"Maaf Mas, tidak perlu. Nanti istrimu marah lagi kayak tadi siang. Aku gak sudi dibilang mantan istri yang kegatelan.""Ah itu, maafkan aku, atas sikap Melinda yang kasar padamu," ujarku pelan. "Aku juga gak nyangka dia akan berbuat seperti itu di tempat keramaian."Kulihat Wulan hanya tersenyum simpul. "Bukankah dari dulu sikapnya sudah seperti itu? Masa kamu baru menyadarinya, Mas?"Aku termenung mendengarnya, gegara aku terlalu dibutakan oleh cinta jadi tak menyadari kekurangannya.Uang yang kupegang itu akhirnya kuberikan pada Raffa. Karena aku tahu, Wulan pasti enggan untuk menerimanya lagi bila aku memaksa."Sayang, ini buat jajan Raffa di sekolah ya, Dedek Amanda juga dibagi ya!" ujarku. "Iya, Ayah."Tetiba ponselku berdering berkali-kali. Panggilan dari Melinda. Segera kujawab panggilan telepon itu, karena kalau tidak, panggilannya takkan pernah berhenti, membuat berisik di telinga. "Tunggu sebentar, ayah terima telepon dulu ya, Nak," ujarku. Otomatis Raffa langsung berdiri
Baca selengkapnya