NODA

NODA

last updateLast Updated : 2022-12-25
By:  Novita SadewaCompleted
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
9.8
28 ratings. 28 reviews
197Chapters
88.6Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Sebagai korban pemerkosaan yang hingga saat ini belum diketahui siapa pelakunya, tak lantas membuat Anyelir yang sudah dinikahi oleh Biantara tenang. Pasalnya, Biantara memutuskan untuk berpisah setelah acara tujuh bulan kehamilan karena terlena akan cinta di masa lalu yang kembali hadir. Anyelir hancur, pergulatan batin pun terjadi setelah anak yang ia kandung terlahir di dunia. Baginya, karena anak itu lah masa depan dan kehidupannya hancur. Melihat anak tersebut membuatnya teringat akan kebiadaban ayahnya.

View More

Chapter 1

1. Ingin keduanya

1. Ingin keduanya.

[Nggak usah datang ke persidangan ya, Nye. Supaya proses persidangan lebih cepet]

Kubiarkan saja pesan dari Luna, kekasih Mas Bian yang sebentar lagi menggantikan posisiku sebagai istri Mas Bian itu, tapi kali ini berbeda. Jika aku dinikahi karena uang, dia dinikahi karena cinta.

[Nye?! Kok dibaca aja? Kenapa nggak bales?] Kembali Luna mengirimkan pesannya yang terlihat begitu tak sabaran melihat aku menjadi janda.

[Iya, Luna.]

Berat tangan ini walau hanya membalas dengan dua kata itu. Pesan dari Luna itu semakin membuat diri ini seolah tak berharga saja. Setelah sedemikian rupa dia datang dalam kehidupanku dan Mas Bian, dia juga mengatur jalannya perceraian kami, seolah hanya dia dan perasaannya saja yang penting, sedang perasaanku bak butiran debu yang tersapu angin. Tak berharga.

"Siapa, Nye?" tanya Mas Bian yang duduk di sebelahku. Saat ini kami sedang duduk di bangku belakang rumah, tempat biasa kami menghabiskan waktu sebelum maghrib menyapa.

"Ibu, Mas," jawabku yang tak mau membahas Luna disisa hariku bersama Mas Bian. Biantara Wisnu Wardana. Menikahiku dengan sah secara hukum dan agama enam bulan yang lalu.

Entah, apa yang ada dalam benaknya, hingga mau menikahi aku yang kotor ini. Masih teringat jelas dalam benakku, peristiwa kejam yang aku alami di waktu menjelang maghrib, di mana orang sedang sibuk melakukan ibadah, justru dia, orang yang sampai saat ini belum diketahui siapa dan dimana, malah melakukan hal keji padaku. Merampas kesucian yang amat sangat berharga bagi seorang wanita.

Saat itu aku sedang melakukan bimbingan skripsi bab 3 ku di kampus, hingga pukul 5 sore bimbingan baru selesai.

Aku bergegas menuju halte bis agar Ayah yang kala itu menjemputku tidak perlu masuk ke halaman kampus. Lama aku menunggu hingga suara adzan maghrib berkumandang, namun Ayah tak kunjung datang. Sampai akhirnya Ayah menghubungi dan mengatakan bahwa ban mobilnya pecah, harus diganti.

Aku pun memutuskan untuk kembali masuk ke dalam kampus untuk beribadah maghrib sambil menunggu Ayah karena tempat ini juga sepi. Baru beberapa langkah aku melangkah sebuah tangan kokoh membekap mulut hingga aku tak sadar. Setelah itu aku tak tahu lagi apa yang terjadi.

Sesaat aku membuka mata dan saat itu pula aku sudah ada di rumah sakit. Terlihat Ayah dan Ibu menunggu dengan wajah menunduk lesu, tangan mereka saling berpegangan seolah saling menguatkan. Ada rasa sakit yang terasa perih pada salah satu bagian tubuhku, namun aku mengabaikannya, saat kulihat air mata di sudut mata Ayah dan Ibu yang menghambur ke pelukanku ketika melihatku sudah sadar.

Saat itu aku masih merasa semua baik-baik saja dan masih sempat melontarkan candaan pada kedua orang tersayangku itu saat mereka menangis tanpa sebab, yang aku tahu mereka menangis karena melihat aku terbaring sakit.

Dokter pun datang dan menyampaikan hasil visum yang menyatakan bahwa aku telah ternoda. Seketika tubuhku lemah tak berdaya, tulang-tulangku seolah patah seperti patahnya cita-cita dan masa depanku menjadi seorang dosen.

Ayah bekerja sama dengan polisi mencari siapa pelakunya setelah kejadian itu, namun beberapa minggu berlalu belum juga ada hasil. Aku kacau dan hancur kala itu, kuliah yang hanya tinggal menghitung hari pun aku tinggalkan begitu saja. Rasanya tak sanggup memperlihatkan wajah di hadapan orang-orang.

Kepedihan tak hanya berhenti di situ, satu bulan setelahnya aku dinyatakan positif hamil. Aku semakin hancur, begitu pula dengan Ayah dan Ibu.

Pada akhirnya, Ayah memutuskan untuk menggunakan seluruh tabungan selama menjadi pegawai negeri sipil bahkan menjual tanah warisan untuk mencari seorang pendamping bagiku, menikahiku agar janin yang ada di dalam kandunganku bisa mempunyai ayah secara hukum.

Setelah Ayah memutuskan untuk menghabiskan semua uang demi ada yang menikahiku, beliau juga memutuskan untuk menutup kasus yang menimpaku. Ayah tak mau menambah traumaku semakin dalam saat tahu siapa pelakunya. Biarlah semua berjalan seperti ini dan laki-laki bejat itu akan lebih baik tidak muncul di hadapan kami untuk selamanya.

Tak mudah mendapatkan lelaki yang mau menikah dengan orang yang sudah tidak suci, lama kami menanti, hingga akhirnya Mas Bian datang. Mas Bian adalah teman dari suami Mbak Mayang, kakak sepupuku. Ia datang dan menerima tawaran kami, serta berjanji akan menerima aku apa adanya.

Pertama aku melihatnya, dia adalah sosok yang tampan, dan terlihat dari keluarga berkecukupan. Namun, hingga detik ini aku tak tahu kenapa orang seperti Mas Bian mau menutupi aib keluargaku, padahal jika dilihat dari fisik seharusnya dia mampu mendapat yang lebih dariku.

Selama enam bulan pernikahan kami, meskipun tak ada kontak fisik diantara kami, Mas Bian memperlakukan aku dengan sangat sopan dan baik. Menganggap anakku sebagai anaknya sendiri. Bahkan, setiap malam rela memijat kakiku yang semakin hari terasa semakin berat dan pegal. Ya, kami sepakat untuk tidak berhubungan sampai anak ini lahir. Hingga akhirnya, dua minggu yang lalu, ia mengatakan ingin berpisah karena mencintai orang lain. Bukan mencintai, namun masih mencintai masa lalunya yang kandas terhalang oleh restu.

Apa kebaikannya selama ini, karena dia sudah bermain di belakangku? Hah ... entah, aku pun tak tahu.

"Ibu? Biasanya Ibu jarang mengirim pesan, Nye? Apa ada yang penting?"

"Nggak, Mas. Ibu memintaku untuk berkunjung, kangen katanya."

"Oh ... hai anak Papa. Sedang apa, Dek?" Mas Bian mendekatkan wajahnya di depan perutku yang sudah membesar seraya mengusapnya lembut. Benar-benar tak bisa kupercaya, seolah semua hanya mimpi, mimpi buruk saat aku mengingat bahwa sebentar lagi kami akan berpisah. Pria yang nyaris sempurna dan tak pernah meninggalkan kewajiban sebagai muslim ini, nyatanya masih bisa terlena oleh masa lalu.

"Apa dia rewel, Nye. Hari ini?" sambungnya tersenyum menatap lekat pada perutku.

Aku menggeleng. "Nggak, Mas." Singkat aku menjawab, rasanya sudah tak ada yang bisa aku katakan di hadapan lelakiku ini.

"Nye, maafkan mas, yang nggak bisa menahan diri dan perasaan mas pada Luna. Mas ...."

"Jangan menyalahkan diri sendiri, Mas. Lagi pula pernikahan ini sudah salah dari awal, kan? Tidak seharusnya, Mas Bian bertanggung jawab atas janin yang bukan ...."

"Nye! Sudah berapa kali mas bilang, anak ini sudah mas anggap sebagai anak mas sendiri. Setelah ijab kabul itu, bahkan sampai kita sudah tak lagi bersama nanti, anak itu tetap berhak atas diriku. Aku akan tetap menjadi papa untuknya, Nye!" ucap Mas Bian marah. Sifatnya yang begitu peduli dan menyayangi kami itulah yang membuatku tak butuh waktu lama untuk jatuh cinta dan tak rela melepasnya untuk wanita lain. Namun sayang, cintaku tak bersambut. Mas Bian hanya mencintai Luna dan hanya ada Luna di hatinya.

Tapi tak mengapa, aku harus tetap kuat meski hati ini remuk redam, aku harus tetap terlihat baik-baik saja, meski nyatanya luka itu sangat dalam.

"Mbak, Mas, duh, tambah mesra aja." Via, adik Mas Bian yang centil itu tiba-tiba datang dengan menepuk pundak kami, Via berhasil membuat kami terkejut dan terlonjat kaget.

"Via! Anyelir lagi hamil, kalau sampai jatuh karena kaget gimana?" sungut Mas Bian pada adik satu-satunya itu.

"He he, maaf, Mas."

"Sadar juga kalau istri lagi hamil," sambung Via, lirih, namun terlihat begitu jelas lirikan tajam ke arah Mas Bian.

"Sama siapa kesini?" tanya Mas Bian mencubit hidung Via. Mereka memang sangat dekat, Via yang masih duduk di bangku SMA memang berjarak jauh usiannya dengan Mas Bian yang sudah menginjak 28 tahun.

"Nganterin Mama sama Papa, Mas."

"Naik apa?"

"Mobil."

"Sudah mas bilang, kamu belum cukup umur, jangan naik mobil."

"Ya, mau gimana lagi. Kakakku sedang sibuk dengan selingkuhannya, sih," ceplos Via. Nampaknya Via sudah tau masalah kami juga.

"Via!" bentak Mas Bian.

"Mas! Sudah. Via, ayo masuk. Mbak mau ketemu Mama sama Papa," ucapku, sebelum mereka bertengkar dan masalah semakin runyam.

Kugandeng Via masuk ke dalam rumah dan kutinggalkan Mas Bian yang masih mematung. "Bagaimana sekolahnya, Via?" tanyaku mengalihkan pembicaraan saat kulihat Via masih melirik kesal ke arah Mas Bian.

"Aman, Mbak. Mbak sendiri, sehat, kan? Keponakanku rewel nggak?"

"Nggak, Via."

Via, gadis manis itu memang yang paling berani pada Mas Bian. Meski masih muda, namun Via mampu menempatkan diri. Buktinya, dia tau bahwa anak yang aku kandung ini bukanlah anak dari kakaknya, tapi dia tetap menganggap bahwa anak ini keponakannya. Keluarga ini sungguh baik padaku.

Kami masuk dan segera menemui Mama yang sudah duduk di ruang tamu bersama Papa. Kukecup punggung tangan mereka bergantian. "Ma, Pa," sapaku tersenyum, Mama memelukku dan mengusap lembut punggungku.

"Sehat, Nye?" tanya Mama mertuaku tersenyum ramah, tangannya mengusap perut yang hanya tinggal menghitung beberapa bulan untuk lahiran.

"Alhamdulillah, Ma. Mama sama Papa sehat juga?"

"Sehat, Nye. Cuma akhir-akhir ini darah tinggi Papa sering kambuh. Gara-gara mikir suamimu yang tidak tahu diri itu," sahut Papa dengan nada sebal. Papa pernah terkena stroke dan bisa sembuh setelah melalui pengobatan yang cukup panjang. Namun, setelah itu beliau tidak banyak beraktifitas, bahkan untuk mengendarai mobil saja Mama melarang demi keselamatan semua karena tangan Papa sering kram dan kaku mendadak.

Aku hanya bisa tersenyum simpul mendengar penuturan Papa.

"Nye, Mama bawain soto daging. Via bilang kamu mau makan soto. Tinggal diangetin aja, Nye. Mama juga bawa rendang buat Bian," kata Mama menunjuk pada rantang dan tas yang ada di meja.

"Ya ampun, Ma. Harusnya nggak perlu repot-repot."

"Nggak repot kok, Nye. Mama seneng kalau bisa ngurus kamu di kehamilan kamu, Nye." Mama Lisa namanya. Beliau memang hanya seorang ibu mertua, namun kasih sayangnya sama seperti kasih sayang Ibu padaku. Apa nanti saat aku dan Mas Bian berpisah, aku bisa mendapat mertua seperti beliau? Ah, Anye, mikir apa. Siapa yang mau menikah sama seorang Anyelir coba?

"Di mana Bian, Nye?" Mama bertanya seraya mengedarkan pandangannya ke seluruh sudut ruangan, membuyarkan semua anganku tentang Mama mertua.

"Aku di sini, Ma." Mas Bian datang dari belakang bersamaan dengan berkumandangnya adzan maghrib. Menghampiri kami dan mengecup punggung tangan kedua orang tuanya.

"Nye, Bian. Kita Sholat maghrib dulu, setelah itu Mama sama Papa mau bicara," kata Mama serius. Aku bisa meraba apa yang akan mereka bahas. Pasti tidak jauh dari masalah rumah tanggaku dan Mas Bian yang sudah tidak bisa lagi dipertahankan.

Aku pun bergegas menuju kamar, menjalankan sholat maghrib dengan Mas Bian. Tenang, hati ini rasanya nyaman tiap kali menjalankan ibadah bersamanya. Tapi sepertinya aku harus membuang jauh-jauh rasa nyaman itu sebelum semua berubah menjadi rasa sakit karena kami harus perpisahan dan rasa nyaman itu semakin besar, bisa dibayangkan seperti apa akibatnya jika aku terus memupuk rasa nyaman ini.

Usai sholat kami jalankan, laki-laki yang ada di hadapanku ini pun tak pernah berubah, meski keinginannya untuk berpisah sudah bulat, ia tetap melantunkan surat Yusuf untuk anak yang ada di dalam kandunganku, yang diperkirakan berjenis kelamin laki-laki. Apa yang ia lakukan semakin membuatku berat untuk melepasnya. Namun apalah daya, hati akan selalu menjadi pemenang. Luna, beruntung sekali wanita itu bisa mendapatkan hati Mas Bian.

Sesaat aku menatap nanar lelaki yang masih setia melantunkan surat Yusuf. Entah, apa yang ada di dalam pikirannya saat ini. Seharusnya tak perlu berbuat baik sedemikian rupa jika ingin berpisah. Hatiku terluka, hatiku basah, mata pun memanas.

Segera aku beranjak agar air mata tak jatuh di depan laki-laki yang sudah memantapkan hati pada wanita lain. Dia yang sudah mantap untuk meninggalkanku.

"Nye," panggil Mas Bian saat aku berbalik dan hendak melangkah meninggalkan kamar.

Cepat aku menghapus air mata yang masih menggenang, kemudian kutarik napas dalam agar suaraku tidak bergetar. "Ya, Mas."

"Kemarilah, duduklah." Sekuat tenaga aku berbalik, Mas Bian sudah duduk bersila dan mengahadap ke arahku, bergeser sedikit lalu mengulurkan tangannya membantuku untuk duduk. Dengan kondisi perut sebesar ini memang lebih sulit jika harus duduk di bawah.

Kami pun duduk bersama, di atas sajadah yang sama, yaitu milik Mas Bian.

"Nye, maafkan mas, ya. Kamu dan anak ini juga sangat penting untuk Mas, tapi ...."

"Perasaan Mas jauh lebih penting. Sudah cukup Mas mengorbankan perasaan demi menutupi aibku. Insyaallah, Anye ikhlas," sergahku. Hatiku basah, getaran di dalam dada pun semakin hebat. Sekuat tenaga aku mengatakan apa yang bertolakan dengan hati. Sungguh, aku tak rela jika harus berakhir seperti ini. Lelaki baik yang tak pernah sekalipun meninggikan suara meski amarah menyelimuti. Lelaki yang kurasa sempurna untuk dijadikan sebagai panutan keluarga kecilku itu, aku harus rela melepasnya untuk wanita lain.

Hening.

"Apa Mas serakah, kalau Mas mau keduanya?" ucapnya dengan tatapan yang begitu dalam. Tatapan yang menunjukkan adanya luka yang dalam pula. Genggaman tangannya pun terasa begitu kuat, kebimbangan terlihat begitu jelas di wajah tampan itu.

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

10
93%(26)
9
0%(0)
8
4%(1)
7
4%(1)
6
0%(0)
5
0%(0)
4
0%(0)
3
0%(0)
2
0%(0)
1
0%(0)
9.8 / 10.0
28 ratings · 28 reviews
Write a review
default avatar
lilis lilis
keren habisss... singkat padat jelas tidak bertele tele. romantis, sedih dan happy ending. tbanyak pelajaran yg bisa dipetik dari kisah ini. terimakasih sudah menyuguhkan cerita yg alurnya seperti kehidupan nyata.
2024-10-15 08:16:03
0
user avatar
Yuli Umina Shishasha
sampai berulang baca nya saking bagus cerita nya...di tunggu cerita yang lain nya thour...
2024-07-01 08:16:01
0
user avatar
PiMary
Auto marathon ini mah,terima kasih utk cerita yg hebat ini thor.....
2023-04-15 17:51:40
0
user avatar
Nur Afni
ceritanya bagus.. bnyk pelajaran yg bs diambil.. salut aku sm authornya
2023-03-20 22:32:00
0
user avatar
Saras craft
Bagus dan nagih banget
2023-03-04 07:54:17
0
user avatar
Nadila official
Ceritax bagus banget, sya suka 5 bintang utk semuax
2023-01-05 07:16:13
0
user avatar
JP
Mampir kak numpang promo ya ... REVENGE Pembalasan gadis yang teraniaya sampai hampir mati. Banyak misteri dan romance yang menyelimuti kisah ini. Semangat thor! Thanks ^-^
2023-01-03 23:45:30
0
user avatar
Ayu Nit'z
kerenn bgt sih ini novel
2022-12-28 22:14:08
0
user avatar
Rosmila Yanti
keren cerita nya buat candu baca teruz
2022-12-28 15:05:44
0
user avatar
haslina marsomy
nak next episode kisah ni sebab Best jalan ceritanya .........
2022-12-27 23:22:09
0
user avatar
Diah Peje
sangat suka dengan novel ini
2022-12-27 01:06:10
1
user avatar
Asri Hasriani
ceritanya menarik dan aku suka setiap alurnya.
2022-12-25 18:39:51
0
user avatar
Diana Rahmawati
keren ceritanya
2022-12-25 16:19:32
1
user avatar
Ayoe Widjaya
aku akhirnya mendarat di aplikasi ini demi cerita ini. ayolah kaaakk, jangan lama² updatenya di sebelah juga yaa..
2022-12-24 20:02:29
2
user avatar
ayoe rahayoe
Ku kejar dikau kemana² kak demi cerita ini. awal baca di apk merah, loncat ke ijo isi koin banyak² biar gk tertinggal bab kek di merah ternyata di ijo ceritanya mandeg beberapa hari,ada yg usulin apk ini dan sekaranglah daki disini demi dirimuhh kak novita .........
2022-12-24 13:57:30
1
  • 1
  • 2
197 Chapters
1. Ingin keduanya
1. Ingin keduanya.[Nggak usah datang ke persidangan ya, Nye. Supaya proses persidangan lebih cepet]Kubiarkan saja pesan dari Luna, kekasih Mas Bian yang sebentar lagi menggantikan posisiku sebagai istri Mas Bian itu, tapi kali ini berbeda. Jika aku dinikahi karena uang, dia dinikahi karena cinta.[Nye?! Kok dibaca aja? Kenapa nggak bales?] Kembali Luna mengirimkan pesannya yang terlihat begitu tak sabaran melihat aku menjadi janda.[Iya, Luna.]Berat tangan ini walau hanya membalas dengan dua kata itu. Pesan dari Luna itu semakin membuat diri ini seolah tak berharga saja. Setelah sedemikian rupa dia datang dalam kehidupanku dan Mas Bian, dia juga mengatur jalannya perceraian kami, seolah hanya dia dan perasaannya saja yang penting, sedang perasaanku bak butiran debu yang tersapu angin. Tak berharga."Siapa, Nye?" tanya Mas Bian yang duduk di sebelahku. Saat ini kami sedang duduk di bangku belakang rumah, tempat biasa kami menghabiskan waktu sebelum maghrib menyapa."Ibu, Mas," ja
last updateLast Updated : 2022-08-31
Read more
2. Tak mau dimadu
2. Tak mau dimaduMadu? Apa Mas Bian mengutarakan tentang keinginannya untuk menikahi Luna tanpa menceraikan aku? Mustahil, melihat Luna yang begitu tak sabar bahkan mampu mengatur jalannya persidangan agar cepat selesai maka sudah sangat jelas, jika menunggu proses persidangan saja dia sudah tak sabar, mana mungkin dia mau berbagi. Aku pun sama, lebih baik berpisah dari pada harus dimadu. Terlebih, madu dari suamiku adalah Luna, wanita cantik, masih perawan, berkarier sangat bagus, setia menunggu Mas Bian, dan tidak menjalin hubungan dengan laki-laki lain. Sampai ayah yang menentang hubungan mereka meninggal pun Luna masih menyendiri sampai akhirnya mereka kembali bersama, sungguh pengorbanan yang sangat luar biasa menurutku. Mungkin itu juga yang membuat Mas Bian semakin mencintainya, kesetiaan Luna teramat besar.Dari pengamatanku selama ini, cinta mereka terulang saat Mas Bian mendapat tawaran di perusahaan lain untuk menggantikan kepala divisi. Aku dengar mereka berada di bawah
last updateLast Updated : 2022-08-31
Read more
3. Keputusan
3. KeputusanTak kuhiraukan bentakan itu. Kutinggalkan saja Mas Bian sendirian di dapur. Lantas aku membaur bersama Mama, Papa, dan Via di meja makan."Mbak, sini, duduk. Kita makan," ajak Via begitu aku datang, menarik kursi yang ada di sebelahnya untukku. Aku pun duduk di sebelah Via, sedang Mama dan Papa di depan kami. "Mana Bian?" tanya Mama seraya mengambil nasi untukku."Ada di dapur.""Bian!" teriak Papa memanggil Mas Bian tak sabar. Mungkin Papa sudah lapar."Iya." Mas Bian datang, masih dengan segelas air di tangannya. Melirik ke arahku sejenak kemudian beralih ke Papa dan Mama sebelum duduk di sebelahku.Segera kusiapkan nasi di piring Mas Bian, seperti biasa, aku masih setia melayani semua kebutuhan dan keperluannya termasuk melayaninya saat makan, meski aku dan dia akan berpisah. Setidaknya, aku tidak meninggalkan bekas luka jika aku tahu benar, luka itu menyakitkan."Mau rendang atau soto, Mas?" tanyaku lembut, anggap saja tak ada apa-apa meski hatiku tidak baik-baik sa
last updateLast Updated : 2022-08-31
Read more
4. Pulang
4. Pulang.Bisa aku rasakan, Mas Bian datang dan duduk di sisi sebelahku. "Nye ... apa kamu sudah tidur?" tanyanya lembut, mengusap rambut dan pundakku pun lembut. Aku bergeming, sebisa mungkin menahan kemarahan yang sudah memenuhi dada agar tidak keluar karena bisa saja menimbulkan luka baru."Mas tau kamu belum tidur, Nye. Maafkan mas, mas terpaksa melakukannya.""Apa karena Mas sudah meniduri Luna?" celetukku tanpa sadar. "Anyelir! Demi Allah, mas tidak segila itu. Mas masih waras dan tau dosa.""Apa berselingkuh itu bukan dosa?" "Maaf, Nye. Maaf. Mas sudah berusaha sekuat tenaga mengabaikan rasa itu, tapi mas selalu gagal." Bisa dibayangkan bagaimana rasanya hati ini saat suami sendiri mencintai wanita lain dengan begitu hebatnya? Seolah anak panah menancap tepat di jantungku saat Mas Bian mengatakan tak bisa menahan rasa cintanya pada Luna.Aku beranjak duduk, dengan sigap Mas Bian membantuku."Apa karena aku kurang cantik, pendidikanku putus di tengah jalan? Bukan wanita kari
last updateLast Updated : 2022-08-31
Read more
5. Terluka lagi
5. Terluka lagiSelepas Mas Bian pergi, aku segera mengemasi semua barang-barangku dan memasukkannya ke dalam koper. Sebisa mungkin aku memasukkan semuanya, terutama barang yang penting. Karena aku sudah memutuskan untuk tidak lagi menginjakkan kakiku di rumah ini meski hanya untuk mengambil barang. Setelah semua beres aku segera memesan taksi, jadwal periksa kehamilan adalah jam 10. Kali ini aku memilih untuk tidak mengingatkan Mas Bian. Sudah waktunya aku belajar untuk mandiri karena setelah ini aku akan mengurus segala sesuatunya sendiri, bukan?Dari hasil pemerikasaan hari ini, dokter mengatakan bayiku sehat dan baik. Hanya saja tekanan darahku agak tinggi, dokter menyarankan agar aku tidak stress dan terlalu banyak pikiran. Dokter juga menanyakan di mana Mas Bian, tumben tidak ikut, padahal seharusnya dia ikut, agar bisa membantuku menurunkan tensi dan menjaga agar sang Ibu tetap dalam kondisi stabil. Ya, itu pandangan dokter, dokter tidak tahu bahwa justru suamiku sendirilah
last updateLast Updated : 2022-08-31
Read more
6. Bimbang
POV Bian[ Mas, aku sudah berangkat bersama Pak Tarjo. Tidak perlu khawatir, aku sudah sampai. Makanan tinggal dipanaskan saja, sudah aku siapkan di lemari dapur. Tadi aku sudah periksa kehamilan dan semua baik. Tak perlu khawatir. Dan tak perlu menyempatkan diri atau terburu-buru jika memang masih sibuk dengan Luna. Aku sudah sampai dengan selamat.]"Tadi Anyelir menghubungiku, Lun?" tanyaku pada Luna setelah aku membuka pesan dari Anyelir dan memeriksa daftar panggilan masuk. Ada nama Anyelir di sana."Iya, Mas. Kamu masih di kamar mandi tadi. Aku mengangkatnya dan aku menyuruhnya meninggalkan pesan kalau ada yang penting." Astaga, pasti Anyelir berpikir yang tidak-tidak. Dia pasti marah karena sampai jam segini aku belum juga pulang. Aku bahkan lupa kalau ada jadwal periksa yang sebelumnya satu bulan sekali sekarang menjadi dua minggu sekali dan dia tidak memberi tahuku lagi. Fatal, hari ini aku melakukan kesalahan yang sangat besar."Aku pulang dulu, Lun.""Loh, Mas kan sudah jan
last updateLast Updated : 2022-09-16
Read more
7. Bimbang 2
Setelah hampir satu jam perjalanan, aku pun meminggirkan mobil di depan toko kue Ibu. Tepat pukul 10 malam aku sampai. Kulihat lampu rumah masih menyala tertanda mereka masih belum tidur.Kuketuk pintu perlahan, semoga ada yang berkenan untuk membuka. Aku cukup tahu diri dengan kesalahanku, kalaupun mereka tidak mau membuka aku memaklumi dan aku akan menunggu di teras atau mobil sampai besok pagi ada yang keluar.Kuketuk kembali setelah beberapa saat kulihat dari kaca jendela, Ibu keluar dari kamar Anyelir. Kamar Anyelir menghadap ke arah jendela depa, sehingga aku bisa melihat dengan jelas karen gorden juga belum ditutup. Ibu pun menoleh ke arahku dan berjalan membuka pintu."Assalamualaikum," sapaku begitu Ibu membuka pintu kemudian kuraih dan kukecup punggung tangannya."Waalaikumsalam, Nak Bian, mari masuk," jawabnya tersenyum ramah. Bu Lestari namanya, wanita paruh baya yang berparas cantik dan teduh itu menyambutku hangat setelah sedemikian rupa aku menyakiti putri semata waya
last updateLast Updated : 2022-09-16
Read more
8. Mari berpisah, Mas!
POV AnyelirSebuah tangan kokoh memeluk tubuhku saat aku terbangun di sepertiga malam. Dari aroma parfum yang bercampur dengan keringat, aku tahu benar siapa yang sedang memelukku. Aku menoleh sebentar, Mas Bian masih dengan kemeja kerjanya sedang terlelap di belakangku, sejak kapan dia ada di sini? Dan untuk apa? Rasanya aku sudah lelah dengan peperangan, berperang dengan hati lebih melelahkan dibanding perang antar fisik.Kupindahkan tangan yang sebentar lagi juga akan memeluk wanita lain di setiap malamnya itu. Kemudian kuambil air wudhu sebelum kubentangkan sajadah. Melakukan sholat malam agar hati lebih ikhlas menerima segala yang akan terjadi setelah ini. Tanganku menengadah setelah sholat kujalankan. Berdoa, semoga aku bisa ikhlas dan kuat menerima semua yang sudah ditetapkan. Jika Mas Bian memang bukan jodohku maka ajari aku untuk ikhlas, namun jika memang dia Engkau ciptakan untukku maka permudah kami untuk bersatu kembali meski hati sudah tak lagi utuh, aku akan mencoba men
last updateLast Updated : 2022-09-17
Read more
9. Mari Berpisah, Mas! 2
"Apa maksudmu, Nye?""Mas, kalau kamu ingin aku dan anak ini selamat. Pergilah!" ancamku, sudah cukup aku gila melihat kegilaan mereka. Sudah waktunya aku tegas pada diri sendiri. Aku harus kuat dan aku harus tetap tegar demi Ibu juga demi anak ini."Biantara!" Teriakan Mas Arya memekakkan telinga, ia datang dari rumah yang tidak jauh dari rumahku bersama Mbak Mayang. Terlihat jelas dadanya naik turun dengan mata membulat sempurna dan rahang mengeras. "Mana janjimu, apa yang kamu lakukan setelah apa yang kamu dapatkan, Bian?!" Mas Arya mencengkeram kerah baju Mas Bian, mendorong mundur Mas Bian hingga tubuhnya membentur mobil."Ya, maaf, aku tau aku salah.""Aku memberikan adikku padamu, untuk kau bahagiakan bukan kau campakkan. Kalau seperti ini akan lebih baik jika Anyelir tidak usah menikah!" Bugh! Pukulan tajam pun mendarat di pipi Mas Bian hingga ujung bibirnya terluka dan mengeluarkan sedikit darah. Sontak aku dan Mbak Mayang pun berteriak. "Mas Arya, cukup. Sudah, Mas, sud
last updateLast Updated : 2022-09-17
Read more
10. Dokter Kandungan baru
Sudah satu bulan lebih sejak kepergian Mas Bian bersama Lun a pagi itu, sejak itu juga aku mengganti nomor ponsel. Aku memantapkan hati untuk menutup diri dari Mas Bian. Kadang Mas Bian masih menghubungi lewat ponsel Ibu. Namun, aku meminta Ibu untuk bicara saja, asal jangan denganku.Mas Bian belum kesini setelah kepergiannya. Mungkin wanita itu sudah menguasainya sekarang. Aku juga tau dari sosial media bahwa Luna sudah menyiapkan pernikahannya dengan Mas Bian sedemikian rupa, bahkan persidangan pun baru berjalan meski aku tidak datang, tapi Luna sudah kegirangan."Selamat pagi, Cantik," sapa Mbak Mayang yang sudah siap dengan seragam serba putihnya. Ya, Mbak Mayang adalah seorang perawat di sebuah rumah sakit terbesar di daerah kami. Senang melihatnya. Hebat, sedang aku? Lulus saja tidak."Pagi anaknya Bude Menik.""Nye, ikut Mbak, yuk.""Kemana?" "Ke tempat kerja, Mbak. Ada dokter kandungan baru. Masih muda, gantengnya ... Subhanallah. Dijamin betah kalau konsultasi." Aku terseny
last updateLast Updated : 2022-09-18
Read more
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status