Home / Urban / Asmara Ibu Asrama / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of Asmara Ibu Asrama: Chapter 41 - Chapter 50

116 Chapters

Bab 41. Sintya Makin Menjadi

"Hai, Wenny! Senang lihat kamu pulang. Wah, sudah segar, ya?" Sintya datang ke rumah Julian. Dengan penampilan dia yang baru tetapi dengan gaya khasnya yang ceria dan rame.Wenny melongo melihat wanita itu tiba-tiba muncul bahkan di depan kamar Wenny. Sintya masuk dan mendekat ke sisi ranjang tempat Wenny berbaring. Dia meletakkan kotak yang dia bawa di meja dekat tempat tidur, lalu duduk di tepi kasur."Abu buatkan bubur enak. Ini bubur sehat, kamu pasti segera pulih." Senyum Sintya melebar.Wenny masih bingung dengan yang terjadi tiba-tiba di depan matanya. Wenny tahu pelanggan antik kakaknya yang satu ini. Sesekali kalau Wenny datang ke kantor Julian, para pegawai membicarakan dia juga. Yang Wenny lebih kaget, penampilan Sintya tidak seperti yang Wenny tahu selama ini. Sangat berbeda. Lebih wanita, bukan seperti pria lagi."Aku bantu makan, yuk!" Dengan semangat Sintya berniat meraih kotak yang sudah di meja."Nanti saja, Tante. Aku belum lapar," sergah Wenny cepat."Ih, kok panggil
Read more

Bab 42. Ancaman Wenny

Julian dan Sintya mengangkat kepala, serentak melihat Wenny berdiri di pinggir pagar pembatas balkon lantai atas. Wajah Wenny merah padam melihat pemandangan yang tak dia duga ada di depan matanya. Julian berpelukan dengan Sintya! Dengan cepat Julian melepas pelukan Sintya dan sedikit mendorong Sintya agar menjauh darinya. Ini benar-benar gawat. Wenny memergoki Julian berpelukan dengan Sintya. Sangat mungkin segera kejadian ini akan sampai di telinga Astri. Tidak! Kemarahan dan kebencian tampak meluap di wajah Wenny. Masih dengan tubuh belum benar-benar pulih, Wenny melangkah turun ke lantai satu. "Kalian gila?" ujar Wenny. "Apa yang kalian lakukan?" "Wenny, aku bisa jelaskan yang sebenarnya. Tidak seperti yang kamu lihat." Julian cepat mencoba memberikan klarifikasi. "Julian, kamu mau menyangkal? Kamu malu mengatakan yang sebenarnya pada adik kamu?" Sintya meraih lengan Julian. Ekspresi wajahnya pura-pura terkejut dengan ucapan Julian. "Aku tidak perlu menjawab apapun yang kamu
Read more

Bab 43. Weekend Bersama Kekasih

Julian menegakkan punggungnya. Kalimat terakhir Astri menbuat Julian bersemangat. Kejutan buat Wenny? Apa yang Astri rencanakan?"Tentu saja. Apa yang kamu mau buat?" tanya Julian."Weekend aku akan mengunjungi Wenny. Apa makanan kesukaannya? Aku akan bawa buatnya," jawab Astri."Hmm, Wenny masih perlu makanan yang lembut. Puding. Salah satu yang dia suka. Aku biasa minta Bu Tami membuat di rumah." Julian menjawab sambil mengingat-ingat."Misal aku buatkan di rumah, apa bisa?" Tiba-tiba Astri mendapat ide. Dia punya resep puding dari mamanya. Mungkin Wenny akan suka kalau dia buatkan saja."Ya, itu ide bagus. Apa saja yang kamu perlu, nanti aku siapkan." Julian tersenyum lebar. Pasti akan sangat menyenangkan menerima Astri di rumah. Lalu dia memasak buat Wenny, juga buat Julian. Mengapa tidak?Hati Astri meletup. Julian bergairah ingin mendukung Astri membuat kejutan untuk Wenny. Rasanya tidak sabar ingin segera tiba hari Sabtu. Astri akan atur baik-baik waktunya sehingga dia bisa cuku
Read more

Bab 44. Menghitung Hari Pernikahan

Pelukan Julian menguat. Astri merasa makin kuat juga degupan di dadanya. Ada rasa senang, sekaligus disisipi rasa takut. Yang muncul di kepalanya, apa yang Julian akan lakukan kemudian? "Kakak!!" Teriakan keras itu membuat Julian dan Astri menoleh. Wenny berdiri memandang mereka dengan mata melebar.Astri mendorong Julian agar menjauh. Malu sekali ketahuan bermesraan di depan Wenny. Bagaimanapun Wenny adalah murid Astri. Astri harus tahu menjaga diri."So sweet!!" Teriakan Wenny berlanjut. Tatapan kaget di wajah gadis itu berubah menjadi senyum lebar."Ah, aku lihat supnya." Astri bergerak menuju ke depan kompor."Kenapa kamu turun? Belum waktunya makan." Julian memperhatikan Wenny.Gadis itu mendekat. "Mau minum. Air di kamar abis," katanya.Astri menoleh pada Wenny. Senyumnya melebar. "Senang melihat kamu sudah sehat," kata Astri."Aku juga senang Kak Astri datang. Ga bilang-bilang, sengaja mau kasih kejutan buat aku?" ujar Wenny."Iya. Dan menyiapkan makan siang buat kamu." Astri
Read more

Bab 45. Kekasih Penipu

"Halo, Pa?" Astri berjalan agak cepat menuju ke asrama sambil menerima panggilan Andika."Kamu serius sudah kenal dengan kekasihmu itu?" tanya Andika dengan nada marah."Maksud Papa?" Astri kaget dengan pertanyaan itu yang diucapkan dengan kegeraman."Kamu belum lama mengenal Julian, kan? Apa kamu sudah tahu karakter asli pria itu?" Makin tinggi nada suara Andika."Papa, aku tidak mengerti kenapa Papa tiba-tiba menelpon dan emosi begini," ujar Astri dengan rasa bingung. Yang ada dalam pikirannya, ada sesuatu yang mengganggu Andika tentang Julian sehingga dia sampai marah seperti itu."Oke. Kamu lihat apa yang aku kirim di ponsel kamu," kata Andika. Lalu dia mengakhiri panggilannya.Debaran tidak nyaman cepat menyusup dan menguasai hati Astri. Apa yang Andika kirim? Tepat saat Astri masuk ke dalam kamar, pesan masuk di ponsel.Astri duduk di tepi kasur, dan segera membuka pesan dari Andika. Beberapa foto masuk di sana. Dan apa yang Astri lihat membuat jantung Astri mau melompat. Tangan
Read more

Bab 46. Tidak Mungkin Mengelak Lagi

"Darma Danuarta Biswara. Apa yang tidak bisa dia dapatkan?" Senyum di bibir Darma menunjukkan dia puas. Tujuannya merebut Astri dari Julian sudah tercapai. Wanita itu pasti sedang menangis darah karena kenyataan tidak memihak padanya, malah sebaliknya mendukung Darma."Julian, kamu seharusnya bersyukur, aku mengantarkan wanita unik yang tidak ada duanya dalam hidup kamu. Sintya Angela. Heh, berapa lama dia akan bertahan sok jadi wanita tulen?" Darma mengusap gambar Julian yang didekap oleh Sintya."Anak buahku memang luar biasa. Bisa saja mengkondisikan foto ini jadi bagus dan manis. Wanita manapun tidak akan ragu mencampakkan prianya kalau bertingkah seperti ini," tutur Darma sambil kembali melepas senyum sinis.Ting! Pesan masuk di ponsel Darma dari ayahnya. Berita indah yang menggembirakan. Secepatnya Darma diminta melakukan lamaran. Secepatnya juga setelah itu pernikahan antara Darma dan Astri akan dilangsungkan."Aha! Bukankah ini luar biasa? Aku ingin tahu wajah kamu, Astri, saat
Read more

Bab 47. Semua Itu Tidak Benar

Astri menguatkan hati. Dia harus menghadapi Julian. Memang, Astri belum siap. Tetapi cepat atau lambat Astri tetap harus menyelesaikan urusannya dengan Julian.Astri mengangkat wajahnya dan memandang Julian. Debaran di dadanya kembali hadir. Cinta untuk Julian tidak berkurang sedikitpun. Marah ada di sana, kecewa juga masih menyapa. Dan itu makin meremas-remas hati Astri, membuatnya luluh lantah, berkeping-keping."Urusan kita sudah ... selesai, Juan. Jangan cari aku lagi. Terima kasih ... sudah mempermainkan aku selama ini." Perih dan berat mengucapkan kata-kata itu. Air mata tak mau kompromi, langsung turun dan membasahi pipi Astri."Astri, what are you talking about? (Astri, apa yang kamu katakan?)" Mata Julian melebar. Dia tidak percaya mendengar apa yang keluar dari bibir tipis dan indah Astri."Jangan bersandiwara lagi. Tidak ada gunanya," ucap Astri dengan suara lebih pelan. Cepat-cepat dia mengusap kedua pipinya.Astri berdiri, rasanya tidak sanggup ternyata berhadapan dengan J
Read more

Bab 48. Tidak Ada Jalan Mundur

Astri tertegun. Apa yang Galang katakan membuat Astri tersentak. Apakah mungkin, bukti nyata lewat foto itu, Julian berpelukan dengan wanita di foto itu tidak benar? Apa mungkin itu foto editan?"Adik Cantikku, coba kamu pikir dengan tenang. Pikir baik-baik lalu baru membuat kesimpulan," kata Galang. Galang tidak ingin Astri akan salah langkah. Karena emosi dan marah yang meluap, dia kehilangan yang seharusnya menjadi miliknya."Pernikahan itu satu kali untuk seumur hidup. Kita berjanji di hadapan Tuhan akan setia pada pasangan kita sampai maut menjemput. Kamu yakin dengan pria pilihan papa? Kamu siap mendampingi dia hingga ajal datang?" Galang meneruskan lagi.Astri mengembuskan napas berat. Perkataan Galang benar. Astri tidak siap menjadi istri Darma. Sejak mengetahui pandangan Darma tentang pernikahan, Astri sudah bisa membayangkan pernikahan apa yang akan dia jalani jika benar menjadi istri pengacara itu."Kak, apa lebih baik aku kabur saja? Aku nyusul Kak Galang ke Singapura, ya?"
Read more

Bab 49. Tuduhan Sepihak

Astri terkesiap. Kalimat yang Julian tulis sebagai pesan bicara jelas tentang hati Julian.- Aku mengagumi kamu. Aku jatuh cinta padamu. Karena itu aku meminta kamu jadi kekasihku. Sekalipun di waktu yang sama aku harus langsung berhadapan dengan papa kamu, aku siap. Aku yakin dengan hatiku. Dan aku juga yakin kamu pun sama.Akhirnya kata cinta itu datang pada Astri. Julian mengatakan dia cinta pada Astri. Mata Astri berkaca-kaca. Sejak menjadi kekasih Julian, kata itu yang Astri tunggu. Astri ingin kepastian jika Julian memang sayang padanya. Bukan hanya karena ingin menyenangkan Wenny atau merasa sudah waktunya dia mendapat istri maka Julian mendekati Astri.Tetapi, kata cinta itu datang di situasi mereka yang berantakan. Andika yang mendapatkan kiriman foto-foto itu. Foto-foto yang menunjukkan langsung padanya siapa pria pilihan Astri. Pria asing yang belum lama dikenal Astri. Tentu saja Andika murka dan langsung membuyarkan hubungan Astri dan Julian. Yang menyedihkan, tanpa memiki
Read more

Bab 50. Kegelisahan yang Memuncak

"Bapak Darma Biswara. Ada yang penting menghubungi aku? Kurasa sebelum Bapak bicara aku perlu melakukan klarifikasi." Sintya bicara dengan suara ceria."Ada yang memang aku mau bicarakan dengan kamu. Kamu mau klarifikasi apa?" Suara berat Darma membalas perkataan Sintya."Julian mengajak aku bertemu. Dia marah-marah padaku. Karena dia menerima foto-foto adegan romantis aku dan dia. Darma, kamu yang melakukannya?" Sintya langsung bertanya. Dia sudah tahu apa jawaban yang akan dia terima, tapi tetap Sintya perlu minta penjelasan dari Darma."Hmm. cepat juga pria itu mendapat kabar istimewa." Darma bicara dengan nada tetap tenang. "Kamu juga mau marah padaku? Kamu ga suka? Menurut kamu, apakah aku berlebihan?""Gimana, ya?" Sintya pura-pura berpikir. "Aku kaget tentu saja. Seperti artis ketahuan berselingkuh. Ya, aku anggaplah berselingkuh dengan selingkuhan tunangan kamu. Kenapa jadi ruwet begitu?" "Kamu berhak marah, Sin. Tapi aku tidak punya cara lain untuk mendapat bukti. Aku harus m
Read more
PREV
1
...
34567
...
12
DMCA.com Protection Status