Beranda / Urban / Asmara Ibu Asrama / Bab 21 - Bab 30

Semua Bab Asmara Ibu Asrama: Bab 21 - Bab 30

116 Bab

Bab 21. Kabar yang Ditunggu

Ultimatum lagi yang Astri dengar dari sang ayah. Sungguh tidak menyenangkan mendengar desakan lagi dan lagi. Astri belum siap. Dia bukan kekasih Julian! Apa yang harus Astri lakukan? Dan sayangnya, situasi memaksa dirinya mengaku sebagai kekasih Julian, hanya demi mengamankan dirinya di depan adik dan sang ayah. "Kamu dengar aku, Astri?" Kalimat itu membuat Astri tersentak. "Ya, aku dengar, Pa." Buru-buru Astri menjawab. Astri harus bisa tetap tenang. Jangan sampai salah menjawab menimbulkan pertanyaan lain yang akan menjebak dirinya sendiri di depan Andika. "Kapan kamu akan ajak pria itu bertemu denganku? Dia pria asing. Apa mungkin dia akan bersungguh-sungguh denganmu?" tanya Andika dengan nada dingin. Oh, tidak. Ini masalah baru. Andika tidak gembira mendapat kabar Astri punya kekasih! Dia yang mendesak Astri untuk segera mendapatkan calon suami, tetapi kenyataannya, Andika tidak suka? "Aku harus atur waktu, Pa. Aku sibuk, Juan pun sibuk." Jawaban yang selalu sama yang Astri be
Baca selengkapnya

Bab 22. Bicara Hati dengan Mama

Masih tidak ada jawaban dari Julian. Hati Astri benar-benar merasa tidak nyaman. Apa yang bisa dia katakan untuk mengurai situasi itu?"Juan, aku ...""Astri, sebenarnya ..." Hampir bersamaan Astri dan Julian membuka suara."Silakan, kamu duluan," kata Astri."Well, aku ... lagi, ini soal Wenny. Dia pernah mengatakan, aku terlalu keras dengan diriku dan hidupku. Dia bilang aku harus mendapat impianku dan bahagia, bukan hanya memikirkan Wenny." Kalimat itu tak Astri sangka keluar dari bibir Julian.Astri tidak menimpali apapun. Dia biarkan Julian akan melanjutkan ucapannya."Dan yang aku bayangkan untuk diriku, aku punya keluarga lengkap dan utuh, bersama Wenny. Seseorang yang akan ada di sisiku yang juga sayang Wenny seperti aku sayang dia. Yaah ... well ..." Julian tidak meneruskan kalimatnya."Kenapa kamu tidak selesaikan?" tanya Astri. Sementara hati Astri berdenyut demi mendengar yang Julian katakan. "Sorry, I am really sorry, ada telpon penting masuk, Astri. Nanti aku kontak kam
Baca selengkapnya

Bab 23. Mungkinkah Dia Datang?

Titi mengusap pundak Astri. Dengan gerakan itu Titi mau Astri tahu, Titi serius akan ada di sisi Astri dan mendukungnya. "Jadi, sudah sejauh apa hubungan kamu dengan bule itu? Siapa namanya?" Titi memandang Astri. "Julian. Biasanya dia dipanggil Juan," jawab Astri. "Masih di awal, Ma. Masih ..." "Di awal? Artinya kalian belum bicara soal pernikahan?" Titi menegaskan, langsung ke tujuan sebuah hubungan pria dan wanita seharusnya bermuara. "Belum, Ma. Perlu waktu buat kami," jawab Astri. "Kamu tahu yang papa kamu akan katakan jika tahu ini?" Lebih tajam Titi memandang putrinya. Astri mengangguk. Pasti dia akan mendesak Astri. Dan, jika Julian datang ke rumah ... Tiba-tiba hati Astri berdenyut tidak nyaman. Jika benar Julian bertemu dengan Andika, jangan sampai dia diinterogasi dan diminta membuat tanggal kapan akan melamar lalu menikahi Astri. Astaga!Kembali carut marut hati Astri. Dia masih berharap ada keajaiban yang membawa Julian datang ke rumah. Sebelum itu setidaknya Julian
Baca selengkapnya

Bab 24. Satu Petunjuk Lagi

"Kakak! Makin gelap! Dingin!!" Suara Wenny cukup keras terdengar dari belakang Julian. "Oke, Wen. Kita balik ke tenda, come on!" Julian menjawab adiknya. Lalu dia kembali melihat pada Astri. "I gotta go. Nanti aku kabari lagi." "Yeah, okay." Astri mengangguk seraya melepas senyum tipis. Astri belum mau selesai. Julian belum memastikan akan datang atau tidak ke rumahnya. Tapi telepon sudah terputus. Layar ponsel sudah kembali memunculkan gambar taman sekolah, taman yang ada di sebelah asrama putri. Astri tidak lega. Karena yang dia tunggu belum juga ada kejelasan. Sebentar lagi dia harus berhadapan dengan Andika. Papanya pasti akan bertanya lagi. Astri harus menyiapkan jawaban yang melegakan. Sayangnya, yang Astri tidak suka sangat mungkin dia akan lakukan. Berdusta, demi mengamankan dirinya. "Tuhan, bagaimana ini?" ujar Astri lirih. Ada pilu di dadanya. "Aku sudah melangkah terlalu jauh. Kalau sampai Julian ternyata tidak ada hati buatku? Ah, tidak. Darma. Pria itu pasti akan seger
Baca selengkapnya

Bab 25. Hari yang Menegangkan

- Juan, kamu serius? Jam berapa akan datang? Astri mengirimkan pesan itu dengan jantung menderu. Mungkinkah dia akan katakan saja dia butuh bantuan Julian untuk menghadapi ayahnya? - Kami akan berangkat setelah makan pagi. Mungkin jam delapan atau sembilan. Jadi akan tiba jam berapa menurutmu? Pesan Julian masuk, dia ingin juga memastikan. -Kurasa jam makan siang, Juan. Antara jam dua belas atau jam satu Astri cepat membalas pesan itu. - Great. Hope it will be good day. Astri ingin menangis dengan semua yang terjadi. Dia tidak tahu harus senang atau sedih. Tidak tahu bagaimana Astri menjelaskan perasaannya. Tapi tidak ada pilihan. Besok, begitu ketemu Julian, Astri akan mengambil waktu untuk bicara dan meminta Julian bersedia pura-pura menjadi kekasihnya. Entah akan bagaimana kemudian, Astri akan memohon, satu kali itu saja, untuk menyelamatkan dia dari tekanan sang ayah. "Aku pertaruhkan harga diriku sebagai ibu asrama putri. Aku tak peduli. Aku terlanjur jauh, aku ga mungkin
Baca selengkapnya

Bab 26. Pengakuan Astri

"Juan ..." Astri merasa makin kuat detak jantungnya. Apakah Julian sedang mengungkapkan perasaannya? Ini bukan kali pertama Astri merasa, tetapi tentu saja Astri tidak mau salah sangka. "Well, can we get closer? As a friend? I mean even more than a close friend," kata Julian melanjutkan. "Yaa ... I, yeah, sure." Astri merasa wajahnya merona. Pasti sudah seperti tomat baru matang. "Thank you, Astri." Julian mengurai senyum. "Aku senang, sungguh aku senang." "Juan ..." Dada Astri bukan saja melaju kencang, tapi seperti diterjang badai. Akhirnya Julian minta Astri menjadi teman dekatnya. Bisakah Astri memperjelas maksud Julian kalau dia mau menjadikan Astri kekasihnya? "Jika aku mengatakan itu, artinya kita ... jadi teman paling dekat. Partner, lover. Do you know what I mean?" Julian masih mau membuat Astri paham yang dia maksudkan. "Sure. I understand. Kita menjadi pasangan kekasih," kata Astri. Makin membara saja panas di wajah Astri. Julian tersenyum. Tangannya terulur dan meme
Baca selengkapnya

Bab 27. I'll Stay By You

Julian bangun dan pindah duduk di samping Astri. Tangan Julian meraih jemari wanita cantik yang gelisah itu. Kedua matanya menatap dalam pada manik bening milik Astri. Oh, Julian membuat Astri merasa tidak karuan. Apa yang Julian mau katakan? "I'll stay by you," ucap Julian. Lembut, tenang, dan menenangkan. Tangan Astri terasa dingin sekali. Dalam genggaman tangan Julian yang kuat tetap saja Astri nervous. Ini pengalaman pertama Astri punya kekasih. Jantungnya terus saja beradu. Rasa panas di wajah sampai ke perut juga membuat Astri makin merasa gugup. Tapi yang Julian katakan sangat melegakan hati Astri. Julian akan berada di samping Astri. Itu berarti dia tidak marah dengan apa yang dia dengar tentang kekasihnya. Dia mau mendukung Astri menghadapi papanya sendiri. "Juan ..." kata Astri lirih."Don't worry, okay?" Julian tersenyum."Haii! Maaf, aku ganggu keromantisan kalian. Cuma mau antar ini! Ah, sekalian kenalan, dong!" Damira muncul dengan nampan di tangan. Kue dan minuman d
Baca selengkapnya

Bab 28. Kabar Asmara Ibu Asrama

Ada rasa bangga mengalir di dada Andika saat Julian mengucapkan semua itu. Astri berprestasi baik di tempat dia bekerja. Itulah kenapa pria bule ini bisa jatuh hati pada Astri.Satu lagi jawaban yang Andika tunggu dari Julian. Apakah dia serius ingin bersama Astri? Apakah jalinan asmara mereka yang baru itu akan dibawa pada bahtera rumah tangga?"Sekalipun belum lama mengenal Astri dan kami punya hubungan khusus, tentu aku serius dengan Astri. Usiaku dan Astri bukan lagi pada usia yang masih mencoba, tetapi sudah harus memikirkan sampai pada pernikahan." Julian masih dengan tenang mengucapkan itu semua."Apa yang membuat kamu yakin akan membuat putriku bahagia jika menikah dengan kamu?" Pertanyaan selanjutnya.Julian ingin menggerutu meskipun hanya di dalam hati. Begini amat meladeni calon mertua. Orang seperti apa yang pantas jadi menantu di mata Andika?"Aku mengagumi Astri. Dan dari sana lahir rasa sayang untuknya. Dengan itu, aku akan berusaha melakukan yang terbaik buat Astri." Ju
Baca selengkapnya

Bab 29. Darma Terluka?

Pesan baru masuk dan langsung terbaca oleh Astri. Apa maksud Darma dengan kalimat itu? Belum selesai? Apa yang belum selesai?Astri tidak tau harus menjawab apa pada pesan yang Darma kirimkan. Sayangnya, semua pesan itu sudah Astri baca. Akan sangat tidak bagus kalau Astri tidak merespon. Astri berpikir apa yang akan dia tuliskan buat Darma. Jangan salah kalimat, sehingga justru memicu cerita panjang yang tidak perlu.- maafkan aku. seperti yang aku sempat sampaikan ke bapak, berat buat aku menerima rencana papaku. papa tidak tahu aku sudah punya kekasih. hatiku untuk orang lain, tidak mungkin kita bisa bersama.Ah, kirimkan saja. Harusnya pengacara itu paham. Harusnya dia cukup dewasa menerima semua. Toh, belum ada keputusan apapun dari orang tua. Mereka baru diperkenalkan satu sama lain.Astri menyimpan ponsel dalam tas. Lalu dia berpamitan pada orang tuanya, dia balik ke sekolah. Memang para murid masih libur tengah semester, tapi guru dan staf sekolah tidak.Kembali ke asrama ada
Baca selengkapnya

Bab 30. Niat Hati Si Pengacara

Darma memandang Astri dengan dingin dan senyum sinis. Astri sangat kesal. Dalam hati ingin sekali mengumpat."Papa kenapa sampai tertipu pengacara ini? Bungkusnya boleh keren dan menarik, tapi isinya busuk! Papa kalau tahu dia arogan, sombong, sok hebat, ihhh!" Astri berteiak keras di hatinya, merasa kesialan sampai bisa papanya berurusan dengan orang seperti Darma."Baiklah. Apa boleh buat? Aku hanya berharap pria itu, kekasihmu, adalah orang yang terbaik buat kamu." Aha! Manis dan indah juga akhirnya yang dikatakan pengacara itu.Astri tidak mau berkomentar. Melihat ekspresi wajah dan kalimat yang mengalir dari bibir Darma, kenapa menurut Astri tidak sinkron?"Aku tidak perlu memperpanjang urusan dengan kamu hari ini. Pekerjaan sudah menunggu sama seperti kamu." Darma berdiri. "Sampai jumpa lagi, Astrina."Astri tidak tahu mau bicara apa. Dia hanya memandangi pengacara itu melangkah keluar lobi. Astri tidak ada niatan untuk menengok padanya apalagi menghantar dia masuk mobil walau ha
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
12
DMCA.com Protection Status