"Mel, tunggu sebentar Mel! Jangan tarik-tarik begini kasihan Syifana!" Melinda tetap berjalan dengan cepat hingga terkadang langkahku menabrak meja makan."Aku kesal banget sama wanita itu. Lihat saja senyumannya seperti mengejekku. Hhhh!" gerutu Melinda."Maaf Pak, Bu, ini ada apa ya? Kenapa kalian tidak menikmati hidangan dan pestanya dulu?" tanya salah seorang penjaga menghentikan langkah kami.Melinda masih mengumpat dengan raut wajah tak suka. Terlihat jelas kalau dia benar-benar kesal."Maaf Pak, istri saya kebelet, makanya buru-buru mau pulang," sahutku.Mata Melinda membulat mendengar ucapanku."Di sebelah sana ada toilet, mari silakan ikut saya, Pak, Bu," sahut penjaga itu lagi. "Eh, tidak perlu, Pak, istri saya tidak nyaman, jadi kami langsung pulang saja.""Ya, baiklah, silakan."Pria bertubuh tegap dan kekar itu mempersilakan kami pergi. Dalam hati kecil bergumam, keren sekali Ranu, pesta pernikahan dijaga sampai sebegininya. Mewah juga megah, Wulan juga terlihat sangat
Read more