Semua Bab Perempuan Rahasia Suamiku: Bab 41 - Bab 50

73 Bab

41. Terusir dari rumah sendiri

"Mas, gimana sih kenapa Wulan memenangkan semuanya? Nanti kita akan tinggal dimana? Aku gak bisa terima ini!!" pekik Melinda dengan emosi menggebu-gebu. Ia pasti tidak terima dengan hasil keputusan sidang. Aku terdiam. Seluruh hati dan hidupku pun luluh lantak. "Tenanglah, Mel, aku akan pikirkan caranya," sahutku sembari mengurut kening. Pusing tentu saja. Apa yang harus kulakukan?"Cara apa, Mas? Cara menuju kebangkrutan?" Ia kembali emosi. "Kenapa kamu gak bilang dari awal kalau kamu menandatangani sebuah perjanjian, Mas? Kenapa kamu menyembunyikan ini semua dariku?" ocehnya lagi, makin membuat pening di kepala."Kalau aku bilang, apa kamu masih mau tinggal sama aku?" tanyaku, sembari kutatap wajah ayunya yang kini terlihat berantakan.Dia terdiam sejenak, dadanya masih naik turun dengan nafas yang tak beraturan. Pandangan kami saling beradu. Entah kenapa dia seolah tak berani menjawab pertanyaanku tadi.Melinda menghentakkan kakinya lalu beralih ke kamar. Aku mengikuti langkahnya
Baca selengkapnya

42. Jatuh miskin?

Pov MelindaBayanganku menjadi satu-satunya istri Mas Damar yang begitu bahagia dan sempurna, musnah sudah. Karena kini aku hanya bersama lelaki miskin tak punya apa-apa selain uang gaji bulanannya saja. Kesal sekali rasanya.Aargghh! Aku benar-benar membencinya. Bahkan Wulan tega sekali mengusirku dan Mas Damar dari rumah! Padahal harusnya aku yang memiliki rumah ini karena aku kan sedang hamil. Sungguh aku yang bodoh karena dari awal tak tahu tentang surat perjanjian Mas Damar dengan Wulan. Kalau tahu mungkin sudah sejak awal aku menguras harta Mas Damar?Benci sekali rasanya. Benci, benci, benci!Aku benar-benar tidak menyangka, Wulan bisa selicik ini padahal kelihatannya dia wanita yang pendiam dan penurut, kok bisa memberontak seperti ini? Licik sekali dia. Huh! Aku harus bagaimana? Aku memang sengaja menikah dengan Mas Damar agar kecipratan hartanya, bukan harus bersusah payah lagi dari nol. Ya, tujuanku menikah dengan Mas Damar adalah agar hidup lebih baik, terjamin kebutuhan h
Baca selengkapnya

43. Tertipu

"Berita penting apa?" tanya Melinda sambil menatapku tanpa berkedip. Aku jadi ragu untuk mengatakannya. Takutnya ia justru shock dengan kabar berita ini.Kuhela nafas dalam-dalam. "Tidak jadi, nanti saja. Aku lelah sekali Mel, bisakah kau buatkan aku kopi?" uajarku mengalihkan pembicaraan."Ya, tunggu sebentar, Mas."Aku mengangguk, lalu mengambil satu potong pizza yang tergeletak di meja. Lumayan lah buat ganjal perut. Kuambil ponsel dan kembali membaca pesan dari partner bisnisku. [Pak Damar, mohon maaf. Salah satu mobil rental mengalami kecelakaan. Kerusakannya sangat parah dan tak bisa diperbaiki. Bahkan pengendara itu meninggal dunia, jadi kami tak bisa menuntut ganti rugi. Ini kecelakaan tunggal, pengendara itu diduga mabuk dan mengendarai mobil dengan kencang hingga menabrak pohon dan tergelincir ke jurang. Satu kasus lagi, Pak, satu mobil yang lain hilang, penyewa itu ternyata menggunakan data diri palsu, kami sudah melacaknya tapi tak kunjung ketemu. Kami kehilangan jejakny
Baca selengkapnya

44. Permintaan maaf

Kala rembulan tak bersinar, kuterpaut sendiri. Sepi, lamunan tiada arti. Hati kian jadi beku. Kala sang bintang ditelan malam, kutelusuri angan tanpa pasti. Hampa, menggores luka. Kala mendung menutup cakrawala, kelam ... semua menghilang. Termenungku dalam kekecewaan.*** Aku masih terpaku menatap dua buah hatiku yang tengah tertidur pulas. Sekarang aku sudah benar-benar sendiri. Berjuang membesarkan kedua malaikat kecil, berperan ganda sebagai ibu juga ayah. Rasanya memang menyesakkan dada, tak ada orang yang menginginkan perpisahan. Tapi apalah daya, hatiku yang tak kuat untuk menerima bila harus dimadu.Aku ingin bahagia, tapi mungkin aku justru wanita egois yang mementingkan hati sendiri tanpa memikirkan perasaan anak-anak. “Bunda, mau kemana? Kenapa aku sama dedek ditinggal sama Om Ranu? Bunda pasti pulang ‘kan? Bunda gak akan ninggalin kita 'kan?” pertanyaan polos yang keluar dari mulut Raffa terasa menohok hatiku. Itu hari dimana aku menjalani sidang perceraian.Ya, karena
Baca selengkapnya

45. Tak sebaik yang kukira

"Maaf Mas, tidak perlu. Nanti istrimu marah lagi kayak tadi siang. Aku gak sudi dibilang mantan istri yang kegatelan.""Ah itu, maafkan aku, atas sikap Melinda yang kasar padamu," ujarku pelan. "Aku juga gak nyangka dia akan berbuat seperti itu di tempat keramaian."Kulihat Wulan hanya tersenyum simpul. "Bukankah dari dulu sikapnya sudah seperti itu? Masa kamu baru menyadarinya, Mas?"Aku termenung mendengarnya, gegara aku terlalu dibutakan oleh cinta jadi tak menyadari kekurangannya.Uang yang kupegang itu akhirnya kuberikan pada Raffa. Karena aku tahu, Wulan pasti enggan untuk menerimanya lagi bila aku memaksa."Sayang, ini buat jajan Raffa di sekolah ya, Dedek Amanda juga dibagi ya!" ujarku. "Iya, Ayah."Tetiba ponselku berdering berkali-kali. Panggilan dari Melinda. Segera kujawab panggilan telepon itu, karena kalau tidak, panggilannya takkan pernah berhenti, membuat berisik di telinga. "Tunggu sebentar, ayah terima telepon dulu ya, Nak," ujarku. Otomatis Raffa langsung berdiri
Baca selengkapnya

46. Benih-benih cinta

Di sebuah ruangan serba putih, terbaring seorang wanita paruh baya dengan perawakan yang kurus. Terdapat selang infus di sebelah tangannya. Ini untuk kesekian kalinya ia harus menjalani rawat inap. Setelah keluar dari rumah sakit, tak berapa lama, ia akan drop lagi. Setiap hari hanya makanan bubur yang masuk ke dalam tubuhnya. Itupun dua anaknya selalu bergantian berjaga. Seorang pria masuk menaruh tasnya di lantai. Ia menyalami tangan sang ibu dan mengecup keningnya dengan lembut."Gimana kabar hari ini, Bu?" Sang ibu mengangguk sambil tersenyum. "Ibu sudah jauh lebih baik, Nak. Ibu ingin pulang ke rumah, Nak. Maafkan ibu yang selalu merepotkan kalian.""Ibu, jangan bilang seperti itu. Dulu ibu merawat kami dengan baik, jadi izinkan kami untuk merawatmu," ujar pria itu lagi. Ia tersenyum dan berusaha tegar melihat kondisi ibunya yang masih sakit-sakitan."Iya Bu. Kami ikhlas merawat ibu," sambung sang adik."Kedua bola mata itu mulai berkaca-kaca. "Terima kasih anak-anakku. Tanpa
Baca selengkapnya

47. Menikahlah denganku

"Di hadapan ibuku, aku ingin menyatakan semua perasaanku selama ini. Aku menyukaimu. Apa kamu bersedia jadi teman hidupku?"Aku benar-benar bingung dengan ungkapan cintanya. Diam-diam dia menyukaiku? Kenapa bisa seperti ini? Rasanya ini terlalu cepat. Bahkan luka di hatiku saja belum mengering sepenuhnya. Trauma, itu yang kurasakan. Aku takut tersakiti lagi. Meski dia bukan Mas Damar, tapi tetap saja aku masih butuh waktu untuk mengobati luka hati yang entah kapan sembuhnya. Bukankah lebih baik sendiri dulu? Aku ingin fokus anak-anak dan juga usahaku. Lebih baik menjanda yang penting tetap bahagia bersama dua malaikat kecilku.Kali ini aku memberanikan diri untuk menatap lelaki itu barang sejenak. Sudut bibirnya tertarik ke atas. Tersenyum. Ya, dia tengah tersenyum saat menatapku. Aduhai, dia memang mempesona. Selama ini aku jarang memperhatikan. Karena semuanya kuanggap biasa saja. Ia hanya teman. Memang, sesekali dibuat terharu karena sikapnya. Dia seorang penyayang anak kecil, dia
Baca selengkapnya

48. Keluarga berantakan

Kepalaku terasa berdenyut. Pusing tujuh keliling memikirkan sifat-sifat Melinda yang sangat jauh berbeda dengan Wulan. Bagaikan langit dan bumi. Bagaikan siang dan malam. Wulan yang begitu pandai mengatur keuangan tanpa mengeluh, ia justru bisa berhemat berbanding terbalik dengan Melinda yang sangat boros, menghabiskan semua gajiku tanpa sisa justru punya hutang dimana-mana.Perasaan sesal tetiba datang menghampiriku, kenapa aku baru tahu semua tentang Melinda setelah sejauh ini? Mau tak mau aku harus bertanggung jawab padanya. Membayar semua hutang yang entah digunakan untuk apa. Ya, lagi dan lagi perasaan sesal itu kembali datang kala mengingat Wulan dan anak-anak. Bodohnya aku kenapa mengkhianati mereka hanya karena cinta masa lalu yang tampak begitu menggoda.Bola mataku kembali membuat kala melihat semua rincian hutang yang Melinda punya. Hampir ratusan juta hutangnya pada aplikasi pinjaman online. Sungguh gila. Dan yang lebih gila lagi, aku tak pernah tahu larinya uang itu untu
Baca selengkapnya

49. Bertemu pelakor - Shock

Part 48"Bismillahirrohmanirrohim. Baiklah, Mas. Aku menerima pinanganmu. Aku bersedia jadi istrimu."Aku sudah mempertimbangkan semuanya, apalagi melihat Raffa yang begitu lengket dengannya. Semoga saja dia jodoh yang Allah kirimkan untukku dan menjadi ayah pengganti yang baik untuk anak-anak. Aku juga melihat kegigihannya selama beberapa bulan terakhir ini. Itupun aku bertanya banyak tentang Mas Ranu pada Naima. Tentang masa lalunya dan juga semuanya. Karena hal itu, aku jadi yakin kalau Mas Ranu memang lelaki yang baik.Raffa dan Mas Ranu saling ber'tos' ria. Aku jadi tertawa dengan tingkah mereka. Begitu pula dengan calon ibu mertua."Alhamdulillah, ibu ikut senang mendengarnya.""Bismillah, doakan lancar ya, Bu," ujar Mas Ranu."Tapi, Mas, aku minta waktu.""Waktu?""Jangan nikahi aku sekarang. Tapi tolong tunggu sampai usia Amanda satu tahun," sahutku lagi.Mas Ranu tersenyum. "Baiklah. Lima bulan lagi tak akan lama. Sekaligus aku akan mempersiapkan semuanya. Agar hari itu menja
Baca selengkapnya

50. Hampir tertabrak

"Baiklah, Mas. Aku menerima pinanganmu. Aku bersedia jadi istrimu."Deg! Dan seketika hati ini terasa begitu sakit. Seolah ditusuk oleh ribuan duri. Sakit sekali. Mendengarnya saja terasa begitu menyesakkan dada. Wulan, jadi kau sudah serius dengannya.Tak ingin sakit lebih dalam lagi akhirnya aku balik badan dan pergi meninggalkan mereka. Ya benar, status kita sekarang memang sudah mantan. Aku tak punya apapun lagi untuk melarangmu meraih kebahagiaan.Aku memacu motorku dengan kecepatan kencang. Tak peduli dengan apapun. Rasanya sangat sakit, seolah ada batu besar yang menghimpit.Sampai di rumah penampilanku sudah tak karuan dibuatnya. Rasa lapar yang mendera tak kuhiraukan lagi. Pergi saat pagi dan pulang sore hari."Mas, kamu pulang bawa motor, berarti berhasil, Mas? Kamu sudah jual mobilmu?" tanya Melinda. Raut wajahnya tampak berbinar."Ya ini semua kulakukan demi kamu. Tapi aku minta, kamu jangan terlibat pinjaman online lagi."Melinda langsung memelukku. "Makasih ya, Mas.""Ta
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
345678
DMCA.com Protection Status