan keluarga Biswara akan datang. Semua persiapan sudah lengkap. Hari itu Astri dilamar."Kak, ayo!" Damira muncul di pintu kamar Astri. Astri menoleh dengan wajah lesu, marah, dan sedih. Damira mendekat memandang Astri dengan wajah yang juga tak bersemangat."Kak, kamu ga apa-apa?" tanya Damira.Astri menatap nanar adiknya. Tidak tahu harus menjawab apa. Damira mengusap pundak Astri. Sedih juga melihat kakaknya terpaksa menerima pria yang tidak dia cintai dalam hidupnya. Sekali punya kekasih, ternyata kenyataan menunjukkan pria itu hanya lelaki hidung belang."Doakan aku, Mira. Biar kehendak Tuhan yang terjadi. Aku ... hufhh." Astri tak mampu bicara apapun rasanya. Berbicara juga tidak ad
Read more

Bab 54. Akhirnya Kamu Menjadi Milikku

"Kak! Kak Astri!" Suara Damira memanggil dari depan pintu kamar mandi.Astri menghentikan tangisnya. Dadanya naik turun menahan sakit yang sangat dalam. Dia tidak mau Damira tahu dia menangis. Kalau nanti Astri harus bertemu lagi dengan orang-orang, dia sudah harus kuat."Kak, kamu baik-baik?" tanya Damira."Sedikit lagi, Mira." Astri menjawab, berusaha senormal mungkin suara yang dia keluarkan."Oke," sahut Damira. "Aku tunggu di sini."Astri bangun dan merapikan gaunnya. Lalu dia melihat dirinya di cermin. Wajahnya berantakan karena air mata yang deras membanjiri wajahnya. Dia tidak mungkin menemui semua orang dengan wajah kucel seperti itu. Astri harus merapikan riasannya.Astri membersihkan wajah, setidaknya tidak terlihat sangat kacau. Lalu dia keluar kamar mandi. Damira berdiri tak jauh dari pintu. Damira kaget melihat Astri. Matanya agak sembab dengan mata merah dan hidung juga merah."Kak?" ujar Damira."Aku ke kamar sebentar, aku rapikan make up." Astri berjalan menuju ke kama
Read more

Bab 55. Bukan Ini Mauku

Astri terdiam. Dadanya bergemuruh. Astri belum siap menghadapi Julian. Astri masih perlu waktu menguatkan hati dan mengatur apa yang akan dia katakan pada kekasihnya.Tuttt!! Ttuuttt!!! Dering ponsel terdengar lagi. "Jawab saja. Astri, cepat atau lambat Julian harus tahu. Lebih baik dia tahu dari kamu," kata Astri pada dirinya sendiri.Astri menerima panggilan Julian. "Halo ...""Halo, Astri, apa yang terjadi? Kamu tidak menerima pesanku dan panggilanku sejak pagi." Julian tampak cemas."Juan, aku minta maaf. Aku, sebenarnya ..." Astri mulai ragu. Berat sekali mengatakan ini. Bagi Astri Julian tetap kekasihnya. Tidak ada yang lain yang akan menggantikan Julian di hati Astri. Astri tidak rela kalau harus menyebut pria lain sebagai seseorang yang istimewa dalam hidupnya."Katakan saja." Julian bicara setenang mungkin. Dia bisa menduga dari suara Astri kalau situasi belum membaik. Sangat mungkin Astri tidak berhasil membujuk ayahnya. "Besok aku mau kita bertemu. Aku akan jelaskan semuan
Read more

Bab 56. Is it Over?

Kembali Astri menggeleng cepat. "Nggak, Juan, sama sekali aku ga mau bohong. Please, dengarkan aku." Julian mengepalkan tangannya. Sakit di hatinya tidak bisa dia tutupi lagi. Apa benar memang Astri jujur? Jangan-jangan Astri selama ini tidak sungguh-sungguh memiliki hati dengan Julian, maka dia tidak sepenuh hati juga membela cintanya untuk kekasihnya. "Can I trust you? Aku ga tahu isi hatimu yang paling dalam. Kita belum lama kenal, so ..." "Juan, please ..." Mendengar yang Julian katakan, Astri tak bisa menahan air matanya. Dia menutup wajah dengan kedua tangan. Tangisnya deras, sampai dia sesenggukan, kedua bahu Astri berguncang-guncang. Julian meraup rambut kepalanya yang berombak dan mulai panjang. Ini kali pertama Julian melihat Astri menangis. Tangisan yang terasa pedih dan pilu. Di antara marah dan kecewa, Julian tidak tega mendengar suara sesenggukan Astri."Astri, Astri ..." Julian menyentuh lengan Astri.Asri seperti tidak mendengar suara panggilan itu. Dia masih di pos
Read more

Bab 57. Ibu Asrama Lemah Adab

Kembali ke sekolah, Astri disambut kabar tidak menyenangkan. Berita Astri bertunangan dan akan segera menikah dengan seorang pengacara telah mulai terdengar. Guru-guru seperti Nirma, Erika, Luki, dan beberapa yang lain bertanya pada Astri. Ada yang memberi selamat juga atas hubungan istimewa Astri yang akan segera diresmikan."Ini serius? Kamu bukannya sedang dekat sama kakak Wenny? Kok jadi tunangannya sama orang lain?" Nirma bertanya dengan heran.Saat itu mereka bertemu di dekat kantor. Astri harus menguatkan hati menghadapi pandangan miring dan juga komentar tidak manis soal bagaimana dia bisa pindah haluan dari kakak Wenny pada pria lain."Doakan saja, Mbak. Biar yang terbaik yang terjadi buat aku," ucap Astri dengan senyum kecut.Nirma menaikkan kedua alisnya. Dia cukup dekat dengan Astri. Sehingga Nirma tahu ada sesuatu dari jawaban Astri."Astri, ada apa sebenarnya?" lanjut Nirma bertanya."Papa sudah memilih pria buat aku. Jadi, ya ..." Astri mengangkat kedua bahunya."Kamu di
Read more

Bab 58. Dasar Ga Tahu Malu!

"Dasar ga tahu malu!" Wenny berteriak keras sekuat-kuatnya. Dia ada di lapangan belakang sekolah yang sepi. Wenny menumpahkan segala amarah dan kecewa pada Astri di sana."Apa yang ada di otaknya?! Kelihatan baik, penyayang, peduli sama murid, tapi ga punya hati! Apa arti semua nasihatnya sama kita?!" Geram makin menggelora di dada Wenny."Wenny, sabar dulu! Kamu jangan kayak gini!" Errin yang ada di sisi Wenny berusaha meredam emosi Wenny yang hampir tak terkendali."Enak kamu bilang sabar! Kalau Kak Juan tahu, apa yang terjadi?! Pasti dia hancur, Errin. Baru kali ini Kak Juan pacaran. Kukira Astri memang cinta sejatinya. Tapi nyatanya? Dasar munafik! Pengkhianat! Dia selingkuh, dia mainin hati kakakku!!" Wenny sama sekali tidak mau mendengar kata-kata Errin.Sejujurnya, Errin juga kecewa. Tetapi dia meminta Wenny sabar karena takut temannya itu berbuat nekat seperti yang lalu. Errin tidak mau sedetik pun meninggalkan Wenny sendirian."Iya, Wenny. Cuma ...""Kalau kamu mau bela dia, n
Read more

Bab 59. Tatapan Sinis yang Menghujam

Astri berulang kali melihat ke ponselnya. Dia menunggu Wenny membalas pesan yang dia kirim. Tapi tidak juga ada tanda-tanda. Hati Astri sangat sedih. Dia sudah begitu sayang pada Wenny. Walaupun awalnya dia sengaja mendekati Wenny karena ingin meraih hati Julian, tapi akhirnya Astri sungguh-sungguh menyayangi gadis malang itu."Wenny please, balas pesanku. Aku harus bicara dan menjelaskan semua sama kamu," kata Astri dalam hati.Mereka memang tinggal dalam satu asrama. Kamar mereka juga hanya berjarak sekian meter. Tetapi Astri tidak mau begitu saja datang menemui Wenny. Astri hapal tabiat Wenny. Bisa-bisa akan terjadi keributan di asrama. Astri tentu tidak mau itu yang terjadi.Sepanjang hari, hingga malam datang, tetap tidak ada balasan apapun dari Wenny. Baik Astri dan Wenny keduanya hanya tinggal di kamar dan tidak ingin bertemu siapapun. Astri tidak ada gairah melakukan apa-apa. Rasanya sulit sekali bertemu murid-murid dan semua orang di sekolah. Astri terus saja berdoa meminta k
Read more

Bab 60. Saatnya Bersama Sintya

Astri masih berpikir apa kalimat selanjutnya yang akan dia ucapkan untuk memulai berkisah."Aku mendengar sesuatu. Tapi aku tidak yakin apakah benar seperti itu. Aku senang Bu Astri datang, mau bertemu minta waktu bicara padaku dan Pak Arya," ucap Fanda."Apa itu? Aku benar-benar tidak mendengar apapun." Arya menoleh pada Fanda."Ini yang aku dengar. Jika salah Bu Astri bisa meralatnya," ujar Fanda. Dia menegakkan badan bersiap bercerita. "Yang aku dengar, Bu Astri baru melangsungkan pertunangan, lamaran dengan seorang pria. Tetapi di sisi lain, Bu Astri sedang menjalin hubungan kasih dengan wali salah satu murid di sini.""Apa?" Arya mengerutkan kening. Dia sangat kaget dengan pernyataan Fanda. Ini sungguh tidak terduga. "Saya tidak mengelak. Benar, beberapa waktu ini saya dekat dengan kakak Gwendoline, murid kelas 11. Tetapi orang tua saya tidak setuju dan memilih pria lain untuk menjadi pendamping saya." Hati-hati Astri mengatakan itu. Dia harus menyampaikan dengan tepat agar tidak
Read more
PREV
1
...
45678
...
12
DMCA.com Protection Status