Home / Romansa / (Bukan) Istri simpanan CEO / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of (Bukan) Istri simpanan CEO: Chapter 11 - Chapter 20

108 Chapters

11

Melihat bagaimana raut wajah Wisnu yang dingin, membuat Aruna dan Chandra saling bertatap selama beberapa detik."Kami baru saja berbelanja bahan makanan di pasar," jawab pria itu enteng.Ia kemudian menggandeng salah satu tangan Aruna dan mengajak gadis itu masuk ke dalam, mengabaikan Wisnu yang masih terdiam di tempatnya."Apa tidak apa? Maksud ku, mengabaikan Wisnu," ujar Aruna begitu keduanya sampai di dapur.Chandra yang tengah mengeluarkan belanjaan mereka terhenti, pria itu menatap sebentar ke arah Aruna dan tersenyum."Tidak masalah. Jika ia melakukan sesuatu atau bertindak tidak menyenangkan, kau bisa melaporkannya padaku," jawab Chandra."Lebih baik sekarang kau bantu aku memasak saja, kau harus merasakan masakan ku," ucap Chandra berusaha mengalihkan topik.Aruna tersenyum. Baru saja ia akan meraih pisau, suara Wisnu lebih dulu menginterupsi."Aruna, ikut saya sebentar."Pria itu hanya berkata sekali, kemudian ia melangkah pergi meninggalkan area dapur dengan wajah dinginny
Read more

12

Tanpa mengatakan apapun, Wisnu memundurkan tubuhnya. Pria itu sempat mengumbar smirk tipis yang entah mengapa membuat Aruna seketika merasa merinding."Lebih baik kau segera tidur, besok pagi jadwal mu akan padat," kata pria itu sambil tersenyum tipis.Tidak ingin terjebak lama-lama bersama Wisnu, Aruna segera melangkahkan kakinya ke arah kamar.Ia melangkah dengan buru-buru hingga tanpa sengaja gadis itu hampir terjatuh karena terpeleset pada anak tangga.Aruna harus bersyukur atau menggerutu sekarang? Wisnu yang melihat dirinya saat hampir terjatuh tadi dengan segera berlari, ia menangkap pinggang Aruna dan membuat jarak di antara mereka menjadi begitu dekat.Bahkan Aruna sendiri bisa melihat mata kecoklatan milik Wisnu juga deru napas pria itu yang memburu.Posisi keduanya juga terbilang cukup ambigu dan terlalu dekat satu sama lain. Yang mana Wisnu sedang memegangi pinggang juga bahu Aruna, yang membuat pria itu seolah-olah tengah memeluk si gadis.Menyadari hal itu, Aruna dengan
Read more

13

Suasana di antara tiga orang dewasa itu agak canggung, Celine masih menunggu jawaban Wisnu sambil sesekali melirik ke arah Aruna yang hanya bisa diam dengan kepala tertunduk."Dia Aruna, rekan bisnis aku," jawab Wisnu kemudian.Hanya hal itu yang terlintas benaknya saat ini.Celine mengangguk, wanita itu kembali mengamati Aruna dengan lekat sebelum kemudian berbicara."Bagus deh, lagian nggak cocok juga kalo kamu selingkuh sama orang yang jauh di bawah Diandra," ucap wanita itu.Aruna kian menundukkan kepalanya, entah mengapa hatinya mendadak sakit."Cel, sorry banget nih, tapi kayaknya aku harus pergi sekarang. Sampai ketemu lagi, ya."Dengan cepat Wisnu menggandeng tangan Aruna dan beranjak dari sana.Dua manusia itu memasuki mobil dengan suasana canggung. Aruna sejak tadi hanya diam dengan kepala yang terus tertunduk dalam, sementara Wisnu sendiri hanya diam kebingungan."Jangan pikirkan apapun yang dikatakan Celine. Dia memang seperti itu, suka berbicara seenaknya," kata Wisnu sa
Read more

14

Bunyi peralatan dapur saling beradu terdengar memenuhi area dapur. Aruna duduk nyaman dengan satu tangan memangku dagu, sementara matanya sibuk memperhatikan Chandra yang sedang bergulat dengan masakan yang dibuatnya. Iya, setelah berhasil memenangkan Aruna, Chandra mengajak gadis itu ke dapur dan mengatakan padanya akan merasakan sesuatu. Resep baru yang ia pelajari belum lama ini. Pria itu berbalik, tersenyum cerah dengan sepiring hasil masakan buatannya. Dengan celemek berwarna biru, ia menghampiri Aruna. Dengan senyum lebar Chandra meletakkan masakan buatannya di hadapan si gadis yang tersenyum tipis. "Ini namanya, theokpokki. Makanan khas Korea yang sedang tren akhir-akhir ini, kamu coba, deh, " katanya memberikan sumpit pada Aruna. Tanpa ragu gadis itu mencoba makanan buatan Chandra. Ia mengunyah perlahan, menikmati sensasi tiap rasa yang beradu di dalam mulutnya. Sementara Chandra sendiri hanya diam. Pria itu memperhatikan Aruna dengan lamat, menanti dalam diam soal reaks
Read more

15

Mobil hitam mengkilap itu berhenti di sebuah bangunan tua. Bangunan dengan cat yang sudah mengelupas, ranting juga daun-daun kering di sana-sini, membuatnya tampak seperti bangunan tidak berpenghuni.Langkah Wisnu perlahan namun pasti, pria itu berjalan ke arah pintu utama dengan cat kayu berwarna putih kusam.Ia mengetuk pintu perlahan, menunggu selama beberapa saat sampai kemudian seseorang membukakan pintu.Seorang wanita paruh baya dengan rambut yang mulai nampak memutih, juga kerutan yang terlihat jelas di wajahnya."Siapa, ya?"Winsu diam. Ia memperhatikan dengan seksama wanita baya tersebut. Melihat dengan lekat bagaimana penampilan wanita baya di hadapannya.Baju lengan panjang kusut dengan warna yang memudar, juga terdapat robekan di beberapa bagian. Wajah kusut dengan rambut berantakan."Anda siapa? Jika tidak ada kepentingan lebih baik saya tutup."Dengan gesit Wisnu menahan pintu rumah tersebut, ia menghela napas keras sebelum berbicara."Bolehkah saya masuk?"Di sinilah p
Read more

16

Aruna terdiam dengan pandangan kosong. Sudah sejak tadi otaknya terus memutar kata-kata yang dilontarkan Diandra beberapa saat lalu."Awal? Apa maksudmu? Jelas-jelas semuanya sudah mulai berjalan, dan aku tahu persis bagaimana hidupku."Aruna berucap lantang. Ia tidak lagi takut atau memikirkan siapa itu Diandra dan apa yang bisa wanita itu lakukan.Yang ia pikirkan hanyalah bisa segera keluar dari rumah ini dan menjalani kehidupan barunya, terlepas dari keluarganya juga perjanjian bodoh itu.Aruna ingin bebas. Ia ingin menata hidupnya dari awal, dari nol. Dirinya menginginkan kehidupan normal dimana ia bisa merasakan ketenangan hidup juga arti hidup yang selama ini ia tidak tahu.Meski ia harus rela menjauh, bahkan menghilang dari keluarganya, hal itu akan tetap Aruna lakukan demi bisa menjalani hidup yang lebih baik menurutnya."Kau benar-benar tahu hidupmu, atau mereka yang tidak memberitahu mu apa yang sebenarnya terjadi di hidupmu?""Apa maksudmu, katakan yang sebenarnya. Siapa k
Read more

17

Mobil yang dikendarai Wisnu berhenti di sebuah rumah bertingkat dengan gaya klasik. Pria itu turun dari dalam mobil dengan tergesa.Wisnu naik ke lantai dua, masuk ke sebuah kamar dengan ranjang tunggal juga sebuah meja belajar yang terletak tidak jauh dari sana. Kamar masa kecil yang menyimpan berbagai kenangan juga memori tentangnya. Wisnu berjongkok di depan sebuah laci, mengambil sesuatu dan memperhatikannya dengan seksama.Sebuah kotak mungil berwarna coklat berbahan kayu dengan ukiran kayu di bagian atas, ukiran kurang berbentuk kurang rapih khas anak kecil itu mampu membuat senyum tipis hinggap di wajah Wisnu untuk sesaat.Pria itu membuka kotak tersebut dan mengeluarkan sesuatu dari sana. Sebuah patung kayu kecil bergambar kepala kucing. Meski patung tersebut memiliki pahatan kasar juga tekstur khas amatir, tapi Wisnu benar-benar menjaganya dengan baik. Buktinya, benda tersebut masih dalam kondisi baik bahkan setelah beberapa tahun."Wisnu?"Pria yang dipanggil namanya meno
Read more

18

"DIANDRA SAFA!"Bentakkan keras Wisnu tidak membuat Diandra mundur. Sebaliknya, wanita itu menatap berani, tepat ke arah mata sang suami."Kenapa? Kau bilang kau mau melakukan apapun. Sekarang kau takut?" tantang Diandra.Wisnu yang sadar jika dirinya telah terbawa emosi menghembuskan napas kasar. Ia meremat rambutnya sendiri dengan perasaan kesal.Apa yang sebenarnya ada di pikiran Diandra sekarang? Apa rencananya."Apa sebenarnya yang kau rencanakan? Apa kau berniat membunuhku pelan-pelan?""Bukankah harusnya aku yang bertanya demikian? Aku yakin seorang Wisnu Aditya tidak sebodoh itu untuk tahu apa maksudku.""Diandra, aku benar-benar tidak ingin bermain. Tolong, jawab aku.""Kau sudah tahu jawabannya. Dan itu menyangkut soal Aruna, aku dan masa lalumu.""Juga perasaanmu." Sambung Diandra."Jika ini soal Ibuku yang terus mendesak mu agar lekas memiliki anak, aku minta maaf. Tolong jangan kau pikirkan perkataan Ibu, aku tidak apa jika kita tidak memiliki anak sekalipun. Sungguh.""K
Read more

19

Aruna mengikuti langkah Wisnu yang berjarak beberapa langkah di depan, pria itu masih saja diam dan enggan untuk menjawab pertanyaan Aruna."Kenapa kau membawaku ke sini? Kamu ingin belajar ilmu agama?" tanya Aruna lirih.Diam, Wisnu masih saja berjalan lurus sambil mengacuhkan Aruna yang berjalan tergopoh di belakangnya."Assalamu'alaikum.""Walaikumsalam."Wisnu menjabat tangan seorang lelaki yang tersenyum ramah pada keduanya, juga seorang wanita dengan pakaian rapi dan tertutup.Keempat orang tersebut duduk saling berhadapan, Aruna yang kebingungan hanya diam menyimak. Kejadian saat ini kembali mengingatkannya saat ia terjebak kebingungan bersama Wisnu, Chandra dan Diandra saat itu."Jadi, perkataan kamu kemarin serius, Nu?" tanya si lekaki.Wisnu mengangguk mantap, ia sempat melirik ke arah Aruna yang terdiam selama beberapa detik sebelum kembali berpaling, menatap ke arah lain."Iya, Gus. Aku serius, mungkin memang cuma ini jalan satu-satunya."Si lelaki dengan peci putih terseb
Read more

20

Mobil yang dikendarai Wisnu melaju perlahan. Suasana canggung begitu terasa di dalam sana. Aruna sibuk dengan dunianya sendiri, memandangi jalanan sekitar dari kaca jendela.Ponsel milik Wisnu bergetar, sebuah panggilan masuk dari Chandra."Halo?" sapanya menggunakan airpods."Kau di mana?" tanya Chandra dari seberang telepon."Baru saja menyelesaikan urusan."Pria itu diam sejenak, mendengar jawaban Chandra dari ujung panggilan."Kau bersama Diandra?" tanyanya saat tanpa sengaja mendengar suara sang istri."Ya." jawab Chandra singkat."Apa yang kau lakukan dengan Diandra?" tanya Wisnu penuh selidik.Nada bicaranya terkesan dingin dan coba mengintimidasi, meski kenyataanya hal itu tidak berpengaruh sama sekali terhadap Chandra."rumah sakit. Diandra mimisan beberapa saat lalu."Mendengar jawaban Chandra membuat Wisnu menghentikan mobil secara tiba-tiba, membuat Aruna terhantuk kaca jendela tanpa sadar."Kau kenapa?" tanya gadis itu kesal.Tidak ada respon, Wisnu hanya diam dan kembali
Read more
PREV
123456
...
11
DMCA.com Protection Status