Home / Rumah Tangga / Harapan Cinta Sang Ceo / Kunjungan Kerja Ke Divisi Istri

Share

Kunjungan Kerja Ke Divisi Istri

Author: Indahsaira
last update Last Updated: 2022-08-29 16:59:52

Seorang pria dengan jas tanpa dasi. Entah mengapa rasanya ia malas memakai benda itu. Ada memori mengenai dasi yang sulit dilupakan, selalu muncul setiap pagi. Hingga membuat seorang Jonathan enggan mengenakannya. 

“Mungkin Anda harus cari istri lagi Tuan. Yang akan bantuin Tuan memasangkan dasi setiap pagi seperti saat Nyonya Karin masih hidup.” 

Jonathan baru masuk ke dalam mobil usai dari makam istri dan anaknya. “Aku nggak butuh nasehat! Kamu disini cuma jadi sopir dan bawahanku kan, nggak perlu kasih petuah. Urus saja diri kamu sendiri.”

Kenneth, yang bukan lain adalah fresh graduate dari universitas ternama negeri paman Sam. Bertugas menjadi sopir dan sekretaris pribadi Jonathan mulai hari ini. Ia banyak mendengar cerita tentang bosnya tersebut dari sang adik Jonathan.  Hatinya yang sedikit tergelitik melihat penampilan Jonathan yang minus menurut kacamata pribadinya, membuat ia berani menilai secara subjektif. Alhasil, ia malah dapat komentar penolakan.

“Iya Bos! Maaf!" Kenneth menatap dirinya yang penampilannya lebih pantas jadi Bos. Karena cara berpakaian yang lebih rapi dan eksklusif dengan setelan jas rapi juga kemeja putih. Batin Kenneth pun ingin berteriak. ‘Ya, semoga orang perusahaan tidak tertukar menilai kita nanti Bos! Karena aku cuma sopir dan bawahanmu!’ oceh Kenneth dalam benaknya. Ia pun mulai bersiap melakukan pekerjaan.

Sampai juga mobil hitam milik Jonathan di depan gerbang masuk PT. Internusa Sandira. Setelah Kenneth turun dan membukakan pintu mobil untuk Jo. Ia segera mengambil tas kerja sang bos yang ada di kursi belakang. Lalu berjalan tepat di samping Jonathan.

“Kamu hubungi pak Wahyu, tanyakan apa ruangan saya sudah siap!” ungkap Jonathan sambil berjalan masuk ke depan kantor. Lalu melihat jam mahal yang melingkar di pergelangan tangan kirinya. Sudah menunjukkan pukul delapan kurang lima belas menit.

“Baik Pak! Akan saya tanyakan sama resepsionis. Tapi, pak Jo, apa nggak mau masuk aja dulu!” Kenneth melihat Jonathan diam di tempatnya berdiri.

“Ehm … saya mau lihat-lihat dulu disini!” jawab Jonathan. Ia biarkan dirinya terkena sinar matahari pagi yang sudah sangat menyilaukan di depan kantor utama. 

Letak kantor utama yang memang agak sedikit ke dalam, berhadapan langsung dengan lapangan yang sering dilalui para staff dan tenaga keamanan. Juga ada sebuah lorong di bagian paling kiri. Disana adalah jalan masuk ke pabrik yang dilewati oleh para tenaga produksi khususnya wanita. Lorong tersebut memang khusus dibuat karena amat sangat dijaga kebersihannya. 

Jonathan menatap ujung lorong tersebut. Ia tiba-tiba ingat sosok perempuan yang memiliki postur tubuh mirip Karina, sang mendiang istrinya. Dalam sepersekian detik, Jonathan terjebak dalam ilusinya sendiri. Berhalusinasi kalau Karina mungkin saja muncul dari lorong tersebut. “Hah … mana mungkin. Dia kan udah meninggal. Yang ada aku bakal ketakutan kalau sampai ketemu dia beneran.” Dirinya coba menghirup udara lebih dalam dan menghembuskannya perlahan. Tidak lama setelah itu, ada panggilan menyebut namanya. 

“Iya, apa udah siap?” tanya Jonathan yang ternyata sudah ada Kenneth di belakangnya. Ia telah mengalihkan pandangan matanya dari ujung lorong masuk ke pabrik ke arah sang bawahan, juga sopir, sekaligus sekretaris pribadi di rumah juga di kantor.

“Sudah Pak, ada di lantai atas. Mari saya tunjukkan!” ucap Kenneth. Segera dirinya mempersilahkan Jonathan masuk lebih dulu.

Jonathan sudah melangkah menuju ruang kerjanya. Bersamaan itu, Karina juga baru datang. Ia kebetulan ditugaskan untuk masuk pukul delapan. Ada jatah piket akhir yang dijadwalkan untuknya usai menyelesaikan pekerjaan hari ini. 

Karena status Karina yang sudah menjadi karyawan produksi. Ia pun diharuskan untuk melewati lorong yang diperuntukkan untuk para karyawan proses. Lorong yang jauh dari polusi dan limbah pabrik. Namun, lorong itu memiliki rute berbelok melewati gedung kantor depan dan kantor utama. Setelah itu baru di bagian paling ujung, penampakan pabrik yang memiliki dua lantai terlihat. Karina sudah cukup kelelahan.

“Hah! Kenapa jalan masuk dari gerbang ke arah pabrik panjang banget sih! Belum apa-apa, kakiku udah mau patah rasanya. Gimana nanti kalau pas kerja.” Karina menggerutu. Padahal kemarin dirinya tidak melewati bagian ini saat masuk. Kecuali saat pulang, itupun rasanya cepat sekali dan tiba-tiba sudah berada di gerbang utama.

Dengan segenap hati dan tekad kalau hidup ini butuh uang. Karina harus mau kerja keras. Ia kembali mengumpulkan semangat dan kekuatan. Sudah sampai di depan gedung produksi. Ia pun lekas naik ke lantai atas bagian kantin untuk menyimpan bekalnya. Lalu segera turun ke lantai bawah dan bersiap masuk ke dalam proses produksi. Dimana ia diharuskan untuk mengenakan seragam lengkap dengan masker dan penutup wajah yang sesuai prosedur dan standarisasi perusahaan.

“Aku siap.”

***

Sebagai pendatang baru Karina cukup diperlakukan tidak adil. Hampir semua pekerjaan berat dilimpahkan pada dirinya oleh para senior.

Pontang-panting berkeliling ke area sekitar pabrik bagian produksi dalam, demi menuruti perintah anak buah dari kepala regu divisinya. Ia sudah mulai lelah dan juga lapar. Namun, jam istirahat masih sembilan puluh menit lagi. Saat berada di salah satu sudut yang sepi, Karina berusaha istirahat. 

Apesnya, dirinya justru dipergoki oleh kepala regu divisi yang lain. Diperhatikan identitas yang ada di baju Karina. “Kamu masih anak baru sudah berani mencuri waktu untuk istirahat. Sini kamu, biar saya laporkan ke kepala divisi kamu!”

Karina sontak bingung, ekspresinya yang merasa bersalah, hanya terpantau dari sepasang netra. Raut wajahnya yang menyesal sama sekali tidak terlihat karena tertutup masker dan kerudung yang seperti ninja. “Pak, saya minta maaf. Saya tadi belum sarapan, dan saya nggak tau kalau pekerjaan saya akan seberat ini.”

“Jelasin nanti! Sekarang ikut saya ketemu sama kepala divisi kamu! Tapi, sebelum itu, mana kartu identitas kamu. Saya mau sita!”

“Tapi Pak!” Karina bingung, namun dilepas saja kartu identitas yang bisa dipakai untuk masuk ke dalam proses itu dari bajunya. Ia pasrah, kecuali coba menyimpan satu harapan. Ia berharap masih akan diberi kesempatan memperbaiki kesalahan, semoga ia bisa memberikan penjelasan yang masuk akal dan bisa diterima. Hingga tidak akan ada keputusan fatal seperti dipecat misalnya.

Sementara itu, Jonathan juga manager produksi dan supervisor divisi Karina sedang mengadakan pertemuan. Tinggal menunggu kehadiran kepala divisi yang bukan lain adalah atasan Karina di ruang proses tersebut. 

Atasan Karina sudah mulai bergerak mendekati Jonathan yang hanya mengenakan masker, dan penutup rambut. Bagian lain masih terlihat jelas, seperti kening dan sepasang matanya, juga bagian pelipis, dan daun telinganya.

“Siang pak Jo, perkenalkan saya bu Riska, kepala divisi bagian ini.” Bu Riska menunduk sejenak, dan menatap Jonathan lagi. Dari sepasang matanya, bu Riska sepertinya sedang memberikan senyum.

“Oh! Saya pimpinan baru disini, baru sempat masuk ke ruang produksi hari ini. Karena kemarin saya berkeliling ke bagian kantor atas dulu!”

“Iya Pak, saya senang sekali dapat kunjungan dari pak Jo. Saya turut mengucapkan selamat datang di PT. Internusa Sandira.”

“Iya, terimakasih!”

Bersamaan dengan itu, Karina muncul dan langsung dibawa ke arah ketua divisinya berada. Ketua divisi yang sedang melakukan penyambutan kedatangan Jonathan. 

Tanpa Karina tahu, ia ahnya menuruti saja keinginan kepala divisi lain, yang sama sekali tidak dikenalnya. Ia hanya bersedih dalam hati dan tidak berani menatap orang-orang yang ada di hadapannya saat ini. 

“Permisi Bu Riska, saya mau melaporkan ada karyawan ibu yang sudah melakukan pelanggaran!” sela kepala divisi yang membawa Karina. Ia langsung menunjukkan sosok Karina saat itu juga. 

Bu Riska seketika menghentikan obrolan. Ia merasa agak sedikit malu karena ada pelanggaran disaat seperti ini. Namun, menatap kepala divisi yang sedang membawa Karina. Ia jadi semakin menyimpan banyak amarah.

Related chapters

  • Harapan Cinta Sang Ceo   Merasakan Rasa Yang Sama

    Keramaian dari kegiatan produksi makanan mentah masih berlangsung. Keributan kecil dari para karyawan, juga hiruk pikuk mesin conveyor yang sedang berfungsi. Menjadi irama pengiring obrolan Jonathan dengan para bawahannya. Bu Riska sebagai kepala divisi pengolahan tahap ketiga sedang sibuk membicarakan kondisi ruang kerja pabrik yang penuh dengan kesibukan. Tidak ada satu orangpun yang terlihat sedang menganggur. Bahkan para pekerja lepas tidak ada yang diam meski sebenarnya masih tenaga baru. Hingga obrolan itu harus berhenti karena panggilan dari kepala divisi luar areanya. “Gimana bisa karyawan saya malah ketahuan melakukan pelanggaran. Dia ini kan masih baru? Apa dia disuruh sesuatu yang bukan bidangnya?” tanya Bu Riska, dengan sepasang mata membulat. Kepala divisi yang melaporkan Karina, panggil saja pak Abran, memang suka cari perhatian. Ditambah saat ini, ada sosok pemegang saham dan pemimpin tertinggi PT Internusa Sandira. Ia semakin ingin cari simpati seakan paling terakr

    Last Updated : 2022-09-18
  • Harapan Cinta Sang Ceo   Lelucon atau Jebakan

    Karena setiap manusia yang terlahir di dunia ini sudah membawa takdir masing-masing. Percayalah, kalau semua sudah diatur apik oleh skenario Tuhan dengan seribu satu rahasia di dalamnya.***Kelelahan yang dirasakan oleh Karina harus segera disingkirkan. Kedua lutut yang terasa lemas di setiap persendian tidak bisa membuat tubuhnya untuk duduk sejenak. Tetap ada hal yang harus segera dilakukan.Saat ini adalah jam istirahat. Karina berjalan menuju ruang ganti yang memiliki banyak lemari loker berukuran persegi. Difungsikan untuk menyimpan uang, dan ponsel, juga baju ganti yang dipakai untuk pulang.Tapi, Karina hanya perlu mengambil uang juga ponsel. Lalu berencana membeli sebungkus makanan juga minuman di kantin atas.Akan tetapi, itu pun kalau waktu mencukupi, sebab. Setelah ini, dirinya harus menemui Bu Riska di ruangannya.Berjalan dengan banyak kemelut hati dan pertengkaran pendapat gara-gara memikirkan nama Jo yang didengarnya tadi. Untung, dirinya tidak sampai jatuh terpeleset

    Last Updated : 2022-09-21
  • Harapan Cinta Sang Ceo   Ternyata Memang Jonathan Algibran

    Mata ini terasa begitu sulit berkedip. Ingin terbuka saja tapi semilir angin kencang dari depan halaman yang mulai petang, menabrak membawa debu. Akhirnya sepasang netra Karina berkedip menahan perih dan kembali meyakinkan hatinya, kalau semua yang terjadi padanya saat ini bukan mimpi. Ini nyata.Berjalan dengan daya yang sudah tidak penuh. Separuh lebih tenaganya terkuras untuk bekerja juga karena menahan diri agar tetap sadar. Ia begitu terkejut, karena pada akhirnya bisa mengetahui foto pak Jonathan dari teman kerjanya.‘Kenapa dunia ini sempit banget!’ batin Karina sambil terus berjalan menuju parkiran motor.Ia berharap setiap langkah yang diambil, tidak akan mendekat ke arah sang suami. Akan tetapi, takdir memang ingin bermain pada kehidupan yang sulit diprediksi. Karina bingung menilai kehidupan yang maunya seperti apa. Di satu sisi dirinya bahagia. Karena kalau dipikir, ternyata semesta masih ingin dirinya bertemu dengan Jo. Mungkin itu yang namanya jodoh, karena sejauh apapu

    Last Updated : 2022-09-25
  • Harapan Cinta Sang Ceo   Masih Cemburu

    “Karin! Pendek sekali rambut kamu Nak? Kamu nggak papa potong rambut jadi segitu pendek?” tanya Bu Riya yang terkejut saat melihat putrinya yang sudah pulang dari salon dekat rumah mereka. Mendengar neneknya berisik di depan teras. Azka yang tadinya sedang mewarnai, dan sesaat sempat mendengar bunyi motor ibunya, sontak bangun dan bergerak ke arah teras. Ia kaget sampai matanya membulat sempurna tidak berkedip melihat penampilan baru ibunya. “Lho, rambut ibu kemana?”“Rambut ibu dipotong Sayang!” ucap Karina sambil menatap wajah putranya yang terlihat muram. “Dipotong! Kenapa?” tanya Azka, tampaknya pria kecil tersebut terlihat kecewa. Ia sedih melihat penampilan baru ibunya siang ini.“Ehm ….” Kirana sedang mencari penjelasan tepat, rasanya sampai harus berhenti bernafas. Ia yang sudah turun dari motor, kemudian bergerak perlahan mendekati Azka.“Nak, ibu harus potong rambut, biar ibu bisa menghemat pemakaian shampo di rumah kita! Ibu rasa sejak rambut Ibu panjang, shampo di rumah

    Last Updated : 2022-10-03
  • Harapan Cinta Sang Ceo   Mungkin Itu Karina

    Karina hanya bisa berharap kalau dirinya akan aman sepanjang perjalanan. Sebenarnya hanya perjalanan singkat untuk minta tanda tangan pada atasan. Tapi, rumitnya jalan yang dilalui. Membuat ia merasa waktu seperti enggan melaju. Hatinya berdebar dan was-was. Berharap tidak akan bertemu dengan Jonathan. Hingga dirinya melangkah sambil menundukkan wajah. Lalu menutupi dengan map yang dibawa dari ruang proses Kebetulan, suasana kantor sedang ramai sekali. Setiap meja terlihat digunakan pemiliknya dan staff juga terlihat sibuk. Tangan dan mata saling sinkron melakukan pekerjaan. Karina berpikir mereka begitu hebat. Mungkin dirinya kalau mau ada di ruangan ber-AC sejuk ini, harus bisa seperti mereka. Bekerja dengan hebat.Tapi untuk apa, memang disini sangat nyaman karena ruangannya berAc, ditambah tempatnya sangat nyaman. Berbeda dengan ruang proses yang penuh dengan alat produksi juga suara mesin yang berisik.'Mikir apa aku, kalau kerja di bagian ini. jelas bakal ketemu Jo setiap ha

    Last Updated : 2022-10-24
  • Harapan Cinta Sang Ceo   11. Memikirkannya

    Kedua tangan Jonathan membuat sebuah tumpuan untuk dagunya. Ia terlihat sedang berpikir keras. hatinya berdebar begitu dahsyat mengingat nama yang disebut oleh Bu Riska tadi. “Karin, Karina Andini. Ini nggak mungkin. Bagaimana bisa, ada nama yang sama persis dengan nama mendiang istriku. Mustahil, mustahil. Tapi …!” Jonathan mengingat lagi penggalan memori yang sempat terjadi antara dirinya dengan wanita yang dicurigai sebagai Karina itu. Ia ingat ada hal yang sangat menarik. Mulai dari perasaannya yang bilang wanita itu mirip istrinya. Juga tentang penampakan yang memang karakternya sangat mengingatkan pada Karina. Namun, tetap saja mustahil kalau itu adalah Karina. Karena Karina yang dikenalnya sebagai istri sudah berada di dalam gundukan tanah dan berharap dia bisa tenang di alam sana. “Mungkin aku terlalu rindu kamu Karin. Aku kangen banget sama kamu. Kangen juga sama Azka. Kenapa sih kalian berdua ninggalin aku gitu aja. Azka, ayah kangen kamu Sayang!” Jonathan menunduk menat

    Last Updated : 2022-11-24
  • Harapan Cinta Sang Ceo   12. Meminta Tolong

    Jonathan sedang berkeliling di area produksi. Kebetulan harus menemui Bu Riska terlebih dahulu untuk membahas bahan mentah, dan juga ingin melihat sosok bernama Karina Andini yang sudah diketahui kalau dia adalah karyawan di divisi tiga, tempat dirinya berada saat ini.Masih berjalan dan memantau semuanya. Ia juga sedang mencari sosok Karina, dan ketemu, wanita tersebut sedang duduk di kursi administrasi.Jonathan berjalan mendekat, ia berniat meminta Karina untuk mencarikan bu Riska. Namun, setelah melihat Karina menerima telepon dan berniat mengatakan niatnya tadi. Karina bangun dan terlihat sempoyongan. Spontan Jonathan menangkapanya sebelum Karina benar-benar jatuh ke lantai yang dingin dan lembab.“Karin!’ batin Jonathan memanggil. Ia menangkapnya dan berhasil.Karina sudah berada dalam pelukannya. Ia menatap sepasang mata yang tampak menyorot lemah dengan kelopak matanya seperti akan tertutup. “Hey, apa yang terjadi?” tanya Jonathan.Karina masih setengah sadar dan merasa begi

    Last Updated : 2022-11-26
  • Harapan Cinta Sang Ceo   13. Insting dan Pertemuan

    Jonathan merasa sangat tegang. Ia menahan diri agar kuat dengan apapun yang ada dalam cv itu. Benar atau tidak instingnya tentang Karina. Ia akan tetap terima. “Apa!” Sepasang mata Jonathan terbuka lebar, melihat foto cv itu. Seorang perempuan dengan senyum yang dikenalnya, rambutnya panjang dan matanya sama persis dengan mendiang istrinya. “I-ini nggak mungkin! Jadi, dia benar-benar Karina. Karina Andini istriku!” Dalam sekejap, ingatan tentang pertemuan mata, sentuhan yang tidak sengaja, dan juga beberapa momen perjumpaan yang terasa aneh namun, selalu berhasil menghadirkan rasa yang lain. “Kenapa Karin? Kenapa kamu nggak bilang kalau kamu istriku. Ini jelas kamu kan sayang?” tanya Jonathan sendiri dalam kebingungannya. Ia membekap sendiri mulutnya yang ingin berteriak kesal. Ada gejolak emosi yang tumpah ingin lepas karena tidak terima dengan apa yang dilakukan Karina. “Lalu bagaimana dengan makam itu, ada nisan atas nama kamu dan juga Azka. Iya, Azka. Apa dia juga masih hidu

    Last Updated : 2022-11-30

Latest chapter

  • Harapan Cinta Sang Ceo   bab 61. Datang ke rumah sakit.

    Kenneth kembali mendapatkan mobilnya. Ia segera mendatangi kediaman rumah Karina sore ini untuk menceritakan apa yang sudah terjadi dengan Jonathan. “Hentikan! Karena apapun yang kamu katakan, nggak akan bisa membuat Karina dan Azka datang ke rumah itu. Sekalipun Jonathan sedang sekarat sekalipun,” ucap Bu Raya usai mendengar penjelasan dari Kenneth. “Bu! Jonathan itu papanya Azka Bu. Ibu nggak bisa ngomong begitu. Gimana juga penyebab perpisahan aku sama Jo itu bukan karena Jo, tapi karena kedua orang tuanya. Jadi, tolong bu! Jangan terlalu membenci Jonathan,” pinta Karina. Ia memelas bahkan lututnya ikut lemas ingin bersimpuh saja di depan sang ibu. “Karina, mau sampai kapan kamu membela suami nggak guna kamu itu.” Meninggi nada bicara bu Raya. “Mungkin selamanya, karena aku masih cinta sama dia!”Bu Raya tampak emosi. Amarahnya sudah mau meledak, tapi tiba-tiba di balik dinding pembatas ruang tengah dan ruang tamu, terlihat Azka yang sedang mengintip. “Hah, cucuku. Dia pasti

  • Harapan Cinta Sang Ceo   bab 60. Mempertaruhkan Nyawa

    Mama Kirana akhirnya datang ke kantor milik suaminya siang itu. Ia datang tanpa memberitahu. Kayren yang sedang meeting berusaha cepat menyelesaikan pekerjaannya. Ia cukup terkejut mengapa istrinya sampai datang ke kantor siang ini tanpa memberitahu dulu. “Apa! Kamu mau Kenneth dibebaskan. Kamu juga mau Karina dan siapa! Anak kecilnya dibawa ke kota ini untuk hidup bareng Jonathan. Kamu nggak salah minum obat kan Sayang?” Kayren terkejut setengah mati mendengar keinginan istrinya.“Enggak Pa, mama udah nyerah buat misahin Jo sama Karina. Mama nggak tega liat Jo menyiksa dirinya sendiri.” Nyonya Karina menatap lesu.Pak Kayren bangun dari kursinya lalu mendekat ke arah sang istri. Ia usap pundak istrinya dengan lembut, berharap hatinya bisa tenang dan mau mencari jalan lain untuk masalah ini. “Kamu tau, kita sudah berjuang keras untuk membuat Jo berpisah sama perempuan yang tidak selevel sama kita tu. Kenapa sekarang harus berhenti sih?”“Pa!” Mama Kirana menepuk punggung tangan su

  • Harapan Cinta Sang Ceo   bab 59. Mimpi buruk

    Karina akhirnya mampu membuat tubuhnya terlelap. Ia mulai mendengkur halus, terasa sekali kalau fisiknya sedang kelelahan.Namun, keadaan yang tenang itu hanya bertahan beberapa menit. Tiba-tiba Karina mendapat mimpi buruk. Saking takutnya. Ia sampai berkeringat padahal cuaca sedang dingin."Enggak! Enggak boleh!!” teriak Karina yang masih terpejam. Hingga beberapa detik kemudian kedua matanya terbuka dengan perasaan kaget yang luar biasa.Azka tidur di samping Karina, ia dengar suara ibunya yang mengigau. Azka pun langsung terbangun dan langsung memeriksa keadaan Karina. “Bu! Ada apa? Ibu nggak papa? Ibu mimpi buruk ya?” Azka langsung memberondong banyak pertanyaan dengan wajah penuh kecemasan.“Azka! Jadi, yang ibu alami cuma mimpi. Astaghfirullah!!!” Karina tidak peduli pertanyaan dari putranya, yang ada dia malah memeluk erat Azka. “Bu! Biar aku ambilkan minum, ibu kayaknya kaget banget!”“Karina!! Karina! Ada apa?” Bu Raya yang ikut mendengar jeritan Karina juga terkejut dan l

  • Harapan Cinta Sang Ceo   bab 58. Mengakhiri Hidup

    Suasana menjadi begitu tegang bagi Karina. Ia bisa melihat sorot mata sang ibu yang masih belum ikhlas untuk memaafkan.Entah apa yang diinginkan Bu Raya terhadap dirinya sekarang. Karina merasa takut menghadapi kenyataan. “Ibu ingin, kamu keluar dari Internusa, dan kita pindah. Nggak tinggal di sini lagi!” tercetus juga syarat dari Bu Raya untuk Karina.“Apa!” Mata Karina menatap tak percaya. “Pindah lagi? Tapi Bu."“Kalau kamu nggak mau. Ya udah!" jawab bu Raya tegas. "Kamu tau kan. Ibu akan pergi dari sini dan Azka ibu yang bawa. Ini demi kebaikan dia. Ibu nggak bisa bayangkan kalau Azka sampai ketahuan Kayren. Hidupnya akan menjadi semakin berantakan."Karina ingin menggelengkan kepala tanda tidak setuju. Namun, mengingat nama Kayren, apa yang dibilang ibunya ada benarnya.“Tapi!” Karina merasa bimbang. Hatinya merasa berat sebenarnya pergi dari sini. Jujur, ia masih ingin bisa bersatu dengan Jonathan. Sementara itu, Azka yang berada di ruang tengah, sedang asyik menonton tv. Mes

  • Harapan Cinta Sang Ceo   bab 57. Kenyataan

    Entah mengapa suhu di dalam mobil jadi semakin dingin. Arga masih memasang wajah yang syok, lidahnya keluh. mana mungkin Karina yang dimaksud adalah Karina karyawan di Internusa.“Kamu kenal dia Arga. jangan pura-pura kaget! Apa kamu berharap Karina yang aku maksud adalah Karina yang lain?” Jonathan menatap sekilas pada Arga. “Apa, jadi, Karina yang itu? Kok bisa! Jadi selama ini kamu …!”“Aku sendiri bingung sama diriku sendiri. Aku ini suami macam apa yang bertahun-tahun nggak pernah bisa jagain istri dan anaknya.”Muka Arga sudah seperti orang kebingungan. “Jadi, anak itu. Anak yang ada di rumahnya Karina adalah anak kamu?”Jonathan mengangguk kecil.Arga tak mampu berkata apa-apa. Rasanya dramatis sekali kisah hidup di dunia ini, tidak masuk akal tapi ada. Ia yang merasa sudah begitu jatuh cinta pada Karina pada akhirnya harus ditampar kenyataan kalau Karina adalah istri orang. “Kalau begitu, sebagai seorang laki-laki. perjuangin Karina dong! Kamu masih cinta sama dia kan?”“

  • Harapan Cinta Sang Ceo   56. Kemarahan Seorang Mertua

    “Hentikan Jo! Jangan lakukan ini! Semua perbutan kamu buat aku kacau Jo! Pergi!”Jonathan masih menunduk, ia mulai menggelengkan kepalanya menolak keinginan Karina. Lantas tangannya menyentuh kedua kaki Karina. “Aku akan perjuangin kamu Karin, karena aku butuh kamu dan Azka dalam hidupku!”Karina mengusap air matanya yang lolos. Ia angkat wajahnya ke langit supaya tidak terlalu menangis dengan keadaan yang saat ini terjadi.“Baik, aku akan ceritakan semuanya. Dimulai dari perginya aku saat kita mau menikah, dimana mama kamu nyogok aku buat menggugurkan kandunganku, dan saat kita berhasil ketemu lagi, juga kecelakaan yang membuat kita celaka. Itu semua adalah skenario dari Tuan Kayren. Makam palsu itu juga! Dan asal kamu tau, nggak secuil uang pun aku dapat dari keluarga kamu yang super duper kaya itu untuk gedein Azka. Semuanya aku perjuangkan sendiri Jo. Sendiri!” Sementara itu, di rumah Karina, bu Raya sedang menyiapkan makanan kesukaan Azka. Tiba-tiba saja piring yang mau dipakai

  • Harapan Cinta Sang Ceo   55. Berusaha Minta Maaf

    Nyonya Kirana menenteng tas mahal dan keluar dari mobil mewah yang telah terparkir di halaman Internusa.Ia menatap sekeliling lalu perlahan menurunkan kacamata hitamnya. Netranya mencari sasaran. Ia paham saat ini adalah jam pulang ara karyawan Internusa, itu artinya mantu yang paling dibencinya juga pasti sedang dalam perjalan keluar dari Internusa.“Mana perempuan itu! Mana Karina! Aku akan temukan kamu meski kamu sudah merubah penampilan sekalipun,” ucap mama Kirana dengan sangat pasti. Ia pun berjalan masuk dan sengaja lewat lorong karyawan produksi supaya bisa bertemu dengan Karina.Karina sendiri masih berdiri kaku di tempatnya. Ia ternyata sudah bisa melihat kehadiran mama mertuanya, masih ada jarak beberapa meter sebelum mama Kirana itu kembali menemukannya. “Kenapa ada mama mertua di sini?” tanya Karina yang ternyata, terdengar di sambungan teleponnya dengan Jonathan.Jonathan yang masih berada di tempatnya berada, rasanya semakin cemas. Ia bisa dengar jelas, kalau Karina bi

  • Harapan Cinta Sang Ceo   54, Gagal menemui Azka

    “Itu dia!” Jonathan sudah hampir melangkah akan menemui Azka. Ia melihat anak kecil itu baru saja keluar dari gerbang sekolahnya. Dengan sebuah bungkusan di tangan, ada mainan yang sempat dibeli oleh Jonathan tadi sebelum kesini. Namun, getra dering telepon mengejutkan pria tersebut. Ia pun berhenti dan mengangkat teleponnya terlebih dulu. “Hallo!” sapa Jonathan.Sejenak Jonathan mendengar lawan bicaranya. Seiring waktu, raut wajahnya jadi berubah.“Saya sedang ada kerjaan di luar. Mungkin Kenneth bisa menanganinya.”“Apa! Kenneth nggak ada di pabrik ataupun di kantor! Dia tidak memberitahu saya kalau akan pergi! Ya sudah, secepatnya saya akan balik ke perusahaan!” Jonathan menutup teleponnya.Pria itu bisa melihat Azka sedang menunggu untuk dijemput. Ia sangat ingin menemui putra semata wayangnya itu, tapi waktu sungguh sangat terbatas. “Eh, Mbak, tolong kasih mainan ini sama anak yang lagi duduk di sebelah sana itu bisa nggak! Biar saya kasih upah buat Mbak. Tolong ya, bilang ka

  • Harapan Cinta Sang Ceo   53. Saling Memperhatikan

    Karina ingin mencari cara untuk mengalihkan topik pembicaraan. Ia melempar pandang ke segala penjuru. Sayangnya otaknya masih buntu.‘Ah disaat seperti ini, kenapa aku malah panggil dia Jo sih!’ keluh Karina dalam hati. Ia kemudian menatap Arga yang masih memandang ke arahnya. “Pak Arga mungkin sedang kebingungan, makanya tadi jadi salah dengar,” jelas Karina membujuk Arga. “Masak sih?”Karina mengangguk.“Gimana kalau pak Arga, bantuin pak Jo sekarang! Kayaknya pakjo lagi butuh bantuan.”“Ah iya, aku baru ingat tentang Sandi!” bergegas Arga membantu Jonathan. Ia berjalan mendekati Jo secepatnya. Termasuk Karina juga. Ia pun ingin mengetahui keadaan Jonathan.Jonathan terlihat sudah hampir berhasil, namun Sandi benar-benar melakukan perlawanan sengit.Dua security Internusa dilukai oleh pisaunya. Arga lekas mendorong Sandi dengan kakinya. Hingga Sandi harus terjungkal.“Ah, kamu bener-bener bikin onar!” Jonathan mendekat dan tanpa peduli rasa sakit di lengannya. Ia pun menyingkirkan

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status