Semua Bab Obsesi Liar Maduku: Bab 71 - Bab 80

131 Bab

Bab 71

“Astaga! Kau mau apa?” Reno menahan lengan Siti karena kaget melihat tindakan wanita itu. “Aku harus mencari Mas Rama,” tukasnya setelah menghapus air matanya dengan punggung tangan wajahnya begitu serius dan tekadnya tampak kuat dari gerakannya. “Kau apa-apaan!” Reno kembali menarik tangan Siti ke atas, namun wanita itu menepis tangannya. “Mas Rama sudah mati, Siti. Dia pasti ikut meledak bersama mobil itu! Untuk apa kau turun?” Siti menggeleng keras. “Aku tidak akan berspekulasi apa pun sebelum melihat langsung bagaimana keadaan Mas Rama.” “Tapi, Siti! Kau lihat sendiri dan menyaksikannya dengan mata kepalamu, ‘kan! Mobil itu meledak. Mustahil Mas Rama bisa ditemukan jasadnya apalagi dalam keadaan hidup!” “Jangan anggap Mas Rama begitu, Reno. Mas Rama belum mati!” kecam Siti mendorong Reno
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-10-07
Baca selengkapnya

Bab 72

Di tempat lain, Reno yang mendengar penuturan Siti pun segera mengikuti titah dari wanita itu. Dengan cepat Reno menarik ponsel yang ada di saku celananya kemudian menyalakan aplikasi penerangan yang terdapat pada benda pipih tersebut, lalu mulai mencari posisi di mana Siti berada saat ini. "Astaga, Siti!" teriak Reno saat mengetahui lokasi di mana Siti berada. "Cepat datang kemari! Sepertinya Rama akan kehilangan kesadaran," ujar Siti meminta Reno untuk segera membantu. Reno pun dengan cepat berusaha melangkahkan kakinya turun mendekati posisi Siti saat ini. Bisa dikatakan Reno sudah gila sekarang, karena dia mau bersusah payah hanya untuk membantu Siti mendapatkan apa yang wanita itu inginkan. Entah mengapa rasanya Reno sama sekali tidak bisa menolak setiap permintaan yang Siti layangkan. Wanita berwajah khas pedesaan yang sama sekali tak pernah membosankan ketika dipandang. "Cepat, bantu aku memba
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-10-07
Baca selengkapnya

Bab 73

Ibu itu pun kemudian bertanya, "Wah, ada tamu. Siapakah nama pemuda ini?" Disapa begitu, Rama pun dengan sopan berusaha untuk berdiri, tetapi melihat keadaannya yang sepertinya kesakitan, ibu Siti pun melarangnya untuk bergerak. "Kalau begitu, tidak usah berdiri, Nak, kita bersalaman sambil duduk saja," ucap Ibu Siti. Kemudian, datanglah Ayah Siti yang juga terkejut melihat ruang tamunya ramai. Ia langsung mengenali sosok baru yang belum pernah ia jumpai sebelumnya, sekaligus menanyakan hal yang sama. "Halo, Ayah ketinggalan rupanya. Salam kenal, Nak, dengan Mas siapa ini, ya?" sapa Ayah Siti seraya mengulurkan tangan untuk bersalaman. Awalnya Siti dan Reno saling pandang, tapi akhirnya Siti mendapat ide juga. "Mmm ... kenalkan, Ibu, Ayah, ini adalah Mas Rama," papar Siti yang senyumnya melebar dari telinga kiri hingga ke telinga kanan. Mereka pun bersalaman
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-10-07
Baca selengkapnya

Bab 74

Reno dan Siti, dibantu Bapak, lalu membawa Rama ke dalam kamar. Setelah itu, Reno berpamitan pada Bapak Siti, untuk pulang. "Terimakasih Nak Reno, karena sudah mengantarkan Siti dan suaminya pulang ke rumah Bapak," ujar Bapak tulus. Tanpa mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Reno mengangguk. "Sama-sama, Pak," jawab Reno, lalu beranjak keluar, dan berpamitan pada Emak yang berpapasan dengannya di ruang depan. Tak lama kemudian, suara deru mobil terdengar di halaman rumah, yang semakin lama semakin menjauh. Setelah Reno pergi, Bapak menoleh pada anak gadisnya yang masih duduk di tepi tempat tidur, di samping pria yang pingsan itu. "Bapak dan Emak menunggumu di depan ya Siti. Bapak masih ingin dengar cerita dari kamu. Kami masih belum mengerti benar cerita kamu, tadi. Bapak mau dengar sekali lagi penjelasanmu," ujar Bapak, sambil menutup tirai kamar, dimana Siti berada bersama pr
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-10-08
Baca selengkapnya

Bab 75

 "Mak, Mas Rama nggak begitu. Aku sangat yakin kalau dia sangat mencintaiku jadi aku tidak masalah meski hanya jadi yang kedua. Aku juga sangat mencintainya, Mak." Kedua orang tua Siti mendesah pelan untuk menghilangkan sesaknya dada. Sungguh mereka tidak habis pikir atas apa yang anaknya pikirkan dan lakukan.   "Kalau dia baik seharusnya dia selesaikan dulu urusan sama istri pertamanya baru dia menikahimu dan itu pun melamarmu kemari dan meminta restu kepada kami. Tapi nyatanya apa? Dia sama sekali gak kesini kan? Memangnya kamu itu kambing yang bisa main dikawinin begitu aja?!" ketus emaknya Siti. Sungguh ia merasa kesal karena anaknya begitu bodoh yang mau begitu saja dikibulin dan terpedaya oleh majikannya dengan mengatasnamakan cinta.   "Mak, tolong dong hargai keputusan Siti, Siti juga berhak bahagia dan bahagianya Siti hanya dengan Mas Rama. Siti sangat yakin kalau Mas Rama itu sangat m
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-10-08
Baca selengkapnya

Bab 76

"Kamu ngomong apa sih, Mas? Tentu saja aku tidak akan pernah meninggalkanmu karena aku hanya mencintaimu dan kamulah satu-satunya pria yang mampu menggetarkan hatiku. Tak ada lagi yang mampu mengusik jiwaku selain dirimu, Mas. Untuk sebab itu berjanjilah padaku kalau kamu akan bertahan di sisiku hingga kita menua bersama kelak."   "Aku janji, Sayang, aku janji. Aku janji kita akan tetap hidup bersamamu hingga kita menua kelak." Anin dan Rama saling berpelukan erat. Seolah-olah mereka adalah kembar siam yang tak akan pernah terpisahkan oleh jarak dan waktu. Setelah puas saling merangkul dan memeluk kini keduanya melepaskan diri namun tidak membuat jarak di antara keduanya terpisah. Anin dan Rama semakin dekat dan kedua wajah itu kian menghangat tatkala dua benda kenyal berwarna pink alami saling bertaut.   Suara kecapan kian terdengar di telinga keduanya menjadikan hasrat mereka kian menggeb
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-10-08
Baca selengkapnya

Bab 77

Erghh." Rama menggeram merasakan nyeri di sekitar tubuhnya yang penuh luka-luka. Erangan yang keluar dari bibir Rama membuat Siti dan Ani saling berpandangan.   "Siti, kayaknya suami kamu sudah bsngun deh. Coba kamu cek, takutnya dia haus dan mau minum atau dia malah lapar, ini biar Emak yang terusin," titah Ani pada anak satu-satunya itu.   "Baik, Mak, Siti mau lihat Mas Rama dulu ke dalam." Siti meletakkan serbet yang ada di tangannya yang ia gunakan untuk mengelap meja makan yang kotor karena terkena tumpahan kuah sayur yang dibawanya tadi.   Bergegas Siti berjalan menuju kamar yang ditempati oleh Rama. Tampak Rama kesusahan yang berusaha untuk bangun dari posisinya tidur. Siti dengan segera menangkap tubuh kekar itu dan mencoba membantunya.   "Mas kamu mau apa? Kamu kan belum boleh bergerak dulu. Kamu harus istirahat. Luka di
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-10-09
Baca selengkapnya

Bab 78

"Baiklah, kita habiskan dulu sarapannya terus kita segera ke kantor polisi. Aku sudah tidak sabar berita apa yang akan mereka bicarakan sama kita." Sekar mengangguk setuju dengan yang Anin katakan.  Keduanya pun melakukan sarapan dengan khidmat dan menghabiskannya tanpa ada sepatah kata pun keluar dari bibir mereka untuk melakukan obrolan. Baik Anin maupun Sekar sama-sama hanyut dengan pikirannya masing-masing dan ingin segera sampai di kantor polisi untuk mengetahui lebih lanjut kejadian naas yang menimpa Rama.  ***"Pagi, Pak, maaf saya baru datang jam segini, kira-kira ada info apa ya? Sehingga malam-malam Bapak menghubungi saya untuk databg pagi ini?" tanya Anin langsung pada pak Rudi setelah ia mendaratkan tubuhnya di kursi yang ada tepat di hadapan meja kerja pak Rudi.  Pak Rudi tersenyum kecil dan ia terlihat menghembuskan napasnya. Anin yang melihat sudah sangat tidak sabar dengan berita yan
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-10-09
Baca selengkapnya

Bab 79

"Terserah kamu, Mbak, aku sama sekali enggak takut karena bukan aku yang melakukannya. Kamu mikir dong, Mbak, gimana aku bisa melakukannya kalau aku saja berada di sini!"  "Orang licik sepertimu pasti punya seribu cara untuk melakukan apa pun demi ambisimu itu!"  "Terserah! Sudahlah kalau tidak ada yang penting lagi lebih baik kalian pulang saja! Kedatangan kalian kesini justru bikin moodku rusak tau gak!" Zea berdiri dari posisi duduknya dan Anin niatnya ingin mencekal tangan Zea. Akan tetapi, Sekar mencegahnya karena sedari tadi Sekar perhatikan kalau Zea tidak berbohong dan itu terlihat dari carq Zea menjawab dan dari sorot matanya.  "Mi, kenapa ditahan? Anin masih belum selesai bertanya sama jalang itu!" sentak Anin sembari menghempas tangan Sekar yang menggenggamnya. Anin mendesah membuang napaasnya saat melihat Zea yang sudah berjalan menjauhi dirinya juga Sekar.  "Sudahlah
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-10-09
Baca selengkapnya

Bab 80

"Detektif Akbar maksudnya, Mi?" "Nah, itu maksud Mami." "Ide bagus, Mi. Anin sampai lupa." Tanpa menunggu waktu lama, Anin langsung menggeser layar ponsel. Dengan lincah mencari nama detektif Akbar di kontak ponselnya. Sengaja mengaktifkan fitur pengeras suara. Agar mertuanya bisa ikut mendengar pembicaraan antara Akbar dan Anin.  "Hallo, Akbar." "Hallo, ini Anin?" "Iya, Bar. Ini aku. Tolong aku lagi. Penting sekali." "Ada masalah apa, Nin?" "Aku tidak bisa menceritakannya di telepon. Aku harap, kamu bisa datang ke sini. Secepatnya. Sebelum besok. Aku tidak punya waktu lama untuk membicarakan ini semua." "Tampaknya kondisimu sangat rumit. Baiklah, selepas magrib, aku datang ke rumah. Saat ini, biarkan aku menyelesaikan peke
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-10-10
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
678910
...
14
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status