Semua Bab Kaisar Puncak Naga: Bab 31 - Bab 40

67 Bab

31. GAGAL SUDAH

Hua Fei tertegun. "Ular-ular itu ...." Hua Fei mau tidak mau harus berkata jujur tentang ular-ular tangkapan mereka yang semuanya telah mati tak tersisa satu pun yang hidup. Walau betapa sedihnya perasaan hati Jing Ling, tetapi ia tidak menyalahkan Hua Fei atas kejadian tersebut. "Sudahlah, Kak Fei. Sepertinya keberuntungan memang masih belum berpihak kepada kita," ujar Jing Ling dengan bisikan lirih, mengandung kesedihan. Tetapi ia juga tahu, kalau Hua Fei juga merasa sangat bersalah atas hal tersebut. Jing Ling lalu berbisik, "Kita adalah laki-laki yang tidak boleh meneteskan air mata hanya untuk menangisi binatang-binatang itu. Bukankah kita masih bisa menangkapnya di lain waktu?" "Benarkah kamu tidak apa-apa dengan matinya mereka?" Hua Fei masih meragukan ucapan Jing Ling dan takut jika itu adalah ucapan penghibur semata. "Iya, Kakak Fei. Aku sudah tidak apa-apa. Percayalah!" Jing Ling berusaha tersenyum hanya untuk membuat Hua Fei tidak merasa bersedih lagi. Jing Ling tidak
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-04-03
Baca selengkapnya

32. BERSIKAP KSATRIA

"Benar, kita memang harus melenyapkan anak itu dengan kemampuan kita," bisik Hua Fei dekat di telinga Jing Ling dan Hua Lin. "Kakak Fei, bukankah itu sangat kejam?" Jing Ling merasa terkejut mendengar ucapan Hua Fei yang sepertinya itu bukanlah kebiasaannya. "Memang sangat kejam!" Hua Fei tersenyum. "Tapi itulah cara agar dia mau mengerti kalau kita tidak bisa diremehkan dengan seenak hati." "Caranya?" bertanya Jing Ling dengan rasa penasaran. Hua Fei lalu menjawab sambil terus berjalan. "Hanya satu!" Hua Lin hanya mengeluarkan desah napas dan suara gumaman sembari menggelengkan kepalanya. Ia lebih memilih menjadi pendengar setia tanpa banyak bicara. "Cepat katakan, Kakak Fei! Mengapa kamu ini suka sekali mengulur waktu?" Jing Ling mulai tidak sabar menunggu ucapan Hua Fei yang bertele-tele. "Aaah, dasar kamu ini. Selalu saja tidak sabaran," ujar Hua Fei masih tetap dengan nada bicara tenang. "Caranya adalah, kita harus giat belajar dan tidak meladeni apa pun kelakuannya terha
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-05-19
Baca selengkapnya

33. BERTEKA-TEKI

Ketegangan jelas mencengkeram kuat dalam hati ketiga anak lelaki yang hanya bisa diam seribu bahasa. Debar jantung sudah mulai terasa lebih cepat dari biasanya, tetapi mereka pun tak bisa berbalik pergi atau bersembunyi. Jika memang harus bertemu dengan Jing Yangxi, maka mereka pun bertekad akan menghadapinya. Jing Yue sudah meletakkan telapak tangan kanannya pada lingkaran logam kuningan yang dijadikan pegangan pada permukaan daun pintu. Ia hanya bisa mengulas senyum setipis kertas tanpa diketahui oleh anak-anak di belakangnya. "Semoga mereka terkejut kali ini," bisik Jing Yue sambil masih tersenyum diam-diam. Namun dengan wajah-wajah cemas mereka, wanita itu menjadi sangat heran. "Heeeehh!" Helaan napas panjang mengiringi gelengan kepala wanita tercantik di wilayah selatan. Ia berbisik dalam hati. "Apa yang dipikirkan oleh anak-anak itu?" Pintu ruangan dibuka secara perlahan dan langsung menampilkan seorang pria berjubah biru muda yang sudah mendahului duduk pada salah satu ku
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-05-29
Baca selengkapnya

34. TEGANG

Sedikit ketegangan mewarnai suasana hati ketiga lelaki muda berwajah manis tersebut. Mereka berusaha menyadarkan diri untuk mendengar apa yang akan disampaikan oleh Hua Yan. Walau mereka sangat ingin bertanya, tetapi tentu saja tidak memiliki secuil pun keberanian sama sekali. Hanya diam menunggu, mungkin itulah yang dapat dilakukan oleh ketiganya. Hua Yan bukan tidak mengetahui tentang apa yang selalu dipikirkan oleh anak-anak kesayangannya. Pria itu kemudian mengambil selembar kertas dengan bentuk, rupa dan warna yang sama persis dengan selebaran kompetisi tahunan. "Benda itu! Bukankah mirip dengan selebaran yang tadi aku dapatkan?" Hua Lin berseru sambil memerhatikan benda yang sekarang dipegang oleh kakak sepupunya. "Bagaimana ini?" Hua Lin bertanya dalam hati dengan perasaan cemas. Hua Yan meletakkan benda tersebut di atas meja. Suara tenang dan datarnya pun seketika terdengar. "Kalian sudah mengetahui tentang selebaran ini dan tentunya kalian juga sangat ingin mengikutinya."
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-06-27
Baca selengkapnya

35. GAGAL!

"Tunggulah sampai kalian bertiga mampu menguasai Ilmu Dewa Petir, setidaknya mencapai tingkat kelima." Hua Yan menyambung ucapannya. "Tidak untuk tahun ini?" Hua Fei terkejut. "Dan mempelajari Ilmu Dewa Petir itu teramat sulit, Paman!" "Sampai menguasai Ilmu Dewa Petir hingga tingkatan kelima?" Jing Ling merasa ini terlampau berat. Ia terlalu sibuk menghitung dengan jemari kecilnya. "Ilmu Dewa Petir? Bukankah itu sangat sulit, Ayah?" "Benar. Itu memang sangat sulit, dan kalian harus mempelajarinya mulai dari sekarang. Satu tahun untuk satu tingkat sampai kalian bisa menguasai hingga tingkat terakhir." Jawaban Hua Yan sungguh membuat perasaan ketiganya semakin kecewa. "Apa? Bukankah itu artinya enam atau tujuh tahun lagi untukku dan Paman Kecil?" Hua Fei merasa sangat kecewa atas keputusan Hua Yan. "Dan sepuluh tahun lagi untuk Adik Ling." "Ayah, bukankah itu sama artinya kalau kami tetap tidak diijinkan untuk ikut kompetisi tahun ini sampai delapan tahun kemudian?" tanya Jing Li
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-06-30
Baca selengkapnya

36. LUKISAN 99 KUNTUM BUNGA PERSIK

"Tujuh belas tahun ini ... tentu dia sudah besar dan tumbuh hampir setinggi kakaknya. Dia juga pasti memiliki kemiripan denganku." Lelaki tampan bermata teduh berkata-kata sendiri sambil masih terus menatap rupa bulan dengan perasaan hampa. Namun, yang terbayang di matanya adalah kobaran api dan ceceran darah yang tertumpah di mana-mana. Telinganya bahkan masih dengan sangat jelas mendengar hiruk-pikuk jerit kesakitan, raung kemarahan dan erangan sekarat dari orang-orang yang tertusuk ujung mata tombaknya. "Aku seorang pendosa!" Pria itu merasa terhenyak hingga tubuhnya terhuyung, lalu jatuh berlutut di atas tanah, dan sedikit menimbulkan suara debuman kecil yang hanya terdengar oleh pendengarannya sendiri. Sepasang lututnya mungkin sakit dan memar, tetapi lebam dalam hati masih seratus kali lebih menyakitkan. Badan pria itu memang tampak gagah perkasa, tetapi jauh di lubuk sanubari dia merasa sangat rapuh. Tidak ada orang lain mengetahui akan beban beratnya, selain hanya dia send
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-07-05
Baca selengkapnya

37. CEMBURU PADA LUKISAN

"Tentu saja, tidak. Itu adalah kebenaran!" Yan Chao merasa sedikit cemas dan takut jika tuannya ini akan merasa tersinggung. "Semua yang saya katakan adalah benar." Yan Chao melirik kecil. Ada sedikit kecemasan jika Pangeran Han Yujie tidak senang dengan ucapannya. "Baiklah. Tetapi untuk dapat mengalahkan juara pertama tahun lalu, sepertinya aku harus tetap berusaha keras untuk berlatih." Pangeran Han Yujie meletakkan kuasnya di tempat dudukan kuas. "Pangeran pasti bisa melakukannya. Eh, maksud saya adalah ... Pangeran pasti bisa menjadi yang terbaik di kompetisi tahun ini." Yan Chao berkata memberi semangat. "Sepertinya kamu yakin sekali, Kakak Chao." Pangeran Han Yujie tersenyum tipis, sebelum senyum itu sirna akibat suara teriakan Han Yuze. "Kakaaak!" Han Yuze berlari-lari kecil sembari membawa tombak mainannya. Ia lalu menjatuhkan diri dan bersimpuh di samping Pangeran Han Yujie. "Kaaaak! Kakak mengabaikan aku sejak tadi. Ayolah, Kak. Temani aku bermaiiiin!" rengek Pangeran
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-07-14
Baca selengkapnya

38. DAHAN PATAH

"Sebaiknya kita biarkan saja mereka sampai puas bermain. Ayah juga ada suatu hal yang ingin ayah bicarakan denganmu," ujar Mantan Kaisar Han Yuwen sambil melihat ke wajah anaknya. Yang ditatap juga membalas sang ayah dengan tatapan mata hangat. Kedua lelaki itu saling tersenyum satu sama lain. Pangeran Han Yuxuan sepertinya menyetujui niat Mantan Kaisar. Sebenarnya, Pangeran Han Yuxuan sedikit berpikir tentang apa yang ingin dibicarakan oleh ayahnya. "Baik, Ayah. Kita bisa berbincang di ruang dalam. Rasanya sangat tidak sopan jika saya menjamu Ayah di tempat seperti ini." "Mari, Ayah!" Pangeran Han Yuxuan menggerakkan tangan kanan untuk memersilakan sang ayah agar mendahuluinya berjalan. Mantan kaisar hanya terkekeh ringan. "Yaa, ya, ya, yaaa. Mari, Anakku!" Pria itu mendahului melangkah masuk sambil menggendong tangan kirinya, sedangkan tangan yang lain ia pergunakan untuk mengelus-ngelus jenggot putihnya yang panjang menjuntai. ***** Sementara itu pada paviliun besar yang di
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-07-16
Baca selengkapnya

39. HAN YUJIE KECELAKAAN

Dahan pohon persik retak hingga patah seketika. Sepertinya, batang sebesar paha Pangeran Han Yuze itu tidak sanggup menahan bobot dua lelaki muda yang terus bergerak tanpa henti. Patahan itu menimbulkan bunyi 'krak' dan langsung menjatuhkan kedua pemuda yang tengah asyik bercanda di atasnya. Meskipun tidak terlalu tinggi, tetapi patahan dahan pohon persik itu berhasil membuat mereka berdua terbanting jatuh tak terkendali di atas rerumputan dengan sangat keras. Pangeran Han Yuze cukup beruntung, karena dia jatuh menimpa tubuh kakaknya. Namun, tetap saja pemuda itu sangat ketakutan saat melihat Pangeran Han Yujie meringis kesakitan setelah sempat menjerit dan mengaduh. "Aawwh! Tanganku!" Pangeran Han Yujie mendesis, menahan sakit yang tiada tara. Wajah Pangeran Han Yujie terlihat tegang dan pias. Matanya lalu turun, memejam dengan kepala jatuh terkulai di atas dahan yang ditimpanya. "Kakaaaaak!" Pangeran Han Yuze menjerit sambil berusaha bangkit dari atas badan sang kakak yang ja
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-07-26
Baca selengkapnya

40. APA YANG TERJADI?

Di dalam ruang keluarga, Mantan Kaisar Han Yuwen sedang asyik membicarakan masalah kompetisi tahunan yang akan diselenggarakan dalam waktu dekat. "Sepertinya tahun ini akan ada banyak peserta yang mengikuti kompetisi ini, Ayah. Menurut kabar, sudah ada seratus dua puluh pendaftar dari keluarga terpandang dan lebih dari empat puluh perguruan seni bela diri yang akan mengirimkan para murid terbaiknya." Han Yuxuan berkata seraya menyesap teh hangat beraroma mawar nan lembut. "Maka itu akan sangat bagus. Kita bisa melihat berapa banyak para jenius muda yang akan muncul tahun ini." Mantan Kaisar Han Yuwen berucap seraya menyesap tehnya secara perlahan. "Kuharap juga, aku bisa melihat penampilan terbaik para cucuku. Aku ingin melihat sejauh mana perkembangan mereka." "Oh ya, bagaimana dengan pelatihan Yujie dan Yuze?" Mantan Kaisar Han Yuwen bertanya. Pangeran Han Yuxuan menjawab, "Menjawab pertanyaan Ayah, keduanya selalu giat berlatih. Meskipun Yuze masih saja nakal, tetapi dia s
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-12-15
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
DMCA.com Protection Status