Home / Pendekar / Kaisar Puncak Naga / Chapter 51 - Chapter 60

All Chapters of Kaisar Puncak Naga: Chapter 51 - Chapter 60

67 Chapters

51. RELA MEMBATALKAN PERNIKAHAN

Wajah Hua Fei menunjukkan kekhawatiran yang tidak dibuat-buat. "Sudah paman bilang, kalau paman tidak apa-apa. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan dari racun dalam tubuh paman. Apakah kamu lupa siapa pamanmu ini?" Hua Yan menepuk lembut bahu Hua Fei. "Aku adalah salah seorang dari tiga ahli racun yang ada di wilayah Kekaisaran Han ini. Aku bukan hanya dapat menekannya, tetapi juga pasti bisa membuat penawarnya." "Ah Fei tentu saja selalu ingat. Aku hanya tidak ingin racun itu akan menjadi pengganggu yang merepotkan paman nantinya." Hua Fei tetap merasa cemas. Hua Yan tersenyum lembut sebelum berkata, "Paman tahu akan kekhawatiranmu, Ah Fei. Tapi percayalah kalau paman akan baik-baik saja di bawah perawatan Tabib Guo. Beliau adalah adik seperguruan mendiang kakekmu, tentu saja Tabib Guo bisa dengan mudah mengatasi racun kecil ini." Walaupun Hua Yan mengatakan kalau itu hanya racun kecil, tetapi sesungguhnya ada suatu hal yang masih menjadi ganjalan pikiran pria tersebut, yaitu ten
last updateLast Updated : 2024-03-06
Read more

52. MENGANTAR BARANG

Hua Fei yang baru saja selesai merapikan pakaian Hua Yan pun segera menghadapkan muka ke wajah sang paman. Ada kecemasan pada cahaya matanya yang tak dapat disembunyikan. Hua Yan tersenyum, menepuk bahu Hua Fei dengan lembut. Pria itu kemudian berkata sambil berjalan menuju ke pintu keluar. "Kita serahkan saja semuanya pada takdir." Hua Fei merasa sedih dan tidak puas dengan jawaban Hua Yan. Dia lalu mengikuti langkah pria yang merupakan pelindung terbesarnya. Jika Hua Yan saja berkata demikian, bukankah itu artinya jikalau racun itu sebenarnya tidak mudah ditangani? Hua Fei tidak berharap apa pun selain daripada kesehatan sang paman, orang yang merupakan satu-satunya saudara muda mendiang sang ayah. "Sepertinya paman mencoba untuk membuatku tenang. Tapi itu justru membuatku hatiku semakin gelisah. Setelah ini, aku akan mencari tahu tentang racun yang ada di tubuh paman." Hua Fei berkata dalam hati sambil terus mengikuti Hua Yan. Mereka meninggalkan ruang perpustakaan dan langsun
last updateLast Updated : 2024-04-13
Read more

53. JING YANXI TAK BERDAYA

Jing Yunxi terkejut bukan buatan atas sikap Jing Yanxi. Dia bahkan menoleh tanpa sadar dengan mata terbelalak lebar. Gadis itu berharap, jika telinganya tak bermasalah atau sedang tidak salah dengar, tetapi ini juga terlalu mustahil untuk bisa dipercaya. "Kak, apakah aku tidak salah dengar? Bukankah tadi Kakak baru saja marah-marah dan tidak ingin masuk?" Jing Yunxi berbalik badan dan menatap tak percaya pada Jing Yanxi. Penatua Luo bingung sampai tak tahu harus berkata apa. "Ini ...." Jing Yanxi dalam hati diam-diam mengutuk adiknya yang sangat tidak peka. "Dasar gadis bodoh!" Memangnya jika dia bersikap tidak baik pada Jing Yue, siapa yang berani melawan wanita ini? "Bibi Yue, jangan hiraukan ucapannya. Yanxi ini benar-benar sangat tulus dalam meminta maaf atas segala kesalahanku tiga hari yang lalu. Selain ganti rugi atas ular-ular itu, kami juga membawa banyak barang hadiah sebagai permintaan maaf." Jing Yanxi menunjuk ke arah semua barang bawaan mereka untuk kediaman
last updateLast Updated : 2024-05-27
Read more

54. KOMPENSASI

Jing Yanxi meremas kain yang menutupi lututnya. Perasaan pemuda itu sangat berantakan dan marah saat mengingat kejadian tersebut. Dirinya sungguh tidak berdaya dengan ancaman Jing Cheng, ayahnya. 'Kalau saja si pria tua sialan tidak mengancamku dengan hal yang paling menakutkan itu, mana mungkin aku mau meminta maaf kepada si anak pengkhianat seperti Jing Ling?' Jing Yanxi menggerutu dalam hati dengan perasaan tertekan. "Sekarang mari kita lihat barang bawaan kalian itu!" Suara Jing Yue mengejutkan lamunan Jing Yanxi. Akibat terkejut, tubuh Jing Yanxi sampai sedikit terlonjak hingga dadanya menjadi kacau. "Oh, silakan, Bibi!" Ia segera menyahut dengan dada masih berdetak cepat. Pemuda itu lalu melambaikan tangan ke arah para pengawal. "Bawa ke mari semua barang itu!" "Baik, Tuan Muda!" Enam orang pengawal Keluarga Jing menyahut secara bersamaan. Mereka langsung melakukan perintah anak majikannya dengan membuka penutup kotak kayu satu per satu dan semuanya menampilkan ba
last updateLast Updated : 2024-06-21
Read more

55. HUJAN DALAM HATI

"Bibi, Apakah Anda memiliki suatu jalan keluar untuk masalah ini?" Mata Jing Yunxi tiba-tiba membinarkan kilau harapan. "Tentu saja ada. Tapi ini adalah masalah orang tua yang hanya bisa dibicarakan dengan para orang tua saja. Kalian sudah tidak perlu lagi ikut memikirkannya." Dari nada perkataannya, Jing Yue seperti sengaja menekankan sesuatu. Jing Yunxi tiba-tiba merasa cemas tanpa alasan. Hatinya menjadi berkedut sakit. 'Apa yang sedang direncanakan oleh Bibi Yue ini sebenarnya? Mengapa akulah yang sekarang merasa gelisah saat memikirkannya?" "Apakah Itu artinya ganti rugi dan hadiah kompensasi ini juga diterima?" tanya Penatua Luo, penuh harap. Ia tak ingin tuannya kecewa dan memarahinya nanti. Sudut bibir Jing Yue tertarik ke atas sebelum menjawab. Ia mengibaskan tangannya. "Tidak. Kalian bawa kembali semua barang-barang itu, termasuk Ular Cincin Darah. Berada di sini pun sudah tak ada gunanya. "Tapi ...." Penatua Luo ingin mengatakan sesuatu, tapi Jing Yue segera me
last updateLast Updated : 2024-08-01
Read more

56. PERSIAPAN PERJALANAN

Sementara itu, Jing Ling mulai mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan untuk perbekalan selama perjalanan. Salah seorang pengasuh Jing Ling juga ikut terlibat di dalam kesibukan tersebut. Di sudut ruangan, Su Ruo, pengasuh setia Jing Ling, tengah melipat pakaian dengan penuh perhatian. Jemarinya yang halus bergetar ringan, seolah setiap helai kain membawa beban emosi. "Tuan Muda." Suara Su Ruo terdengar serak, ada kegetiran yang tak bisa ia sembunyikan. "Kali ini Anda akan pergi ke tempat yang asing dan jauh. Bibi harap, Anda berhati-hati dan tidak ceroboh." "Hemm." Jing Ling hanya merespons dengan gumaman kecil sambil membungkus tombaknya yang baru dengan sehelai kain merah, ia menatap Su Ruo sekilas dengan pandangan acuh tak acuh. Su Ruo melanjutkan dengan suara yang lebih lirih, hampir seperti bisikan, "Anda juga harus mengikuti nasihat Tuan Besar. Jangan sampai merepotkan beliau selama dalam perjalanan nanti." Jing Ling dengan sikap tenang berkata, "Bibi Ruo jangan
last updateLast Updated : 2024-09-09
Read more

57. PENGATURAN RAHASIA

Hua Yan dan Jing Yue menghentikan aktivitas mereka, saling memandang dengan tatapan rumit disertai sedikit kekecewaan. Keduanya mengatur napas dan masing-masing berusaha menenangkan diri. "Ibu, tidakkah Ibu ingin mengucapkan sesuatu padaku sebelum aku pergi?" Suara Jing Ling mengejutkan kedua orang tuanya. "Bocah nakal itu lagi!" Hua Yan sedikit merasa kesal dengan suara teriakan dari balik pintu. Hua Yan mendengus kecil, lalu melepaskan pelukannya dengan sedikit enggan. Jing Yue sendiri hanya tersenyum tipis melihat kekecewaan di wajah suaminya, lalu kemudian menyahut, "Sebentar, Ah Ling. Ibu sedang menyiapkan semua keperluan untuk ayahmu." Di balik pintu, Jing Ling mengerutkan kening dengan sedikit pertanyaan dalam hati. Sebenarnya, apa yang sedang orang tuanya lakukan di dalam sana pada siang hari panas seperti ini? Namun, ia tak ingin terlalu memikirkannya. Akhirnya, pemuda itu berkata, "Baik, Ibu. Maafkan kalau aku sudah mengganggu Ibu dan Ayah. Aku akan menunggu di luar
last updateLast Updated : 2024-09-29
Read more

58. JIMAT?

"Maka saya akan mendesaknya!" Mu Lei tiba-tiba berkata tegas.Mu Lei adalah orang luar yang pernah diselamatkan oleh Hua Yan pada tragedi berdarah Suku Mu lima tahun lalu, saat terjadi pemberontakan salah satu kubu 'pakaian kotor' yang berselisih dengan kubu 'pakaian bersih' Suku Mu, dan itu membuatnya nyaris mati terpenggal.Namun, rupanya dewa mengirim Hua Yan pada waktu nyawanya sudah di ujung tanduk. Ia pun lolos dari kematian di mata pedang milik Mu Yan, pengkhianat Suku Mu, dan semua itu berkat pertolongan Hua Yan.Semenjak saat itu, ia bertekad untuk mengabdikan seluruh hidupnya demi membalas jasa kepada dewa penyelamatnya. Meskipun Hua Yan sudah membebaskan dan tidak mengungkit lagi tentang hal tersebut, Mu Lei tetap bersikeras untuk menjadi penjaga bagi Hua Yan dan keluarganya."Baiklah. Kita lihat saja nanti," Tetua Hua Lei yang bicara kali ini.Semua orang hanya bisa berharap kalau Hua Yan tidak keberatan dengan persiapan keamanan yang mereka lakukan kali ini.*****Sementa
last updateLast Updated : 2024-09-30
Read more

59. SI BODOH HUA FENG

"Bodoh!" Sambil mengumpat, Hua Lin melayangkan satu tamparan secepat lesatan anak panah yang langsung menghantam pelipis Hua Feng."Aaah!" Hua Feng terpekik keras hingga beberapa orang menoleh ke arahnya. Hua Lin tak peduli dengan tatapan orang-orang di sekitarnya. Ia lanjut mengomeli Hua Feng. "Tentu saja itu bukan jimat, melainkan sesuatu untuk menangkal bahaya kelaparan!"'Mengapa aku bertemu orang sebodoh dia?' Hua Lin merasa sial dalam hal ini.Hua Feng tak sempat mengelak. Pukulan itu tidak terlalu keras, tetapi cukup membuat tubuhnya terhuyung ke samping, hampir kehilangan keseimbangan.'Penangkal bahaya kelaparan, bukankah itu makanan?' pikir Hua Feng yang mulai mengerti maksud seniornya ini.Hua Feng mengusap pelipisnya yang sedikit memanas. Ia mengerang kesal. "Tuan Muda, kamu menyiksaku lagi!""Tuan Muda selalu saja begitu, padahal aku hanya bertanya, tapi Tuan Muda malah menindasku." Raut wajah Hua Feng berubah sedih, bibirnya mengerucut hingga ia tampak lucu. "Tuan Muda
last updateLast Updated : 2024-10-01
Read more

60. SEDIA PAYUNG SEBELUM HUJAN

Di kejauhan, Jing Ling dan Hua Fei sudah berdiri menunggu di bawah pohon maple sembari menyaksikan kesibukan para pelayan. Mereka tampak siap untuk perjalanan panjang yang akan segera mereka tempuh.Sebenarnya, Hua Fei merasa ada suatu firasat aneh yang tak bisa ia jelaskan dengan kata-kata, tetapi perasaan itu terus-menerus mengganggu pikirannya. Pemuda itu larut dalam diam hingga beberapa waktu dan hal tersebut dapat segera ditangkap oleh sang keponakan.Jing Ling menyiku lengan Hua Fei. "Eh, Kakak Fei, ada apa denganmu? Apakah kamu merasa tidak tega untuk pergi dari tempat ini, atau ....""Kakak Fei sedang merindukan Yunxi, adik sepupuku yang cantik jelita itu?" Jing Ling sengaja menggoda Hua Fei dengan mengungkit masalah Jing Yunxi. "Apa kamu sudah merasa rindu padanya bahkan sebelum kamu pergi?"Mendengar nama Jing Yunxi disebutkan, seketika darah Hua Fei terasa berdesir dingin, seolah-olah puluhan jarum tajam menusuk jantungnya. Sensasi perih itu merayap cepat, menyesakkan dadan
last updateLast Updated : 2024-10-02
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status