All Chapters of KURELAKAN SUAMIKU UNTUK MANTANNYA : Chapter 51 - Chapter 60

131 Chapters

Part 51. Aku hamil anak kamu.

POV. AksaSelain itu, aku juga takut, jika Luna hanya di rumah sendirian, mengurung diri di rumah sepanjang hari, aku takut dia akan menjadi depresi. Jika di sana, ada Mama yang menemaninya. Aku bisa memantau keadaan Luna, lewat Mama. Namun jika di sini, aku tidak bisa bertanya kepada siapa-siapa. Bu Indah, entah di rumah, entah tidak.Sesampainya di kantor, aku pun segera bekerja. Tidak perlu menunggu jam masuk kerja. Aku tidak pernah perhitungan soal waktu. Dan itu menjadi salah satu alasan, mengapa aku termasuk dalam daftar salah satu karyawan teladan.Jam sembilan pagi, aku menerima chat dari Risa, yang memberitahukan, bahwa bosnya, sudah ada di butik bersamanya. Aku pun merasa lega. Itu artinya, Luna ada di tempat yang tepat. Tempat di mana dia bisa berinteraksi dengan orang lain. Tempat di mana dia bisa menyibukkan dirinya dengan pekerjaannya.Aku bisa bekerja dengan tenang dan penuh semangat, tanpa perlu mengkhawatirkan Luna.Aku pun tidak memikirkan ucapan tetanggaku itu, yang
last updateLast Updated : 2023-07-12
Read more

Part 52. Datang meminta pertanggungjawaban.

POV. Aksa"Aku hamil, anak kamu! Kamu harus bertanggung jawab. Kamu harus menikahiku. Aku tidak ingin sendirian menanggung malu. Aku tidak ingin, anakku lahir tanpa Ayah. Sejijik apa pun kamu terhadapku, kamu tetap harus menikahiku. Aku tidak masalah, dijadikan sebagai yang ke dua. Yang terpenting, anak yang ada dalam kandunganku, ada bapaknya ...."Ucapan Bunga yang bercampur tangis itu, tak ubahnya seperti petir yang menggelegar, di tengah terik matahari. Aku terkejut seketika. Aku sama sekali tidak siap mendengarnya.Aku hanya diam mematung. Tanpa bisa berbicara apa-apa. Jiwaku terguncang, mendengar kenyataan yang ada.Bunga mengeluarkan benda pipih dari saku roknya. Aku tahu, itu tespek dengan garis dua. Itu artinya dia benar-benar hamil.Hatiku bergemuruh. Namun jiwaku, seolah ingin luruh."Aksa, bahkan selama seminggu ini, aku sakit. Aku tidak bisa masuk kerja. Kamu sama sekali tidak mencariku. Setiap pagi, aku muntah-muntah. Aku tidak bisa menelan makanan. Aku sampai dehidrasi.
last updateLast Updated : 2023-07-12
Read more

Part 53. Aku hamil benihnya Aksa.

Pov. LunaMasih dalam kondisi menerka-nerka, tiba-tiba saja, Mas Aksa sudah bersujud tepat di kakiku. Aku bingung. Kami menjadi tontonan banyak orang."Sayang, tolong aku. Ampuni aku ...."Bahkan kini tangisnya terdengar semakin kencang."Sayang, tolong ampuni aku. Jangan tinggalkan aku. Aku tidak bisa hidup tanpa kamu. Aku tidak mau berpisah darimu. Meskipun kita tidak bisa memiliki anak. Aku akan tetap bersamamu. Aku tidak ingin memiliki anak dari perempuan lain. Tolong, ampuni aku ...."Deg. Mendengar ucapan Mas Aksa, aku sudah merasa tidak enak. Hal yang sudah hampir terlupakan pun, kini kembali terpikirkan. Apakah perempuan itu hamil, dan saat ini, dia ingin meminta pertanggungjawaban suamiku?Apalagi jika melihat penampilan suamiku yang sangat kacau seperti ini. Seolah-olah dia sedang mengalami tekanan yang sangat besar.Aku pun lebih memilih untuk mengajaknya pulang. Daripada tetap di sini, dan menjadi tontonan banyak orang. Aku takut jika nanti ada yang mengambil video, dan ke
last updateLast Updated : 2023-07-14
Read more

Part 54. Ya Allah ....

POV. Luna"Aku hamil benihnya Aksa. Tentu saja, aku akan meminta pertanggungjawaban Aksa. Aku ingin membesarkan anak kami bersama-sama. Aku tidak ingin, anakku lahir tanpa Ayah. Aku ingin anakku memiliki orang tua yang lengkap, dan tidak kekurangan kasih sayang!"Ucapan itu tak ubahnya seperti belati tajam, yang mengiris-iris hatiku. Dia bilang, dia ingin membesarkan anak mereka, bersama-sama. Dia begitu percaya diri sekali. Seolah-olah, suamiku lebih mencintai dia, jika dibandingkan denganku, istri sahnya. Padahal dalam hatiku, aku yakin. Bahwa Mas Aksa, jauh lebih mencintaiku, dibanding dengan perempuan yang pernah menjadi g*ndiknya itu."Sayang, tolong aku. Aku tidak mau menikah lagi. Aku tidak mencintainya. Aku hanya mencintaimu. Waktu itu, aku khilaf. Aku sama sekali tidak berniat untuk menikahinya. Aku hanya main-main saja."Aku tersenyum miring mendengar ucapan laki-laki yang duduk di sebelahku ini. Aku merasa puas. Meskipun sebenarnya hatiku teriris begitu perih, namun, sekali
last updateLast Updated : 2023-07-14
Read more

Part 55. Mengancam dengan pisau.

POV. LunaRasa jijik yang kemarin sempat hilang, karena sikap manis dan lembutnya suamiku, kini menyeruak dengan lebih ganas lagi. Aku jijik sejijiknya, membayangkan keb*jatan moral mereka.Segera kurebut ponsel yang ada dalam genggaman perempuan s*ndal itu. Kupukulkan ke punggung laki-laki yang tengah duduk dengan menunduk itu. Kupukulkan berkali-kali, hingga ponsel itu menjadi mati. Layar ponsel itu, bahkan sampai pecah tidak beraturan.Setelah puas, aku pun melemparkan ponsel itu, ke wajah perempuan itu. Kulempar dengan sekuat tenagaku."Percuma. Kamu remukkan ponsel ini pun, video itu sudah ada duplikatnya. Bahkan masih ada banyak video yang lainnya. Yang aku yakin, kamu pasti bakalan lebih syok, jika melihatnya. Bahwa suami yang sering kamu banggakan itu, yang katanya hanya mencintaimu, namun ternyata telah berbagi raga denganku!" ucap Bunga dengan begitu jumawa.Sementara, perempuan tua yang ada di sampingnya, yang kuduga sebagai ibu dari perempuan itu, hanya tersenyum-senyum, m
last updateLast Updated : 2023-07-14
Read more

Part 56. Lihatlah nanti.

POV. Bunga Setelah selesai memuntahkan isi perutku, aku memutuskan untuk masuk ke kamar lagi. Aku ingin memulihkan tenagaku terlebih dahulu.Setelah rasa pusing ini berangsur-angsur menghilang, aku pun beranjak dari ranjang.Keluar dari rumah, menstater motorku, menuju apotik di ujung jalan. Betapa pikiranku sudah sangat tidak tenang. Bagaimana jika aku benar-benar hamil?"Lu kenapa pagi-pagi sudah muntah-muntah? Hamidun?" tanya salah seorang Ibu-ibu yang sedang membeli sayur.Spontan, semua orang yang sedang ada di situ pun, mengarahkan pandangannya ke arahku. Mereka menatapku dari ujung kepala hingga sampai ke ujung kakiku. Kebanyakan dari mereka, menatap ke arah perutku.Motor yang sudah kustarter pun, kumatikan lagi. Aku tidak suka dengan caranya bertanya. Usianya saja yang tua. Namun tidak punya sopan santun dalam berbicara."Eh, Bu, kalau ngomong hati-hati, jangan asal bicara. Siapa juga, yang hamil. Saya ini, masih perawan. Perawan ting ting. Saya muntah-muntah, karena asam la
last updateLast Updated : 2023-07-16
Read more

Part 57. Tidak kasihan kepadaku?

POV. Bunga Aku pun menyimpan semua tespek yang ada. Akan kuberikan kejutan ini kepada Aksa, saat dia pulang liburan nanti.Pagi ini, hari Senin, aku sudah tidak sabar. Ingin segera berangkat ke kantor. Pasti Aksa sudah pulang kemarin, dari liburannya. Dan pagi ini, dia pasti datang ke kantor, untuk bekerja. Dia adalah karyawan teladan. Dia pasti tidak akan cuti berlama-lama.Dengan sangat bersemangat, aku segera mandi, kemudian berdandan. Kupoleskan blossom di pipiku, untuk menyamarkan wajahku yang sangat pucat ini. Aku pun memoleskan lipstik yang berwarna merah menyala, agar bibirku terlihat semakin menggoda.Tidak lupa, kumasukkan tespek itu, ke dalam tasku. Jika nanti Aksa bertanya, aku memiliki buktinya.Segera aku berjalan ke luar rumah. Kulihat Ibu-ibu itu bergerombol, dan berbisik-bisik. Biar saja. Aku tidak peduli.Aku segera menstarter sepeda motorku. Namun baru saja aku hendak menancap gas, aku justru merasakan mual yang teramat sangat.Meski aku sudah mencoba menahan denga
last updateLast Updated : 2023-07-16
Read more

Part 58. Merobek perutku.

POV. Bunga"Mas, kamu tidak kasihan, kepadaku?" bujuknya."Aku mencintaimu dengan sangat. Bahkan aku sudah mengorbankan perasaanku, demi menerima perjodohan dari orang tua kita. Aku menerimamu. Setiap hari, aku belajar mencintaimu. Dan setelah aku menjadi begitu mencintaimu, kamu mengkhianatiku. Kamu berselingkuh, di belakangku. Sakit sekali rasanya. Dan mulai satu minggu yang lalu, aku mulai belajar untuk memaafkanmu. Aku belajar mengalahkan egoku. Berharap kita bisa kembali mesra, seperti dulu lagi. Dan satu minggu ini, aku sudah berhasil melaluinya. Kita kembali lagi, seperti pengantin baru. Sikapmu begitu manis kepadaku. Namun hari ini, aku mendapati kenyataan yang begitu pahit. Ternyata benih yang kamu tanam, sekarang sedang tumbuh di rahim perempuan itu. Sakit, Mas .... Di sini, akulah orang yang paling merasa tersakiti. Dan kamu masih ingin menambah bebanku, dengan cara ingin menusuk perutmu. Padahal kakimu saja baru sembuh. Aku yang merawatmu. Aku yang membuang kotoranmu, seti
last updateLast Updated : 2023-07-16
Read more

Part 59. Nikahi perempuan itu.

POV. LunaHingga akhirnya aku melihat bagaimana perempuan itu nekat menusukkan pisau itu, ke perutnya.Aku segera mendorong tubuh suamiku, agar menolong perempuan itu. Semua terjadi secara spontan.Mas Aksa segera meraih tubuh itu. Direbutnya, pisau yang sudah sempat tertancap pucuknya itu.Melihat bagaimana suamiku menopang tubuh perempuan itu, hatiku terasa berdenyut begitu perih.Terlihat dengan mataku, dari perut perempuan itu, sempat mengeluarkan darah. Sementara, perempuan itu sudah pingsan.Aku pun bergegas menstater mobilku. Karena memang tadi pagi aku berangkat dengan mobil suamiku."Cepetan, Mas, kita bawa ke rumah sakit," teriakku.Mas Aksa lekas membopong tubuh perempuan itu, dan dimasukkan ke dalam mobil. Ditempatkan di jok bagian tengah.Aku segera menancap gas. Bahkan aku sampai lupa, jika Ibu dari perempuan itu, masih tertinggal di rumahku.Di sepanjang jalan, air mataku terus bercucuran. Aku yang bahkan tidak pernah berbuat zina, kenapa sekarang rumah tanggaku mengala
last updateLast Updated : 2023-07-16
Read more

Part 60. Kedatangan Pak RT

POV. Luna"Mas, jika kamu mencintaiku, nikahi perempuan itu ...."Ada yang berdenyut begitu perih, saat aku mengucapkan itu. Dalam mata terpejam, air mataku jatuh lebih deras, berdesak-desakan.Aku tidak mau ikut menanggung dosa suamiku. Entah nanti ke depannya akan seperti apa. Aku belum memikirkan. Aku juga tidak tahu, apakah pemikiranku ini benar atau tidak.Dari tangannya yang mencengkram lenganku dengan kuat, aku bisa menilai, bahwa suamiku tidak menyukai kalimat yang kuucapkan.Tapi saat tadi suamiku menjaga tubuh perempuan itu, aku bisa menilai, jika Mas Aksa seperti mengkhawatirkan perempuan itu. Entah mana yang benar. Ucapannya, atau gestur tubuhnya. Atau aku yang justru salah menilainya.Ponselnya berdering. Suamiku segera mengambil benda pipih itu dari saku celananya. Diusapnya ke atas, logo bergambar gagang telpon itu."Hallo," sapa suamiku."Dengan Pak Aksa?" tanya seseorang yang ada di seberang. Aku bisa mendengarnya, karena memang aku berdiri tepat di sisinya."Iya. And
last updateLast Updated : 2023-07-16
Read more
PREV
1
...
45678
...
14
DMCA.com Protection Status