"Iya. Oh ya, Damar, ibu juga minta, kamu siapkan uang 25 juta itu, Nak, buat nebus sawah ibu sebentar lagi waktu gadainya akan habis. Ibu gak mau kalau harus kehilangan sawah penghasilan ibu satu-satunya."Aku menghela nafas berat. "Iya Bu, aku akan mengusahakannya. Ayo Bu, aku antar ke terminal ya, Bu. Aku juga sudah WA ke Farah buat jemput ibu di terminal sana."Ibu mengangguk lesu."Tunggu sebentar, Bu, aku akan bangunkan Melinda dulu," ucapku. Kugendong Syifana dari box bayi lalu menuju kamar. Di atas ranjang masih berbaring seorang wanita, matanya masih terpejam sempurna. Lagi, aku membuang nafas panjang. Malas sekali Melinda, padahal waktu sudah menunjukkan pukul tujuh pagi. Sebenarnya hari ini weekend jadi aku libur ngantor.Kuletakkan Syifana di samping ibunya. Tapi sayang, bayi mungilku justru menangis. Melinda mengerjap lalu memandang ke arah bayi kami. "Mas, kenapa Syifana dinawa kesini?" tanyanya seolah tak suka."Ya, kamu jagain dia. Aku mau ngantar ibu.""Hah? Mau ngan
Baca selengkapnya