Gaun pertama yang dikenakan Aruna adalah dress pendek hitam dengan model kemben. Dress yang membentuk lekuk tubuh itu membuat Aruna merasa kurang nyaman hingga dua tangannya selalu saja menutupi bagian dada juga pahanya yang terekspos."Terlalu terbuka, ganti."Sang pegawai butik mengangguk, ia kembali menuntun Aruna untuk masuk ke dalam bilik ganti dan mencoba gaun lainnya.Tirai terbuka dan menunjukan Aruna yang mengenakan gaun berwarna peach dengan model off shoulder dress tersebut, sehingga memperlihatkan tulang selangka Aruna.Dress pendek selutut dengan hiasan bunga di bagian pinggang sebelah kanan, membuat kesan simpel namun begitu manis."Bagus. Kita pilih yang ini," kata Wisnu tanpa basa-basi.Setelah membayar tagihan, keduanya kembali memasuki mobil dan berhenti di sebuah salon kecantikan.Lagi-lagi Aruna hanya diam mengekor di belakang Wisnu, ia tidak ubahnya seekor anak ayam yang tengah bersama sang induk."Kamu duduk, dan menurut sama mereka. Nanti ku jemput."Tidak ada
Wisnu mematung, terkejut sekaligus tidak menyangka. Bibir Aruna mulai bekerja sendiri di atas bibir Wisnu, memberi sedikit lumatan meski masih terkesan kaku."Apa yang kau lakukan?!" pekik Wisnu saat ia berhasil melepas tautan keduanya dengan paksa.Aruna mengerang, ia hampir meraih sekali lagi wajah Wisnu sebelum pria itu menghindar dengan segera."Sadar! Kamu apa-apaan!"Seolah tuli, Aruna sama sekali tidak menjawab. Yang ada tingkah gadis itu kian aneh di mata Wisnu.Wajah Aruna memerah hingga telinga, sudah sejak tadi ia gelisah seperti merasa tidak nyaman pada tiap posisi duduk. Juga sesekali mengipasi dirinya sendiri dengan telapak tangan."Panas, panas sekali," keluh nya."Kamu kenapa? Aneh sekali, jangan berakting."Alis Wisnu memicing, ia semakin terheran melihat gelagat Aruna yang seperti cacing kepanasan. "Panas," keluh nya lagi. Tapi kali ini intonasi suara gadis itu agak berbeda.Suaranya terdengar lebih lirih dan dalam, dan jika tidak salah dengar suara Aruna seperti or
Hening sejenak. Baik Chandra maupun Sofie sama-sama terdiam."Aku cuma nggak mau kamu sakit hati kalo tahu gadis yang kamu suka. Sedang… sedang…. Ya, kamu tahu apa yang aku maksud."Sebelah alis Chandra naik, ia menatap Sofie dengan mata memincing."Darimana kamu tahu soal kerja sama antara Wisnu dan Aruna?"Deg!Sofie baru saja ingat apa yang dilakukannya beberapa second yang lalu. Ia kelepasan menjelaskan soal apa yang ia tahu antara Aruna dan Wisnu."Itu, anu. Aku, aku,"Melihat Sofie yang bicara dengan gagap membuat Chandra kian merasa curiga."Katakan dariman kamu tahu soal kerja sama antara Wisnu dan Aruna?" desak Chandra kian menjadi."Aku nggak sengaja denger pembicaraan Kak Wisnu dan Kak Diandra pas kamu nganterin Aruna pulang hari itu."Jawaban Sofie membuat Chandra terdiam. Pria itu bahkan dengan segera mengalihkan tatapan matanya ke arah lain demi menghindari bersi tatap dengan Sofie yang tengah menatapnya dalam."Waktu itu aku nangis. Ngerasa sakit hati sama jawaban dan k
"Aku sudah selesai, kamu bisa pake kamar mandinya," ucap Aruna setelah keluar dari kamar mandi.Ia jadi salah tingkah sendiri saat Wisnu menatapnya kamar, belum lagi pria itu yang hanya mengenakan celana panjang tanpa atasan."Soal kejadian semalam,-"Perkataan Wisnu tertahan lebih dulu saat Aruna menyahut tiba-tiba."Jangan dibahas lagi. Tolong," katanya dengan nada lirih di akhir kalimat.Jujur saja ia malu. Jika diingat soal kejadian semalam, rasanya Aruna tidak bisa lagi mendongakkan kepalanya apalagi sampai berani menatap ke arah Wisnu.Ia tentu masih ingat dengan jelas apa yang terjadi diantara mereka tadi malam. Dan semakin Aruna mengingat hal itu, ia semakin ingin menghilang detik itu juga.Ia merasa malu bukan main. Gara-gara obat sialan itu ia merasa seperti seorang wanita kupu-kupu malam yang sedang berusaha merayu seseorang.Mengingatnya saja sudah membuat Aruna merinding sendiri."Kenapa menatapku seperti itu?" tanya Aruna sekali lagi. Wisnu ini hobi sekali menatapnya se
Mendengar jawaban Wisnu membuat Chandra naik pitam. Pria itu mendekat dan mencengkram kemeja Wisnu dengan mata melotot tajam."Apa maksudmu? Kau benar-benar akan memanfaatkan Aruna?" tanya nya dengan napas terengah. Menahan emosi."Kamu kenapa? Memangnya apa yang salah dengan kata-kata ku?"Cengkraman itu bertambah kuat, bahkan hampir saja Chandra melayangkan sebuah bogem mentah ke arah Wisnu jika tidak lebih dulu tersadarkan oleh kata-kata pria itu."Hubungan ku dan Aruna tidak lebih dari sekadar rekan bisnis, rekan kerja sama untuk mendapatkan seorang anak, tidak lebih. Lalu apa yang kau pikirkan? Apa menurutmu aku harus memperlakukan Aruna sama seperti Diandra, istriku?""Tapi dia juga istrimu sekarang, sialan!"Chandra menghempaskan tubuh Wisnu kasar, membuat pria itu tersungkur di samping kursi kerjanya."Wisnu!"Seorang wanita berlari tergopoh ke arah Wisnu. Ia membantu pria itu berdiri dan menatap tajam ke arah Chandra."Apa yang kamu lakukan?"Chandra diam, manik matanya menat
Suasana makan malam cukup lengang. Hanya terdengar alat makan yang saling beradu.Sebenarnya hawa malam itu cukup sejuk karena air conditioner yang menyala dengan suhu cukup rendah. Tapi entah mengapa Aruna merasakan hal berbeda. Sesuatu dalam dirinya serasa terbakar, panas tanpa alasan.Apalagi saat ia melihat interaksi antara Wisnu juga Diandra yang saling melempar senyuman manis, juga sesekali memperlakukan satu sama lain dengan manis.Apa ia cemburu? Tidak, mungkin."Kamu kenapa?"Sofie berbisik lirih. Gadis itu bertanya tanpa menatap ke arah Aruna, tangan juga matanya masih sibuk pada sepotong daging steak di hadapannya.Aruna hanya tersenyum tipis juga menggeleng kecil. Ia kembali memfokuskan diri pada makanan di hadapannya."Aruna, bagaimana?"Pertanyaan tiba-tiba Diandra membuat satu alis Aruna naik. Apanya yang bagaimana?"Soal program kehamilan, kamu sudah melakukannya?"Aruna, gadis itu sempat mencuri pandang ke arah Wisnu yang kebetulan duduk di sebelah Diandra.Pria itu
"Aku hanya khawatir karena Aruna pagi-pagi sekali sudah tidak ada di rumah."Jawaban Wisnu membuat satu alis Chandra memicing. Belum lagi pria itu yang sesekali menghindari kontak mata dengan dirinya, seolah tengah menyembunyikan sesuatu."Aku cuma nyari tukang bubur, buat sarapan," Sahut Aruna cepat.Wisnu mengganguk saja, kemudian pria itu menggandeng tangan Aruna, hendak membawanya pergi sebelum suara Chandra lebih dulu menginterupsi."Mau ke mana?""Pulang," itu Wisnu yang menyahut."Tunggu. Buburnya biar di bungkus, sayang mubazir nanti."Mereka menunggu penjual bubur membungkus pesanan Aruna, baru setelahnya dua orang tersebut meninggalkan Chandra sendirian di sana."Gebetannya mas?" celetuk penjual bubur membuat Chandra menoleh.Pria itu hanya tersenyum kecil dan kembali menyantap bubur ayam miliknya.Sementara itu, Diandra yang sudah terbangun sejak tadi sudah berkeliling rumah mencari keberadaan Wisnu.Ia sudah bertanya pada Bibi pembersih rumah, namun wanita baya itu juga ti
"Jadi maksud kamu, kamu mau merahasiakan soal kehamilan kamu dari Wisnu juga Diandra?"Chandra bertanya kebingungan setelah Aruna menceritakan soal kehamilannya.Wanita itu mengangguk, ia menghela napas dan menatap lekat ke arah Chandra yang duduk di kursi tunggal."Aku minta tolong sama kamu, rahasiakan ini, ya.""Tapi kenapa? Bukannya ini yang ditunggu-tunggu juga sama mereka?"Aruna diam. Ia menundukkan kepala dengan dua tangan yang saling tertaut satu sama lain."Aruna?"Pelan-pelan wanita itu mendongak, ia menghela napas beberapa kali sebelum berbicara."Aku juga nggak tahu. Aku nggak tahu kenapa aku justru merasa lebih aman buat merahasiakan kehamilan ku dari Wisnu ataupun Diandra." "Aku bakal ngasih tahu mereka kok, karena bagaimanapun juga anak ini bakalan jadi anak mereka nantinya. Tapi…."Perkataan Aruna terjeda, wanita itu mendongakkan kepalanya dan mengusap sekitar pipi. Matanya memerah dengan air mata yang sesekali menetes."Kamu mulai sayang sama anak itu?"Aruna diam.
Pukul tiga dini hari saat Wisnu dikejutkan dengan suara rintihan pelan yang berasal dari sebelahnya. Pria itu menoleh dengan mata yang masih setengah terpejam."Kamu kenapa?" tanya pria itu dengan suara serak. "Perutku tiba-tiba saja terasa sakit," keluh Aruna sembari memegangi perut buncitnya.Omong-omong kandungan wanita itu saat ini sudah menginjak bulan ke sembilan. Dan menurut perkiraan Dokter, wanita itu akan melahirkan dua minggu dari sekarang.Pelan-pelan Wisnu coba bantu menenangkan, tangan besarnya ia gunakan untuk mengelus perlahan perut sang istri berharap dengan itu rasa sakit yang diderita bisa mereda."Perutku mulas," ucap Aruja tiba-tiba."Ayo, aku bantu ke kamar mandi."Saat Wisnu hendak membantu Aruna untuk bangun dari tidurnya, wanita itu terkejut saat mendapati kasur yang ditempatinya sebelumnya basah."Kamu mengompol?" tanya Wisnu."Air ketubannya pecah."Keduanya sempat terdiam sesaat, sebelum kemudian kepanikan melanda mereka. Wisnu dengan siap siaga memapah Ar
Dua tahu sudah semuanya berlalu. Seperti harapan yang terkabul, kehidupan Aruna dan keluarganya begitu baik semenjak hari itu.Anak-anak yang tumbuh sehat dan menggemaskan, perkembangan perusahaan yang kembali naik setelah terungkapnya rekaman percakapan rencana kriminal Celine yang tanpa sengaja bocor.Membuat para investor yang sebelumnya mencabut saham mereka dari perusahaan kembali bergabung bahkan menanam saham lebih besar dari sebelumnya.Juga soal pernikahan Aruna dan Wisnu. Keduanya memutuskan untuk membuat pesta resepsi sekaligus untuk mengumumkan pernikahan mereka pada khayalak ramai.Hal itu guna membersihkan nama Aruna dan meluruskan kesalahpahaman yang ada. Tentunya dengan menutup beberapa fakta jika sebenarnya Diandra yang meminta wanita itu untuk menjadi ibu pengganti.Seperti saat ini, Aruna yang tengah mengawasi David juga Nadine yang tengah bermain di halaman belakang tersentak saat sebuah pelukan mengejutkannya dari arah belakang.Itu adalah Wisnu. Pria itu baru saja
Wisnu yang merasa tidak tahan melihat adegan itu memilih keluar lebih dulu, membiarkan dua wanita itu saling menumpahkan perasaannya masing-masing."Tolong jaga Nadine, saat ini dirinya tidak memiliki siapapun lagi," kata mbak Riri setelah pelukan keduanya terlepas.Aruna mengangguk, wanita itu akan melakukan tugasnya dengan tulus karena jauh sebelum ia memikirkan permintaannya untuk mengadopsi Nadine, memang wanita itu sudah menyayangi Nadine selayaknya ia menyayangi David, anaknya sendiri."Pasti mbak, pasti. Aku juga sudah menganggap Nadine selayaknya anakku sendiri jauh sebelum ini.""Ya, aku percaya pada kalian. Maaf atas segala perbuatanku," kata wanita itu menunduk."Sudah, mbak. Setiap orang pasti pernah berbuat kesalahan, yang harus dilakukan hanya berubah menjadi seseorang yang lebih baik di masa depan. Dan lagi, aku yakin bahwasanya Mbak Riri sebenarnya adalah orang yang baik."Belum sempat Mbak Riri menjawab perkataan Aruna, seorang sipir masuk dan berkata jika waktu merek
Wanita itu menatap ke arah Wisnu dengan sengit."Apa yang mbak lakukan? Kenapa mbak tega pada David?!" tanya Wisnu marah.Wanita itu tersenyum, Mbak Riri atau yang bernama asli Arini itu terkekeh kemudian tertawa terbahak-bahak. Ia menunjuk Wisnu dengan ibu jarinya."Karena orang sepertimu pantas mendapatkannya!" Amarah terpancar begitu jelas di wajah Mbak Riri, wanita itu seolah menyimpan dendam yang teramat besar kepada Wisnu."Apa kamu ingat dengan seorang gadis yang juga pelayan di rumah Celine? Gadis polos yang dengan bodohnya membantumu keluar dari rumah itu hanya karena beranggapan kamu adalah seorang lelaki baik-baik. APA KAMU MENGINGATNYA!!"Wisnu tersentak, ingatannya kembali terputar saat ia menjadi korban tawanan Celine saat itu.Tentu saja ia ingat, seorang gadis yang begitu baik mau membebaskannya meski taruhannya ia sendiri yang akan menjadi korban tabiat buruk Celine.Dan disaat itu ia teringat dengan janjinya pada gadis itu. Bahwa ia akan melindungi keluarganya dari
Tidak ada yang dilakukan Wisnu, ia hanya duduk diam dengan pandangan kosong ke arah depan.Kepalanya tidak bisa berpikir, ia tidak tahu apa ya g sebenarnya ada dalam hatinya sekarang. Semuanya terlalu bercampur aduk hingga ia sendiri tidak tahu apa yang jadi tujuannya saat ini.Ia tentu tidak ingin berpisah dari Aruna, mau bagaimanapun sejujurnya dirinya begitu mencintai wanita itu.Namun di sisi lain dirinya hanya takut, ia takut jika di masa depan Celine juga akan kembali melakukan hal gila lainnya, bahkan lebih.Memang, keadaan wanita itu juga tidak lebih baik daripada David. Ia mengalami pendarahan juga patah tulang yang cukup serius, namun rasa takut itu tentu masih ada dalam perasaan Wisnu saat ini.Ia hanya tidak ingin baik Aruna ataupun David akan menjadi korban lagi, sudah cukup untuk sekarang."Melamunkan apa?"Pria itu tersentak. Seorang pria paruh baya duduk di sebelahnya di depan ruang tunggu kamar VIP. Omong-omong beberapa jam yang lalu David sudah bisa dipindahkan ke r
"DAVID!!"Teriakan itu tidak terelakan, air mata turun begitu saja dari pelupuk mata si wanita. Ia meraung, melihat bagaimana buah hatinya harus menjadi korban dari perasaan egois seseorang.Wisnu yang juga ada di sana tampak tidak jauh berbeda. Pria itu sama terkejutnya, tidak menyangka dengan apa yang dilakukan Celine.Wanita itu benar-benar nekat.Melihat bagaimana histerisnya Aruna, Wisnu segera menahan wanita itu saat ia ingin mengikuti jejak Celine terjun ke bawah sana.Wisnu memeluk Aruna yang meraung keras, keduanya menangis hebat perasaan mereka hancur berkeping-keping.Tangisan Aruna belum juga reda, justru terdengar kian keras dan menyayat hati saat wanita itu melihat bagaimana tubuh mungil buah hatinya yang bersimbah darah tergeletak di atas brankar."David, sayang."Rasanya Aruna tidak mampu lagi untuk berdiri di atas kakinya, hingga tidak lama kemudian wanita itu ambruk tidak sadarkan diri.Wisnu yang juga masih menangis bersusah payah untuk membopong tubuh istrinya, mes
"Ada apa?" Aruna bertanya khawatir.Wisnu tidak langsung menjawab, pria itu justru langsung menggandeng tangan sang istri dan membawanya kembali ke lantai tempat mereka menginap.Melihat Wisnu yang tampak terburu-buru, membuat Aruna kebingungan. Namun tiap kali wanita itu bertanya, sang suami tidak menjawab apapun."Sebenarnya ada apa? Kenapa kamu tampak terburu-buru?" Wisnu masih saja tidak mengatakan apapun sampai keduanya tiba di depan pintu kamar. Pria itu langsung masuk ke dalam dan membereskan barang-barang mereka dengan asal.Memasukan pakaian ke dalam koper juga beberapa barang lainnya dengan terburu."Wisnu, kamu kenapa? Apa yang sebenarnya terjadi!"Tidak tahan, Aruna menyentak kegiatan sang suami yang tengah memasukan pakaian ke dalam koper. Ia memegang erat bahu sang suami dan menatap matanya dalam."Tenangkan dirimu, dan katakan apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Aruna dengan lebih tenang.Wisnu yang semula nampak begitu panik, berangsur-angsur mulai terlihat tenang. Ia
Tanpa terasa Aruna dan Wisnu telah menghabiskan waktu tiga hari di negara gingseng tersebut. Keduanya banyak menghabiskan waktu bersama dengan berjalan-jalan ke Namsan tower, sungai Han juga berburu jajanan kaki lima khas negeri yang begitu terkenal dengan budanya hiburannya tersebut.Saat itu malam pukul dua belas malam. Cuaca di kota Seoul begitu dingin karena memang waktu yang mulai memasuki musim gugur. Aruna sudah siap dengan pakaian tidurnya. Wanita itu terduduk di depan sebuah meja sembari mengoleskan skincare routine nya saat dari arah kamar mandi Wisnu muncul.Pria itu baru saja selesai membersihkan diri setelah hampir seharian keduanya berjalan-jalan juga bersenang-senang."Wangi sekali, istriku," kata Wisnu sembari mengusap rambut basahnya dengan handuk.Aruna hanya terkekeh, ia kemudian meraih sebuah hairdryer dan mendekat ke arah sang suami yang terduduk di tepi ranjang.Ia mulai mengeringkan rambut hitam Wisnu dengan hati-hati juga teliti, sementara si lelaki sibuk mem
Malam hari berlalu dengan cepat. Pagi ini Aruna tengah disibukkan dengan acara memasak untuk bekal piknik David juga orang tuanya.Suasana rumah yang cukup sepi membuat tiap pergerakan Aruna terdengar cukup nyaring, juga bau masakan yang tercium hingga lantai atas.Pergerakan wanita itu terhenti saat tiba-tiba sepasang lengan kekar melingkar pada pinggang nya. Sejurus kemudian ia merasakan beban di bahu sebelah kiri.Wisnu, pria yang baru saja terbangun dari tidurnya itu bergelayut manja pada bahu sang istri, mencium dengan rakus aroma yang kian menjadi candu tiap harinya."Mandilah dulu, setelah itu antar David ke rumah Ayah dan Ibu," kata Aruna masih sembari menata makanan dalam wadah bekal.Wisnu hanya bergumam dengan suara serak, pria itu justru kian mengeratkan pelukannya juga sesekali menciumi leher sang istri yang menimbulkan sensasi geli."Hentikan, bagaimana jika dilihat David?""Tidak apa, anak itu akan senang jika memiliki seorang adik," sahut Wisnu ngawur."Lepaskan dulu,