Home / Pernikahan / Perempuan Rahasia Suamiku / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of Perempuan Rahasia Suamiku: Chapter 21 - Chapter 30

73 Chapters

21. Deal

Part 21"Tidak Dek ... mas sungguh menyayangi kalian. Mas tak ingin kehilangan kamu, Raffa dan juga Amanda. Lihatlah mereka sayang, mereka masih butuh kita, aku dan juga kamu. Kamu tak bisa berdiri sendiri tanpa aku. Akupun sama, tak bisa berdiri tanpa kamu dan anak-anak."Biasanya bila mendengar kata-katanya hatiku langsung berbunga-bunga. Tapi tidak dengan sekarang. Semua masih menyisakan luka. Apalagi saat kuminta dia menceraikan Melinda di hadapanku. Jawabannya berbelit-belit dan terkesan banyak alasan. "Ti-tidak, Wulan, aku tidak keberatan. Tapi aku butuh waktu," sahutnya ragu. Ia menatapku dengan sendu. Sunhguh menyebalkan memang!Aku menghela nafas berat. Bukankah itu artinya dia tak 100% dengan kesungguhannya? Baiklah, kita ikuti saja apa yang akan dia lakukan. Bagiku kini lebih baik bergerak sendiri. Diam-diam menjadi wanita yang mandiri daronpada lagi-lagi mengharap dia yang sudah jelas-jelas menyakiti.Masih seperti biasa, setelah Mas Damar pergi bekerja, aku mengantar Raf
Read more

22. Mau buat aku jantungan?

Part 22Duh Wulan, kamu pergi kemana? Kenapa justru membuatku khawatir begini?Dadaku bergemuruh kencang, antara cemas, takut juga marah. Bisa-bisanya Wulan pergi tanpa izin dariku. Kembali kucoba telepon nomornya, tetap sama, tidak aktif juga tak ada balasan pesan apapun darinya.Terpaksa aku beranjak, menuju rumah Nino. Ya, istriku dan istri Niko memang berteman karena anak-anak kami sekolah bersama, juga karena kami bertetangga."Assalamu'alaikum, Mbak Rasti." Aku mengucapkan salam meski ragu Wulan ada di sini karena rumah tampak sepi."Waalaikum salam. Oh Mas Damar, ada apa ya, Mas?" tanya wanita bertubuh sedikit gendut itu. Entah lah memandang Mbak Rasti kayaknya jadi ilfil karena banyak lemak, apalagi di bagian perut. Entah kenapa Niko bisa nyaman mempunyai istri seperti dia."Mbak Rasti tahu gak Wulan pergi kemana?" tanyaku."Gak tahu, Mas. Memangnya Mbak Wulan gak ada di rumah?" Wanita itu justru balik bertanya."Gak ada, Mbak, makanya saya tanya, kali aja mereka main kesini.
Read more

23. Siapa laki-laki yang bersamanya

Part 23Akhirnya perdebatan kami berakhir dengan saling diam. Tanpa ada kata untuk saling bicara. Dia ada tapi seolah tak ada keberadaannya. Sial, malam ini aku jadi tidur di luar lagi. Duduk di sofa ruang tamu, meratapi nasib pernikahan ini yang entah mau dibawa kemana. Kepalaku terasa begitu penat luar biasa. Wulan atau Melinda lagi-lagi menjadi dilema. Kuhubungi Farah, aku butuh masukan dari ibu. Hanya dia satu-satunya orang yang bisa mengerti keluh kesahku. Sengaja aku keluar dari rumah agar Wulan tak mendengar percakapanku."Hallo, Mas, ada apa malam-malam telpon?" tanya Farah dari seberang telepon. "Ibu udah tidur belum, Dek?" Aku balik bertanya."Belum, Mas, lagi nonton tv. Mau bicara sama ibu?""Iya, Dek.""Bentar ya, Mas."Tak berapa lama, aku sudah terhubung dengan ibu."Hallo, Damar, ada apa, Nak? Katanya kamu mau ngobrol sama ibu?""Bu ..." Aku menghela nafas dalam-dalam. "Wulan sudah tahu semuanya. Dia sudah tahu tentang Melinda," sahutku dengan nafas tak beraturan."Y
Read more

24. Kekasih bayaran

Part 24Pov MelindaSudah kutunggu sejak tadi sore, nyatanya Mas Damar dan Wulan tak datang kemari. Padahal kami akan sama-sama menjalani peran, Mas Damar akan pura-pura menalakku. Tapi ternyata ... ia justru kebingungan mencari istrinya dimana.Wulan, Wulan, Wulan terus yang ada dipikirannya. Apa dia tak mengerti tentang perasaanku juga? Menyebalkan sekali bukan? Bahkan saat dia ada di sini pun nama Wulan yang disebut berkali-kali. Aku mengacak rambutku. Kenapa sih, biar saja perempuan itu pergi, aku kan bisa menggantikannya. Ah, lama-lama hubungan seperti ini membuatku muak. Aku juga ingin dimiliki seutuhnya. Aku tak mungkin pergi dari hidup Mas Damar, aku masih butuh uangnya.Keesokan harinya, seperti biasa minggu ini pun ada cicilan pinjol yang harus kubayarkan. Uang dari Mas Damar memang masih tersisa, tapi masih kurang nominalnya apalagi sebagian sudah terpakai untuk membeli skincare dan minyak wangi.Pagi ini juga aku harus bisa mendapatkannya dari Mas Damar. Terserah dia mau
Read more

25. Minta jatah

Part 25Sudah kupersiapkan semua uang untuk pelunasan ruko, biar sekaligus diurus untuk balik nama. Tadi, saat Raffa sekolah aku langsung ke Bank untuk mengambil uang tunai. Syukurlah keinginanku satu persatu mulai tertunaikan. "Sudah ke bank-nya, Mbak?" tanya Mbak Rasti."Iya mbak, sudah. Terima kasih ya sudah bantu jagain Raffa," sahutku."Iya, sama-sama. Kemarin habis kemana, Mbak? Mas Damar nyariin kamu lho kayak orang stress.""Cuma ke rumah temanku, Mbak. Ada urusan. Hari ini juga mau ke sana lagi.""Mas Damarnya udah diberi tahu?""Sudah kok."Mbak Rasti mengangguk, sepertinya ia punya banyak pertanyaan tapi mungkin segan.Pulang sekolah Raffa, seperti biasa aku ke ruko yang kemarin sudah kuberikan DP. Kami sudah berjanji akan bertemu langsung di sana. Sampai di sana aku bertemu Naima, sedangkan Mas Ranu tengah di rumah sakit."Nai, apa kau tahu bagaimana tatacara mengajukan cerai ke pengadilan?" tanyaku lirih. Pandanganku menerawang jauh sembari menatap langit-langit."Hah? K
Read more

26. Aku talak kamu

Aku membelalakkan mata mendengar ucapannya. Seketika jantungku berdebar kencang menahan emosi. Seenaknya saja dengan entengnya ia meminta jatah padaku setelah berhubungan dengan wanita lain. Membayangkannya saja sudah membuatku sesak. Sakit sekali. Aku berusaha mengurai pelukannya, tapi ia justru menarikku makin dalam.“Mas, tolong lepaskan aku. Nafasku sesak banget kalau kamu terus begini.” Di saat seperti ini aku berharap Amanda menangis dengan kencang biar ada alasan menghindar darinya. Ya Allah, dosakah aku begini?“Mas kangen, Dek ...” ujarnya lembut.Aku menghela nafas dalam. “Aku belum 40 hari Mas, kamu sibuk sama perempuan itu sampai lupa umur anakmu sendiri?” Aku sengaja mengucapkan hal itu biar dia mikir.Ia mengurai pelukannya, terduduk bersimpuh. “Dek, maaf, aku bersalah padamu. Izinkan aku memperbaiki semuanya. Tolong berikan Mas kesempatan kedua.” Tiba-tiba ia menangis, entah menangis untuk apa. Apakah ia benar-benar menyesal atau karena ada masalah lainnya, aku tidak ta
Read more

27. Pesan khawatir

Part 27"Melinda, mulai hari ini, detik ini juga, kita tak ada ikatan apapun lagi. Kamu bukan istriku. Aku talak kamu!”"Apa, Mas? Tidak, Mas, aku gak terima. Jadi kau lebih memilihnya dari pada aku?"Mas Damar bangkit seolah tak mau lagi mendengar ucapan Melinda."Kenapa kamu bersikap seperti ini, Mas. Kamu tega!""Ayo Wulan, kita pergi! Kita tak ada urusan lagi di sini."Aku ikut bangkit menatap wanita itu. Melinda tampak shock dengan kedua mata berkaca-kaca.Mas Damar sudah pergi mendahului. "Ini belum usai, Wulan. Tapi ini justru baru awal. Aku tidak terima Mas Damar lebih memilihmu. Apa sih kelebihan kamu selain cuma dimanfaatkan seperti babu? Mas Damar cuma mencintaiku tau!"Aku menghentikan langkah sejenak, lalu berbalik menatapnya. "Apa kau bangga dengan hal itu, Mel? Menjadi pelakor di rumah tangga orang lain? Mas Damar lebih memilihku, bukankah itu artinya aku yang menang? Hei, Melinda, aku bertahan itu karena harus mempertahankan apa yang menjadi hakku dan juga anak-anak.
Read more

28. Hancur

Part 28 Pov MelindaAku tak pernah menyangka Mas Damar mengatakan kata talak padaku. Apakah ini hanya sandiwaranya seperti tempo hari? Tapi dia tak mengatakan apapun padaku. Bahkan nomorku diblokir olehnya. Apa-apaan dia ini? Menyebalkan sekali kamu, Mas. Aku benar-benar shock, apalagi mendengar ucapan Wulan yang akan mempertahankannya sampai akhir. Perempuan itu bodoh atau gimana sih? Kupandangi punggung kekar lelaki itu yang menjauh menuju mobilnya. Wajahnya jelas sedang emosi. Pasti gara-gara kesalahpahamannya pada Mas Sandy. Aaarrhhh, aku jadi makin bingung dibuatnya."Sekarang kamu bukan istriku lagi, aku talak kamu!" Kata-kata yang keluar dari mulut Mas Damar selalu terngiang-ngiang di telinga. Entah kenapa jadinya aku tak berselera makan dan yang lain. Hanya berbaring di sofa sembari menatap langit-langit rumah. Benarkah hubunganku dan Mas Damar telah berakhir?Terbayang kembali kenangan manis bersama lelaki itu. Bahkan potongan-potongan kenangan masa lalu berulang kali sing
Read more

29. Kacau

Part 29"Aku serius, Mel. Turun dan keluarlah dari mobilku.""Tidak, Mas! Aku gak mau! Aku gak mau pisah denganmu!"Mas Damar turun dari mobilnya dan membuka pintu dan menarikku keluar dari mobilnya."Mas, kamu kasar banget sih! Sakit tau!"Lelaki itu begitu dingin, benarkah rasa cintanya padaku sudah terkikis begitu saja hanya karena masalah sepele?Ia tak menanggapi apapun ucapanku, bahkan langsung masuk kembali ke mobilnya. Baiklah, kalau kau begitu, akupun bisa dengan cara yang nekat.Saat mobil hendak berjalan, aku langsubg berdiri di depannya. Merentangkan tangan, agar dia menghentikkan mobil. Ah apapun itu namanya usaha harus totalitas. Biar saja orang-orang menganggap aku gila. "Mel, minggir! Kau ingin ditabrak?""Silakan tabrak aku, Mas! Paling nanti kamu yang di penjara!"Tiiiinnn ....! Suara klakson dibunyikan begitu kencang. Hingga security datang menghampiri kami. "Pak, tolong bawa perempuan ini menyingkir, dia sudah gila, dia menghalangi jalanku," tukas Mas Damar ketus
Read more

30. Kesal

Part 30Mentari di ufuk barat mulai turun ke peraduannya, hanya senja yang masih terlihat jingga. Aku menghempaskan nafas kasar. Jengah. Apalagi mendengar Melinda menungguku sedari tadi di loby kantor. Aku ingin menghindar darinya dan tak ingin hubungan ini terus berulang. Entahlah, hatiku merasa berantakan. Mau tak mau aku turun dan menghadapinya. Sikapnya benar-benar seperti orang yang gila. Setitik rasa kasihan menyelinap di hati, tapi segera terkikis kala terbayang ia menyuapi dan merangkul pria di kafe itu dengan mesra. Emosi kembali memuncak dalam dada hingga aku bersikap tega padanya. Ya, memang begitulah Melinda, tak gampang menyerah. Setelah sampai di rumah yang sepi, entah kemana Wulan dan anak-anak pergi. Melinda kembali datang menghampiri, mengancamku membuatku malu pada diriku sendiri. Kuantarkan dia pulang ke rumah kontrakannya. Tetap saja dia berusaha merayu dan menggoda, aku masih teguh pada pendirian. Karena saat ini pikiranku bercabang. Wulan dan anak-anak tak ada
Read more
PREV
1234568
DMCA.com Protection Status