Karina baru saja mengusap pucuk kepala Azka. Ia kecup pipi halus putranya itu yang menggemaskan sekali, dan juga tampan. “Kamu di sekolah yang pinter ya, ibu mau cari kerjaan buat jajan kamu!” Azka mengangkat satu alisnya. Ia tidak terima saja kalau sang ibu bilang bekerja untuk uang jajannya. Padahal dirinya paham, kemana uang ibunya selama ini. “Bu, jajanku cuma dikit. Paling ibu kerja buat cari uang buat bayar listrik sama beli beras. Iyakan!” “Apa!” Karina tidak mengira dapat jawaban demikian realistis dari putranya. “Ya, tapi nggak papa kok, kalau ibu mau cari kerjaan. Kalau dapat uang ‘kan, bisa dipakai buat pergi ke makam Ayah!” Sekali lagi, Azka mengatakan itu. Hati ibu mana yang tidak sakit bagai dihujam belati bertubi-tubi. Sebab, kenyataannya makam sang ayah itu hanya fiksi. Ayahnya masih hidup sampai saat ini dan mungkin sedang ada di bumi sebelah lain. Karina sedikit membungkukkan tubuhnya agar sejajar dengan Azka. Ia coba ingin memberitahu sesuatu. “Nak, untuk saat i
Last Updated : 2022-08-29 Read more