Home / Romansa / (Bukan) Istri simpanan CEO / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of (Bukan) Istri simpanan CEO: Chapter 31 - Chapter 40

108 Chapters

31

Cukup lama untuk Aruna berpikir. Sampai-sampai Wisnu meng goyang-goyang kan ukuran tangannya sesekali."Tidak mau, ya," gumamnya lirih.Dan pada saat Wisnu akan kembali menarik ukuran tangannya, dengan cepat Aruna bergerak. Ia menjabat tangan Wisnu dengan erat."Ya. Mulai saat ini kita adalah teman. Oh, mungkin rekan kerja sama."Wisnu mengangguk, senyum cerah terkembang di wajah pria itu saat ini. Membuatnya terlihat lebih bersahabat daripada biasanya."Kalau begitu, aku pulang dulu."Wisnu mengangguk. Ia tidak bisa mengantarkan Aruna pulang, meski ia ingin. Hal itu hanya akan membuat hubungan mereka menjadi canggung lagi.Dan soal Aruna. Gadis itu memilih untuk melupakan apa yang terjadi antara ia dan Wisnu pada malam itu, tidak ada gunanya juga untuk menyimpan rasa sakit hati.Saat Aruna sedang berjalan di lorong perusahaan, sebuah tangan menariknya ke salah satu ruangan.Aruna yang panik hampir saja berteriak, jika saja tidak ada orang yang menghentikannya dengan cepat.Pria yang
Read more

32

Ruangan putih dengan bau obat-obatan itu jadi hal pertama yang Diandra rasakan setelah membuka mata. Wanita yang masih terbaring di ranjang rumah sakit itu meleguh, sedikit bergerak meski tubuhnya terasa sakit di sana-sini.Ia terduduk perlahan, hendak mengambil air minum yang ada di nakas meski agak kesulitan."Biar saya bantu."Seorang perawat datang membantu, ia memberikan Diandra minum yang kemudian wanita itu minum sedikit.Perawat wanita dengan hijab yang menutup kepala, juga sebuah catatan yang ia bawa-bawa tersenyum ramah. Ia bertanya soal beberapa hal pada Diandra dengan intonasi nada ceria."Kondisi Ibu Diandra sudah jauh lebih baik dari sebelumnya, tapi meski begitu Ibu Diandra harus tetap rutin menjalani pengobatan dan kemoterapi agar lekas sembuh," ucapnya sambil tersenyum.Diandra tersenyum getir, sembuh. Apa ia bisa?Dirinya memang bukan ahli dalam bidang kesehatan, tapi ia tahu penyakit apa yang tengah menggerogoti tubuhnya saat ini.Kanker darah, atau leukimia. Kan
Read more

33

Suasana restoran saat itu tidak terlalu sepi, namun aura sunyi hadir ditengah-tengah tiga orang dewasa yang duduk melingkar di sebuah meja berbentuk bundar.Ia adalah Chandra, Sofie juga Aruna.Sebelumnya, Wisnu telah me reservasi sebuah meja di restoran berkonsep modern yang cukup terkenal di kota tersebut.Dan sepertinya yang diketahui, pada akhirnya Wisnu memutuskan untuk melakukan makan malam romantis di rumah dengan mendatangkan seorang koki untuk memasak langsung di rumah.Seperti inilah pada akhirnya. Wisnu memberikan tiga orang tersebut sebuah hadiah makan malam gratis di restoran yang sebelumnya ia pesan.Tidak ada penolakan. Dengan alasan mubazir pada akhirnya Chandra, Sofie juga Aruna mengiyakan tawaran Wisnu."Kalian mau pesan apa?" Chandra membuka suara lebih dulu.Pria satu-satunya diantara dua wanita itu menyodorkan buku menu ke arah masing-masing dari mereka. Suasana yang begitu kaku dan canggung.Sofie mengambil buku menu lebih dulu, ia kemudian memanggil seorang sta
Read more

34

Suasana menjadi tegang tatkala siswa yang berseru mendekat, ia menatap tajam ke arah Chandra yang hanya diam dengan pandangan kosong."Kau! Kau sudah membunuh Delina!" serunya sambil mencoba menyerang Chandra.Para guru langsung menahan siswa tersebut dan mengamankannya ke ruangan terdekat. Sementara beberapa guru lainnya coba mendekati Chandra secara pelan-pelan.Puluhan bahkan ratusan murid dan warga sekolah berkerumun. Mereka semua berkumpul dengan rasa penasaran yang begitu besar soal apa yang sedang terjadi."Chandra, bisa kau letakkan dulu Delina?" seorang guru wanita berujar lembut.Tanpa perintah dua kali Chandra menurut. Ia meletakkan tubuh Delina yang sudah lemas dengan bercak darah di sana-sini dengan perlahan.Sang guru wanita mengangguk lirih, pandangan matanya mengarah ke arah lain lain sampai kemudian dua lelaki menyergap Chandra dari arah belakang.Tidak ada perlawanan, Chandra menurut saat tubuhnya tersungkur ke tanah dan dua tangannya terlipat ke belakang juga terika
Read more

35

"Darimana saja kalian?"Diandra berdiri di ambang pintu dengan wajah terheran. Di tangannya ada sebuah kantong plastik berwarna hitam yang diasumsikan sebagai plastik sampah."Siapa sayang?" Kepala Wisnu menyembul di balik tubuh Diandra. Pria itu terdiam saat melihat Aruna juga Chandra baru saja kembali secara bersama-sama."Aku nganterin Aruna pulang. Sorry, kemaleman. Tadi ada urusan mendadak," ucap Chandra memberi alasan."Iya. Tapi lain kali jangan kemaleman, nggak enak diliat tetangga," jawab Diandra.Chandra hanya mengacungkan jempol dan berpamitan pulang. Namun sebelum itu, pria itu menyempatkan diri untuk mengelus surai Aruna juga tersenyum manis ke arah gadis itu.Membuat Aruna terdiam dengan wajah bersemu."Keluar boleh, tapi ingat waktu. Ini rumah bukan hotel!"Wisnu berucap tegas sambil berlalu masuk ke dalam, meninggalkan Aruna juga Diandra yang terdiam..Perkataan Wisnu membuat dua perempuan yang ada di sana merasa kebingungan. Khususnya Aruna.Ia tahu dirinya tidak se
Read more

36

"Kamu udah nggak waras, ya?" Aruna berteriak marah. Kali ini ia tidak bisa menerima, perkataan Diandra sudah ada di luar batasan.Diandra diam saja. Ia menarik napas panjang dan menghembuskannya perlahan, mengalihkan pandangan ke arah Aruna yang menatapnya marah."Terserah kamu mau anggap aku seperti apa. Gila, egois, nggak tahu diri atau apapun itu. Terserah.""Aku cuma mau yang terbaik buat keluarga aku, aku cuma mau bahagia di sisa hidup aku," Perkataan Diandra terhenti karena Aruna menyela dengan nada marah."Dengan beralasan kamu mau hidup kamu dan keluarga mu bahagia, kamu berani mengorbankan kehidupan orang lain? Apa itu kebahagiaan yang kamu maksud?""Nggak, bukan begitu. Kamu nggak ngerti posisiku.""Kenapa aku harus ngerti posisi kamu, sedangkan kamu aja selalu bertindak egois tanpa mau tahu keadaan orang lain?""Aku terpaksa egois. Aku terpaksa melakukannya!" Giliran Diandra yang berteriak kencang, membuat beberapa orang yang memang sedang melakukan joging menoleh ke ar
Read more

37

Semua orang yang ada di sana menoleh dengan serempak ke arah Diandra.Apa yang baru saja wanita itu katakan?“Kamu bilang apa?” Wisnu bertanya pelan namun penuh penekanan.“Kamu bisa pergi dengan Aruna. Kapan acaranya akan diadakan?”Wisnu tidak lekas menjawab, ia hanya memandangi sang istri dengan wajah yang sulit diartikan.“Kamu serius ngomong aku bisa pergi dengan Aruna ke acara itu?”Tanpa beban Diandra mengangguk.“Sebenarnya kamu anggap aku ini apa? Kamu benar-benar menganggap pernikahan kita sebagai hubungan yang serius atau tidak?”Amarah Wianu mulai naik. Pria tu berkata dengan intonasi kekesalan yang terdengar jelas.“Justru karena aku menganggap hubungan pernikahan kita itu penting makanya aku nggak mau mempermalukan kamu kalo kamu datang sendirian ke sana nantinya."“Tapi apa harus dengan meminta Aruna untuk menemani ku? Kenapa nggak kamu aja, kamu kan istriku.”“Nggak bisa. Kan nanti siang aku mau pergi.”Jawaban Diandra kian membuat Wisnu kesal, ia seolah tidak lagi bis
Read more

38

Gaun pertama yang dikenakan Aruna adalah dress pendek hitam dengan model kemben. Dress yang membentuk lekuk tubuh itu membuat Aruna merasa kurang nyaman hingga dua tangannya selalu saja menutupi bagian dada juga pahanya yang terekspos."Terlalu terbuka, ganti."Sang pegawai butik mengangguk, ia kembali menuntun Aruna untuk masuk ke dalam bilik ganti dan mencoba gaun lainnya.Tirai terbuka dan menunjukan Aruna yang mengenakan gaun berwarna peach dengan model off shoulder dress tersebut, sehingga memperlihatkan tulang selangka Aruna.Dress pendek selutut dengan hiasan bunga di bagian pinggang sebelah kanan, membuat kesan simpel namun begitu manis."Bagus. Kita pilih yang ini," kata Wisnu tanpa basa-basi.Setelah membayar tagihan, keduanya kembali memasuki mobil dan berhenti di sebuah salon kecantikan.Lagi-lagi Aruna hanya diam mengekor di belakang Wisnu, ia tidak ubahnya seekor anak ayam yang tengah bersama sang induk."Kamu duduk, dan menurut sama mereka. Nanti ku jemput."Tidak ada
Read more

39

Wisnu mematung, terkejut sekaligus tidak menyangka. Bibir Aruna mulai bekerja sendiri di atas bibir Wisnu, memberi sedikit lumatan meski masih terkesan kaku."Apa yang kau lakukan?!" pekik Wisnu saat ia berhasil melepas tautan keduanya dengan paksa.Aruna mengerang, ia hampir meraih sekali lagi wajah Wisnu sebelum pria itu menghindar dengan segera."Sadar! Kamu apa-apaan!"Seolah tuli, Aruna sama sekali tidak menjawab. Yang ada tingkah gadis itu kian aneh di mata Wisnu.Wajah Aruna memerah hingga telinga, sudah sejak tadi ia gelisah seperti merasa tidak nyaman pada tiap posisi duduk. Juga sesekali mengipasi dirinya sendiri dengan telapak tangan."Panas, panas sekali," keluh nya."Kamu kenapa? Aneh sekali, jangan berakting."Alis Wisnu memicing, ia semakin terheran melihat gelagat Aruna yang seperti cacing kepanasan. "Panas," keluh nya lagi. Tapi kali ini intonasi suara gadis itu agak berbeda.Suaranya terdengar lebih lirih dan dalam, dan jika tidak salah dengar suara Aruna seperti or
Read more

40

Hening sejenak. Baik Chandra maupun Sofie sama-sama terdiam."Aku cuma nggak mau kamu sakit hati kalo tahu gadis yang kamu suka. Sedang… sedang…. Ya, kamu tahu apa yang aku maksud."Sebelah alis Chandra naik, ia menatap Sofie dengan mata memincing."Darimana kamu tahu soal kerja sama antara Wisnu dan Aruna?"Deg!Sofie baru saja ingat apa yang dilakukannya beberapa second yang lalu. Ia kelepasan menjelaskan soal apa yang ia tahu antara Aruna dan Wisnu."Itu, anu. Aku, aku,"Melihat Sofie yang bicara dengan gagap membuat Chandra kian merasa curiga."Katakan dariman kamu tahu soal kerja sama antara Wisnu dan Aruna?" desak Chandra kian menjadi."Aku nggak sengaja denger pembicaraan Kak Wisnu dan Kak Diandra pas kamu nganterin Aruna pulang hari itu."Jawaban Sofie membuat Chandra terdiam. Pria itu bahkan dengan segera mengalihkan tatapan matanya ke arah lain demi menghindari bersi tatap dengan Sofie yang tengah menatapnya dalam."Waktu itu aku nangis. Ngerasa sakit hati sama jawaban dan k
Read more
PREV
123456
...
11
DMCA.com Protection Status