Home / Pendekar / Kaisar Puncak Naga / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of Kaisar Puncak Naga: Chapter 21 - Chapter 30

67 Chapters

21. HANYA ANAK KECIL

"Hentikan!" Sebuah suara membuat para pengawal mengurungkan niat menyerang wanita secantik bidadari yang juga telah bersiap melancarkan serangannya. "Dia adalah tuan rumah dan kita adalah tamu. Mengapa sikap kalian seperti itu padanya?" Demi mendengar teriakan dari Jing Yue disertai kegaduhan yang ditimbulkan oleh sepupu wanitanya ini, Jing Cheng segera keluar dari dalam bilik kediaman milik Keluarga Hua. Pria itu cukup tahu dirinya saat ini hanyalah seorang tamu yang harus menghormati tuan rumah. Namun, perbuatan anak lelakinya sungguh membuat kepala pria itu terasa seperti hendak pecah. Tak ada jalan lain baginya selain daripada mendinginkan sikap Jing Yue. "Tuan Besar!" Para pengawal segera berlutut sembari mengepalkan kedua tangannya di depan wajah mereka yang seketika tertunduk. "Maaf, Tuan Besar! Kami hanya menjalankan tugas dari Tuan Besar!" menjawab pengawal berbadan paling besar. "Baiklah, aku mengerti. Segeralah minta maaf pada saudaraku ini!" Jing Cheng memberi perintah
last updateLast Updated : 2022-10-07
Read more

22. ULAR CINCIN DARAH

Sungguh teramat kejam pandangan mereka terhadap wanita dan putranya yang selama ini juga sangat mendendam kepada ayah kandung dari Jing Ling . Hal itu pulalah yang membuat Jing Yue bertekad menjadikan anak lelakinya sebagai pendekar terkuat di rimba persilatan yang akan datang. Ya! Itulah niat dan tujuan Jing Yue dalam hidupnya, melatih sang anak sejak usia dini. "Yue, dia hanyalah anak kecil yang belum mengerti apa-apa. Kuharap kau maafkanlah dia!" Jing Cheng berucap sembari menuang air teh ke dalam cawan dan memberikan pada saudara perempuan yang sekarang duduk di hadapannya. "Bagaimanapun juga, Yanxi hanyalah anak kecil." "Anak kecil katamu?" Jing Yue tersenyum sinis. "Benar, dia memang masih kecil. Tapi mulutnya lebih buas daripada moncong serigala! Kupikir, kaulah yang tidak becus mendidiknya!" Jing Yue bicara dengan nada tajam. Dia bahkan tak melirik barang sedikit pun pada cawan teh yang masih menggantung di udara dalam genggaman tangan Jing Cheng. "Baiklah, aku juga ber
last updateLast Updated : 2022-10-13
Read more

23. CARA KEDUA

Jing Yue merasa orang ini terlalu bertele-tela, dia pun membentak, "Aku tidak peduli!" "Ingatlah suatu hal, Ah Cheng! Kalau sampai Hua Fei tidak lolos dalam ujian yang akan diadakan lima hari lagi, maka tujuanmu datang ke mari hanya akan menjadi kesia-siaan belaka!" Jing Yue meneguk teh yang menghangat dalam kepalan tangannya. "Hua Yan tidak akan membiarkan begitu saja, seseorang yang telah menggagalkan ujian masuk keponakan kesayangannya itu, berhasil menjadi sebagai besan kami." "Jadi, kau sudah tahu akan tujuanku datang berkunjung ke mari?" Jing Cheng cukup terkejut mendengar penuturan Jing Yue. Jing Yue tersenyum kecil penuh misteri. "Di dunia ini, apa yang tidak diketahui oleh Jing Yue?" "Tentu saja, itu karena kau adalah Persik Gunung Naga. Sebelum kau menikah dengan Wang ... maksudku, sebelum kau memiliki Jing Ling. Kau adalah salah satu dari anggota pasukan teliksandi khusus Keluarga Jing." Jing Cheng menyesap teh yang mulai sedikit mendingin. Jing Yue pada masa gadisnya
last updateLast Updated : 2022-10-16
Read more

24. ASMARA JINGGA

"Untuk sementara aku hanya bisa melakukan ini." Jing Yue berbisik dalam hati. "Dan selanjutnya adalah ...." Jing Yue merasa tidak yakin untuk usahanya yang kedua, akan tetapi tak ada salahnya untuk mencoba. "Cara kedua." "Bukankah lebih baik untuk mencobanya terlebih dahulu. Karena aku tidak bisa melihat Ah Ling dan Ah Fei kecewa untuk yang kedua kalinya." Jing Yue telah bertekat untuk mencoba jalan yang kedua. Seperti biasa, di dalam ruangan itu sudah tersedia sebuah wadah besar tempat pemandian dari kayu cendana yang telah berisikan dengan air hangat bertabur ratusan kelopak bunga mawar. Aroma dari bak mandi dari kayu cendana yang terkena siraman air panas saja sudah menguapkan kepulan asap wangi nan menyejukan kalbu. Ditambah lagi dengan seduhan kelopak-kelopak mawar, hingga menimbulkan bau harum menyegarkan tubuh orang yang berendam dalam wadah tersebut. Ini benar-benar sebuah bentuk pemanjaan diri menyehatkan jiwa raga penikmatnya. Selapis demi selapis, hanfu wanita itu
last updateLast Updated : 2022-11-11
Read more

25. RACUN JARUM BULU IBLIS

"Ah Yue, apakah kamu menyembunyikan sesuatu dariku?" Hua Yan menyampaikan pertanyaan yang tentu saja membuat Jing Yue sedikit terkejut. Meskipun nada suaranya tenang, tetapi itu cukup membuat wanita secantik boneka itu merasa kebingungan. "Apakah ada hal yang merisaukan pikiranmu, Ah Yue?" Hua Yan menampung air dengan lembaran telapak tangannya, menangkap beberapa helai kelopak mawar merah dan mendekatkannya ke ujung hidung. Uap panas beraroma semerbak pun terhirup hingga ke ruang pernapasan dalam dadanya. "Atau jangan-jangan, sepupumu itu membuat masalah dengan kita?" Jing Yue tak segera menjawab pertanyaan Hua Yan. Ia berpura-pura sibuk mengeringkan rambut basahnya yang telah membuat tubuh berbalut hanfu tipis menjadi sedikit menggigil. Dalam benaknya ada keresahan, juga kekhawatiran mendalam. Ia ingin berterus terang, tetapi apakah nanti Hua Yan tidak akan melakukan sesuatu pada keluarganya yang lain? Bunga Persik Gunung Naga hanya bisa menjawab, "Memang ada kejadian hari ini.
last updateLast Updated : 2023-01-26
Read more

26. RACUN JARUM BULU IBLIS 2

Hua Yan terus melangkah masuk ke dalam ruangan dengan rasa tidak sabar sama sekali. Ia bahkan membuka dan menutup pintu kayu secara kasar hingga menimbulkan suara berdentum disertai getaran kecil. Tentu saja itu bukanlah hal yang biasa ia lakukan. Saat ini kepalanya terasa sangat pusing bagai berputaran tiada henti. Hua Yan terpaksa bersandar pada daun pintu sambil memegangi dadanya. "Untung saja aku masih bisa menahannya saat bersama Ah Yue!" Hua Yan masih berusaha untuk tetap berdiri walaupun tubuhnya terasa gemetar dan lemas. "Racun ini benar-benar ganas!" "A--aku ... tidak kuat lagi!" Detik selanjutnya, tubuh Hua Yan limbung dan jatuh bertumpu lutut. Perutnya terasa mual yang teramat sangat disertai dada sesak bagai terhimpit bebatuan. Gejolak memuntahkan darah kehitaman dengan uap panas mengepul dari cairan tersebut. "Rupanya murid durhaka itu telah berhasil melukaiku!" Hua Yan menggeram marah sambil menatap asap hitam yang menguar mengepul dari muntahan darahnya. "Jarum Bu
last updateLast Updated : 2023-01-30
Read more

27. UPAYA PENGOBATAN

"Guruuuuu!" Hua Wu segera berlari ke arah Hua Yan dan segera mengangkat tubuhnya. Tangis pemuda itu pecah seketika, hingga air matanya menjatuhi pipi pucat Hua Yan dalam pangkuannya. "Guruuu! Mengapa keadaan guru seperti ini?" "Bodoh! Mengapa kamu menangisi guru?" bisik Hua Yan saat merasakan hangat air mata muridnya bagai telah menyadarkan dirinya dari tidur sesaat. "Kamu mengganggu tidurku saja!" "Guruuu! Mengapa Guru masih bisa bercanda pada saat seperti ini?" Hua Wu memeluk sang guru sambil masih menangis. "Aku khawatir sekali, Guru!" "Diamlah, Bodoh! Cepatlah, bawa aku ke sana!" Hua Yan berusaha keras menggerakan tubuhnya untuk berpindah tempat dengan dibantu oleh Hua Wu. "Hati-hati, Guru!" Hua Wu berusaha keras menahan gerak tubuh sang guru yang sudah sempoyongan. Pemuda itu kemudian membaringkan Hua Yan di atas altar persemedian yang terbuat dari lempengan batu giok hitam murni. Fungsi dari batu giok hitam adalah menyerap racun dan menawarkannya secara alami, jika sang pen
last updateLast Updated : 2023-02-03
Read more

28. SELEBARAN KOMPETISI TAHUNAN

"Tewas?" Hua Wu tercekat mendengar kalimat dari mulut Guo Ying. Ia sungguh tak bisa membayangkan, jikalau hal seburuk itu terjadi pada sang guru. "Tidak! Itu tidak boleh terjadi!" Hua Wu berbisik seraya menggelengkan kepalanya berulang kali dengan perasaan takut. Takut yang teramat sangat membuat tubuhnya berkeringat dingin. "Guru! Itu tidak akan pernah terjadi pada guru!" "Maka dari itu kamu tenanglah dan biarkan kami yang menanganinya." Guo Ying berkata sambil mulai melakukan tugasnya. Gadis itu terlihat sibuk dengan berbagai alat yang dibutuhkan untuk pengobatan. "Tolong, selamatkan guruku!" Hua Wu berseru tiba-tiba saja berlutut di atas lantai. Air matanya berlinangan walaupun tanpa suara isakan. "Kami akan berusaha semampu kami." Hanya kalimat itu yang diucapkan oleh Guo Ying. "Baiklah, aku serahkan semuanya pada kalian berdua." Hua Wu akhirnya menyingkirkan diri dari tempatnya berdiri. Ia hanya bisa menatap cemas ke arah sang guru yang tengah dalam perjuangan melawan ra
last updateLast Updated : 2023-03-11
Read more

29. BERUNDING

"Siapa?" Jing Ling berseru dari dalam ruang kamarnya. "Ah Ling, ini Kami. Bolehkah kami masuk?" Suara itu adalah milik Hua Lin. "Aku datang bersama dengan Ah Fei!" 'Akhirnya mereka datang!' seru Jing Ling dalam hati. Tentu saja ia merasa sangat senang saat mengetahui Hua Fei dalam keadaan baik-baik saja. "Oh ya, Paman Kecil." Jing Ling menyahut sambil beringsut menyibak selimut. "Masuklah!" Pintu kamar terbuka secara perlahan hingga menimbulkan suara deritan kecil akibat pergesekan engsel yang sedikit alot oleh karat. Hua Fei dan Hua Lin segera muncul dan langsung melangkah masuk. "Ah Ling!" Hua Lin menyapa, sedangkan Hua Fei menutup pintu sebelum ia menyusul sang paman. "Apakah kedatangan kami mengganggu istirahatmu?" "Paman Kecil, Kakak Fei!" Jing Ling yang sudah merasa sedikit membaik pun segera bangun dan duduk bersandar pada dinding kayu. "Tentu saja tidak, Paman. Aku bahkan sedang merasa sangat jenuh dan bosan akibat berbaring seharian ini." "Adik Ling, bagaimana
last updateLast Updated : 2023-03-15
Read more

30. BERPURA-PURA SAKIT

"Bagaimana dengan ayahmu?" tanya Hua Lin sambil menatap Jing Ling dan Hua Fei secara bergantian. "Benar juga, ya?" Jing Ling menyahut. "Bagaimana cara melewatinya?" "Ini bagian tersulitnya." Hua Fei memang sudah menyadari sejak awal. "Menaklukan hati pamanku itu tak ubahnya seperti melelehkan es di musim dingin." "Lalu, bagaimana menurut kalian?" tanya Jing Ling sambil membaca ulang tulisan dalam kertas selebaran. "Selain hadiah tael emas yang sangat banyak ini, tujuan kita adalah belajar di akademi kekaisaran. Kita bisa belajar tanpa biaya selama tiga tahun penuh!" "Memang sangat menggiurkan. Tetapi bagaimana caranya agar pamanku menyetujui rencana kita?" Hua Fei menjadi bingung dibuatnya. Hua Lin tiba-tiba saja berseru, "Eeh, Ah Ling! Bagaimana kalau ...." Baru saja Hua Lin hendak mengutarakan gagasannya, pintu kamar secara tiba-tiba diketuk dari luar, pada saat mereka tengah sibuk memikirkan cara dan alasan untuk meminta ijin yang tepat agar direstui oleh Hua Yan. "Siap
last updateLast Updated : 2023-03-27
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status