"Hai, tuan. Tunggu!" panggil Sese mengejar di belakang."Ada apa lagi?" ujar pria itu malas.Dibuntuti terasa sangat tidak nyaman. Terutama Sese adalah jiwa yang tidak bisa mau diam. Mulutnya itu tidak bisa dijaga, sehingga selalu saja mengoceh sesuka hatinya."Aku lapar," tutur Sese, mengelus perutnya yang sedari tadi terus meminta diisi itu."Tidak mungkin kau lapar. Jiwa tidak mungkin lapar," balas pria itu tidak menduga."Entahlah, aku juga tidak mengerti, tetapi sekarang perutku terasa lapar. Biasanya aku makan pizza, roti bakar, daging guling dan semacamnya," beber Sese.Membayangkan kelezatan setiap makanan itu, membuat air liur Sese terus keluar. Itu menimbulkan rasa jijik bagi pria bernama Jing Tian tersebut."Payah!"Pluk! Mengetuk dahi Sese dengan jari telunjuknya."Au, tuan!" bentak Sese tidak suka.Jelas itu sangatlah tidak sopan. Mengganggu seseorang adalah hal yang buruk. Terutama sedang memikirkan makanan."Jiwa tidak mungkin memakan makanan manusia," ujarnya membeberk
Baca selengkapnya