Home / Romansa / NODA / Chapter 91 - Chapter 100

All Chapters of NODA: Chapter 91 - Chapter 100

197 Chapters

91. Raga tanpa nyawa

Aku berdehem untuk mengurangi ketegangan. "Assalamualaikum, calon makmum," sapaku begitu mengangkat panggilan tersebut."Hah?""Assalamualaikum ...," ulangku lembut."Wa—waalaikumsalam," jawabnya sedikit gugup dan terbata."Belum tidur, kenapa? Masak baru ketemu beberapa jam yang lalu sudah rindu?" Aku bertanya sekaligus menggoda. Bisa kubayangkan saat ini pasti wajah cantik itu sedang bersemu kemerahan mendengar ucapanku."Geer." Ketus dia menjawab."Ada apa?"Hening."Anyelir, kamu nggak papa, kan?" Rasa khawatir mulai mendera, saat dia tak kunjung memberi jawaban."Em ... Nizam, nggak mau tidur, katanya Anda akan datang seperti malam kemarin, dia menunggu," ucapnya ragu dan sedikit sungkan."Saya? Kesana?" tanyaku. Kulihat jam pada pergelangan tangan, waktu sudah menunjukkan pukul 10 malam. Aku pun mulai bimbang."Nggak, lah. Lewat ponsel saja. Saya sudah capek ini, mau istirahat nggak bisa," keluhnya.Panggilan pun dialihkan menjadi panggilan video dan aku segera mencari tempat d
last updateLast Updated : 2022-11-02
Read more

92. Raga tanpa nyawa 2

"Anu, Mas. Beberapa hari lalu pas Mas nggak di rumah. Ada perempuan berseragam yang datang.""Iya, kan, Bibi sudah cerita kemarin. Saya juga sudah mengembalikan apa yang dia cari, kok. Bibi tenang aja.""Tapi ....""Tapi apa?" Bi Narti tampak bingung dan takut."Ada yang Bibi sembunyikan?" desakku."Tapi, waktu itu ada Mbak Renata juga."Aku tercengang. "Renata? Renata ke sini? Ngapain? Terus mereka ketemu?"Bi Narti mengangguk cepat."Kok, nggak ngomong ke saya?""Mbak Renata bilang jangan kasih tahu, Mas.""Yang gaji Bibi tu saya apa Renata?" sungutku. "Apa yang merek bicarakan?" lanjutku. "Maaf, Mas, Maaf. Jadi, Mbak Renata, mengatakan kalau bisakah Mbak yang berseragam itu mundur dengan menangis. Apa maksudnya saya nggak tahu. Setelah itu Mbak Renata masuk ke dalam kamar Mas, mencari sesuatu. Entah apa.""Renata," lirihku dengan penuh penekanan. Mengepalkan kedua tangan hingga buku-buku tanganku memutih.Sudah bisa dipastikan yang dicari adalah buku itu, tapi permintaannya pada
last updateLast Updated : 2022-11-02
Read more

93. Kedatangan Tamu

POV AnyelirBeberapa hari setelah kepergian Dokter Megan ke Singapura. Aku pun mencoba untuk menata kembali serpihan-serpihan hati yang berserakan, mencoba membuka semua memori buruk tentang hidup yang berkepanjangan, kemudian sampailah aku pada titik di mana aku mulai membuka lembar demi lembar hingga aku berhenti pada lembar putih tanpa noda, bersih. Mencoba memulai dan menerima semua dari awal. Ada yang mengganjal meski masih belum begitu jelas, samar, dan abu-abu. Masih kuingat jelas perbincangan kami di cafe dekat bank beberapa waktu lalu, pertemuan terakhir kami sebelum dia berangkat menghadiri seminar di Singapura."Bagaimana jika ada banyak hati yang akan terluka?" tanyaku waktu itu."Siapa?""Orang tua Anda.""Insyaallah orang tua saya nggak seperti itu."Hening."Kalau nyatanya tidak sesuai harapan?" tanyaku di akhir perbincangan. Sebagai orang yang pernah gagal, apakah salah jika aku bertanya sedemikian rupa untuk memastikan semua akan baik-baik saja? Tidak ada yang ingin
last updateLast Updated : 2022-11-02
Read more

94. Kedatangan tamu 2

Malam panjang yang dipenuhi ribuan pertimbangan pun berganti pagi. Sudah empat hari aku bergelut dengan hati. Waktu dan jarak yang memisahkan kami pun aku gunakan untuk introspeksi dan mendewasakan diri.Suara kicau burung Pipit terdengar saling bersahutan, menambah indahnya suasana pagi layaknya di sebuah pedesaan.Salah satu mitos burung pipit paling terkenal adalah kepercayaan bahwa burung ini adalah pembawa kabar tamu baik dan buruk.Konon, apabila pemilik rumah mendengar kicauan burung pipit dari sebelah kanan rumah, maka tamu baik lah yang akan datang.Tapi, jika kicauannya terdengar dari sebelah kiri, tamu yang akan datang adalah yang sebaliknya.Ya, begitulah kurang lebihnya, percaya atau tidak tergantung pribadi masing-masing. Kalau anak jaman sekarang termasuk aku, tentu tidak percaya, entah kalau Ibu yang memang berasal dari tanah Jawa itu.Hari ini, aku memandikan Nizam terlebih dahulu sebelum berangkat ke bank. Ibu sedang banyak pesanan sehingga hari ini aku sendiri yang
last updateLast Updated : 2022-11-02
Read more

95. Mematahkan atau mengikat?

"Assalamualaikum," ucapku memberi salam."Waalaikumsalam," jawab Ibu dan dua orang tamu yang saat ini duduk berseberangan di ruang tamu sembari menoleh ke arahku. Aku bergeming di depan pintu saat melihat siapa yang ada di hadapanku. Wanita berambut pendek, tinggi semampai, berkulit putih, dan berpakaian formal khas sosialita itu, aku pernah melihatnya, namun tidak begitu ingat. Dia tersenyum ke arahku, aku pun membalas dengan senyuman ramah seraya menundukkan badan sebagai bentuk penghormatan.Netraku beralih pada seorang pria paruh baya yang duduk di sebelahnya, pria dengan jas hitam dan terlihat begitu mirip dengan seseorang itu menatapku menatapku tanpa kedip, bahkan seolah mengamati penampilanku dari ujung kaki hingga ujung rambut membuatku merasa seperti sedang dihakimi, kadang juga seperti sedang ikut lomba dan dijuri. Setelah aku amati pria itu sangat mirip dengan Dokter Megan. Mereka ... orang tuanya. Ya, orang tua Dokter Megan ada di rumahku saat ini tanpa anaknya."Anakmu
last updateLast Updated : 2022-11-03
Read more

96. Mematahkan atau mengikat? 2

Dengan susah payah aku menelan ludah dan terus menghela napas dalam untuk sekedar menetralkan sesak yang kian mendera di dalam dada."Anyelir, kamu baik-baik saja?" tanya Om Hakam padaku menatapku dengan sedikit merunduk agar bisa melihat wajahku yang tertunduk. Aku menghela napas kemudian menegakkan kepala setelah kuusap kasar genangan yang ada di pelupuk mata.Mereka saling menata, kemudian Tante Vina mengeluarkan sebuah benda dari dalam tasnya, sebuah kota kecil yang pernah kulihat sebelumnya, dia membukanya sebelum diletakkan di meja dan di sodorkan ke arahku.Cincin dengan permata indah yang pernah aku lihat di dalam mobil Dokter Megan saat aku masih menjadi pasien yang dinilai bandel dulu ada di hadapanku saat ini. Cincin yang katanya untuk wanita yang ia cintai, tapi berujung kegagalan."Anak kami membeli cincin itu setelah dia menyelesaikan pendidikan dokter umum. Awalanya dia ingin menemui kedua orang tuamu, tapi diurungkan karena dulu kami sangat sibuk, saat dia meminta ka
last updateLast Updated : 2022-11-03
Read more

97. Kejutan berlanjut

Aku bersandar pada taksi yang mengantarkan aku ke bandara malam ini. Hari Sabtu pukul setengah delapan malam aku sudah sampai di depan bandara untuk menjemput Dokter Megan. Pesawat akan sampai pukul delapan kurang seperempat jam. Dia memintaku untuk menjemput karena ada yang ingin dibicarakan katanya.Dua hari yang lalu, aku sudah memutuskan hal terbesar dalam hidupku karena pada kenyataannya apa yang aku takutkan selama ini tidaklah terjadi. Ya, meski sebagai lelaki dia tidak membutuhkan wali, tapi tidak dapat di pungkiri bahwa restu memang sangat penting dalam sebuah hubungan, restu bagiku adalah penyempurna dalam sebuah hubungan rumah tangga. Walaupun kadang, saat restu sudah didapat pun tidak menjamin hubungan akan tenteram, damai, dan langgeng sampai ajal memisahkan. Contohnya saja pernikahanku dengannya, Mas Bian. Kami mendapat restu dari kedua belah pihak, namun nyatanya restu saja tidak cukup untuk mempertahankan rumah tangga kami. Intinya, semua tergantung setiap individu m
last updateLast Updated : 2022-11-04
Read more

98. Kejutan berlanjut 2

Dia bangkit dan duduk tegak. "Hei ... nggak, Pak.""Saya tu laper! Dokter!" ucapku gemas mengepalkan kedua tangan di depan dada kemudian menghempaskannya kebawah dengan kasar dan memalingkan wajah."Kita ke restoran yang tadi sudah saya kasih tau, Pak," ucapnya santai.Sekitar lima belas menit taksi memasuki halaman sebuah restoran yang cukup besar. Dia turun terlebih dahulu setelah memberikan ongkos taksi kemudian membukakan pintu untukku. Kami berjalan beriringan memasuki restoran megah tersebut. Dua orang wanita berseragam menyambut kami di depan pintu besar yang terbuat dari kaca dengan senyuman ramah kemudian menunduk hormat mereka menyambut kedatangan kami."Silahkan." Satu pelayan meraih koper dokter Megan dan yang lain menggeser tubuhnya memberi jalan dan memberi isyarat agar kami mengikuti langkahnya memasuki restoran tersebut.Aku hanya bisa diam dengan mata yang terus menyisir sekitar yang kami lewati, kadang aku harus berlari kecil untuk menyamai langkah panjang Dokter Me
last updateLast Updated : 2022-11-04
Read more

99. Tutup Mata dan Telinga

Berita pernikahanku dengan Megantara yang akan dilaksanakan beberapa minggu lagi semakin meluas dan menjadi topik di kalangan pegawai bank tempatku bekerja dan juga rumah sakit. Ada yang memberi selamat dan ada juga yang justru bergunjing di belakang, mengatakan bahwa dia yang memiliki segalanya mendapat aku yang hanya seorang janda beranak satu. Namun, aku tak mau melawan atau menanggapi, aku memilih diam karena semua memang benar adanya. Mereka tidak tahu besarnya pengorbanan kami jadi bisa dengan mudah menghakimi. Namun, kembali lagi, setiap orang memiliki hak untuk menilai dan aku memiliki hak untuk menutup mata dan telinga. Hidupku tidak bergantung pada mereka yang hanya bisa melihat dari sisi luar tanpa melihat pengorbanan besar di baliknya.Mungkin aku bisa diam, tapi tidak dengannya, kadang jawaban konyol dan menohok sering diberikan hanya untuk membungkam mulut para penikmat gosip. "Anda tau kenapa saya memilihnya? Tentu saja karena dia lebih cantik dari Anda, Mbak." Itulah
last updateLast Updated : 2022-11-05
Read more

100. Tutup Mata dan Telinga

"Apa yang kau rasakan? Pasti bahagia, kan? Bahkan saat pertama dia datang ke bank ini, mereka kira dia adalah bintang Korea." Mbak Annisa bertanya setengah berbisik seraya mencondongkan tubuhnya ke arahku, bahkan sebelum aku mendudukkan diri di mejaku."Apa Mbak juga berpikir aku bintang Korea, waktu pertama kali masuk ke sini? Pantas, Mbak bengong aja waktu itu," ucapku menanggapi dengan candaan."Serius juga.""Aku juga serius. Lagian mana ada bintang Korea mau sama indo asli kalau nggak cantiknya paripurna," candaku lagi, lalu mengerjakan tugas, tak peduli Mbak Nissa masih berdiri membeku di sebelahku.Kami sepakat untuk tidak terlalu banyak membahas atau bicara mengenai masalah pribadi kami pada orang lain untuk meminimalisir perselisihan yang bisa saja terjadi karena omongan orang yang tidak menyukai hubungan kami.Sebuah panggilan dari Suster Yeni yang dilakukan berulang-ulang tanpa aku sadari masuk di ponsel yang aku simpan di dalam tas saat aku hendak menghubungi Megantara, in
last updateLast Updated : 2022-11-05
Read more
PREV
1
...
89101112
...
20
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status