Semua Bab Kaisar Puncak Naga: Bab 11 - Bab 20

67 Bab

11. BAKU HANTAM

"Hah! Kau pikir kami takut pada jurus murahanmu itu?" Anak lelaki berbadan sedang dengan sebuah tahi lalat pada kiri hidungnya maju dan langsung menyerang Hua Fei secara serampangan. Suara pekikan keras terdengar dari arah arena perkelahian antara Hua Fei dan 6 orang anak buah Jing Yanxi. Seseorang terpental dari lingkaran perkelahian kecil dan 5 orang lainnya segera menghentikan gerakan penyerangan. "Genduuuuut!" Para pengikut Jing Yanxi yang lain berteriak histeris. Mereka semua terlihat berang setelah jatuhnya kawan mereka di tangan Hua Fei. "Majulah kalian semua jika ingin merasakan tinjuku ini!" Hua Fei mengepalkan tinjunya dengan sikap menantang yang dia buat seangkuh mungkin. Salah seorang dari mereka berteriak lantang, "Hua Fei, kamu benar-benar membela anak dari si pengkhianat ituuuu!" "Tidak usah banyak bicara!" Hua Fei membentak dan tidak memedulikan perkataan mereka, tentang ayah dari Jing Ling. Baginya, dia akan berada di garis depan saat saudaranya dalam bahaya. "Ay
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-09-23
Baca selengkapnya

12. KEADAAN TERBALIK

"Tuan Muda Jing Yanxi yang terhormat Sepertinya, sekarang Anda sudah sangat nyaman berada di bawah kakiku ini." Jing Ling berucap sembari berkacak pinggang. "Bukankah tadi, kau yang ingin menjadikan kami berdua alas kaki?" "Ji-Jing Ling!" Jing Yanxi mendesis penuh kemarahan namun dia tak berdaya sama sekali. "Rasakan akibat dari kesombonganmu, Yanxi!" Jing Ling kembali tertawa sambil berkacak pinggang. Dia merasa puas bisa membalas sakit hatinya kepada anak dari Jing Cheng yang merupakan saudara sepupu lelaki Jing Yue ibunya. "Jing Ling, Aku akan membalasmu!" Jing Yanxi mendengus marah. Jing Ling merasa geli sehingga ia tertawa panjang dengan nada mengejek dan berkata, "Tuan Muda Jing yang terhormat. Seharusnya, sejak awal kamu pikirkan terlebih dahulu akibatnya. Kamu ini tidak lebih dari seorang pecundang yang tak akan pernah bisa mengalahkan seorang Jing Ling!" "A--aku masih be--belum kalah darimu, Jing Ling!" Jing Yanxi berusaha keras untuk bangkit dari tindasan adik sepupunya
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-09-24
Baca selengkapnya

13. ULAR LEPAS

"Kamu!" "Huh! Apa kamu pikir aku dengan takut dengan ancamanmu itu?" Jing Yunxi mencibirkan mulutnya ke arah Jing Yanxi. Jing Yanxi merasa sangat geram dalam hati atas sikap dan perbuatan adiknya. Namun, ia juga tak mungkin melawan para pengawal yang diutus oleh ayahnya yang tentu saja mereka memiliki kemampuan di atas dirinya. "Huh, selamat menikmati hasil dari perbuatanmu!" Jing Yunxi mencibirkan bibirnya ke arah punggung sang kakak. 'Berani mengusik calon suamiku, maka rasakan akibatnya nanti!' gumam Jing Yunxi dalam hati. Setelah kepergian Jing Yanxi, gadis itu beralih menatap kepada Hua Fei. "Kakak Fei! Kakak Fei tidak apa-apa?" Jing Yunxi berjongkok dan membantu Hua Fei untuk bangkit. Kecemasan membayang di kedua bola mata gadis cantik berpakaian serba merah saat melihat kondisi lelaki muda yang diam-diam dikaguminya ini tampak sangat tidak baik-baik saja. "Aku tidak apa-apa. Jangan khawatir!" Hua Fei menyahut sambil menyeka darah di sudut bibir dengan menggunakan ujung
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-09-26
Baca selengkapnya

14. PIL AWET MUDA

"Bagaimana ini? Apakah kami tidak akan bisa lolos ke tahap selanjutnya?" Mereka butuh waktu selama enam bulan untuk bisa memasuki ujian tahap lanjut pada kelas racun di Sekte Lembah Berawan. Meskipun dirinya dan Jing Ling adalah para calon ketua sekte yang akan datang, tetapi mereka berdua harus tetap menjalani pembelajaran sesuai peraturan sekte yang telah diterapkan. Terlebih lagi, mereka murid pribadi dari Hua Yan sang ketua sekte. "Kakak Fei, maaf! Kami tidak tahu, betapa berartinya mereka untuk kalian berdua." Jing Yunxi berucap dengan nada lirih penuh penyesalan. "Kalau saja kami tahu bahwa mereka sudah dilumpuhkan, mungkin kami tidak akan membunuh mereka semua. Kakak Fei ... maaf!" "Sudahlah. Lagi pula nasi sudah menjadi bubur. Aku juga mengerti dengan ketakutan kalian," ucap Hua Fei dengan tenang. Raut wajahnya tidak menunjukkan sedikit pun rasa dendam atau pun benci. Hal itulah yang membuat Jing Yunxi menjadi semakin menaruh simpati yang kian mendalam pada anak lelaki ini.
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-09-26
Baca selengkapnya

15. PAMAN KECIL

"Nona, bukankah itu memang tidak pantas?" Suara seorang pria muda lain terdengar dari bawah sebatang pohon pucuk merah yang rimbun dan rindang. "Sebaiknya, sekarang kamu segera pulang saja!" "Itu bukan urusanmu aku mau di mana!" Jing Yunxi menyahut dengan nada acuh tak acuh pada seorang lelaki muda yang sedang berdiri bersandar pada batang pohon tersebut. "Heh! Mau apa kamu ke mari?" Anak muda yang baru saja datang tampak sangat acuh tak acuh kepada gadis cantik ini. Jika dilihat dari sikap keduanya, mereka terlihat sama-sama tidak saling menyukai. Meski demikian, para pengawal wanita yang datang bersama dengan Jing Yunxi pun tetap memberi hormat kepada lelaki muda tersebut. "Bukankah seharusnya aku yang bertanya padamu, sedang apa kamu di sini?" Sepertinya, anak itu sudah berada di sana cukup lama. Namun, dia terlihat enggan mendekati Jing Yunxi. "Seorang gadis mencari laki-laki. Bukankah itu sangat tidak pantas?" Jing Yunxi yang mulai geram itu pun, akhirnya membentak, "Diam kamu
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-09-27
Baca selengkapnya

16. DOA IBU

"Apa?" Jing Yue yang tengah menyiapkan makanan untuk anak-anaknya merasa sangat terkejut, saat pendengarannya menangkap nama anak lelakinya disebut. Wanita itu berlari secepat kijang menuju ke arah sumber suara keributan. "Ah Ling, ada apa dengan anakku?" "Nyonyaaa! Tuan muda, Nyonyaaa!" Dari kejauhan Seorang pelayang wanita datang dengan berlari-lari hingga napasnya bagai hendak terputus. Jing Yue bergegas menghampiri wanita pelayan kediamannya. "Ada apa dengan Ah Ling?" "Nyo--Nyo ... Nyonya!" "Ah Ruo, katakan ada apa?" Jing Yue semakin merasa penasaran, hingga dia mendesak wanita yang sedang terengah-engah sembari memegangi dadanya. Su Ruo berusaha keras mengatur pernapasannya yang kacau dan terengah-engah. "Tu--tuan muda pi--pingsan!" "Apa?" Jing Yue terkejut bukan buatan. "Pingsan? Ah Lingku pingsan?" Su Ruo menganggukan kepalanya dengan wajah cemas. "Benar, Nyonya. Para pengawal dari Keluarga Jing yang membawa Tuan Muda Jing Ling." "Pengawal Keluarga Jing? Bukankah itu ar
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-09-28
Baca selengkapnya

17. SEKERAS BATU

Jing Ling merasa senang akan semua doa yang diucapkan oleh ibunya, meski dalam hati kecilnya dia berucap, "Banyak sekali doa ibuku. Apakah semua akan terwujud?" "Benarkah itu, Ibu?" bertanya Jing Ling yang masih dalam pelukan ibunya. Dia sungguh berharap, jika doa ibunya akan benar-benar terwujud. "Tentu saja itu benar. Doa baik seorang ibu untuk anaknya, pasti akan terkabul!" Jing Yue menjawab dengan penuh keyakinan, dia membelai rambut Jing Ling yang hitam, lebat, lurus dan panjang. Namun, dalam hati Jing Yue berkata, "Aku harus mengadakan perhitungan dengan pria itu! Apakah dia benar-benar tidak bisa menjaga anaknya, supaya bisa sedikit bersikap baik kepada kami? Benar-benar tidak bisa dibiarkan!" Pada saat itu juga, tiba-tiba Jing Yue teringat kepada dua tuan muda lainnya. "Ah Fei dan Ah Lin! Di mana mereka?" "Kak Fei?" Sebarisan orang berseragam pengawal Keluarga Jing berjalan mengiringi Jing Yanxi sang tuan muda mereka. Barisan tersebut bergegas mengawal anak pertama dari
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-09-29
Baca selengkapnya

18. MENUNTUT KEADILAN

"Ibumu?" Jing Feng terlihat terkejut dengan kejujuran anaknya ini. Pria itu bergumam dalam hati. 'Jia Yan yang bercerita pada anak ini?' 'Jadi, sesungguhnya dia masih menyimpan perasaan dendam pada Pendekar Dewa Mabuk itu?' Jing Cheng terlihat serius kali ini. 'Tidak bisa terus dibiarkan! Hal ini akan merusak hubunganku dengan Ah Yue dan Hua Yan!' "Mengapa harus kamu dengarkan cerita ibumu? Bahkan kalau itu adalah hal yang benar, tidak seharusnya kamu ikut campur urusan mereka!" Jing Cheng berusaha menasehati sang anak. "Sekarang kamu harus menghadap pada Bibi Yue dan meminta maaf kepada mereka!" "Aku tidak mau!" Jing Yanxi berteriak dengan suara lantang. "Lancang!" Jing Cheng membentak dengan suara tinggi penuh kemarahan. "Ayah! Pokoknya aku hanya tidak ingin bergaul dengan anak seperti dia! Dia bahkan tak lebih baik dari seekor keledai!" Jing Yanxi menyahut perkataan sang ayah dengan tanpa ragu. "Dia hanya anak lemah yang tidak akan pernah bisa mengalahkan aku!" "Maaf, Ayah!
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-09-30
Baca selengkapnya

19. SEBUAH PERHITUNGAN

"Tenanglah, Ah Lin! Kakak tidak akan marah pada mereka. Justru kakak akan menuntut pertanggungjawaban Jing Cheng atas apa yang telah dilakukan oleh anaknya." Jing Yue berbicara sambil menahan perasaan marah namun tetap berusaha tenang di hadapan pria muda ini. "Kakak akan menuntut keadilan untuk kalian!" "Tapi, Bibi!" Hua Fei merasa keberatan dengan niat Jing Yue. "Tapi, Bibi. Aku khawatir nantinya dia akan menjadi lebih mendendam kepada kami dan Adik Ling yang terus ditindas oleh pemuda itu," sahut Hua Fei yang merasa keberatan dengan rencana Jing Yue. "Ah Fei, kalau pemuda manja dan sombong seperti si pongah itu tidak diberi pelajaran, mungkin dia akan terus menindas siapa saja dengan sesuka hati. Kau ingatlah tentang Nona Xiao Lu! Dia juga kerap ditindas olehnya!" Hua Fei bergumam, "Nona Xiao Lu ...." Hua Fei masih ingat dengan sangat baik nasib nona bertubuh gemuk yang selalu mengejar-ngejar Jing Yanxi. Gadis itu selalu menerima hinaan dari pria muda yang disukainya. Namun, X
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-10-02
Baca selengkapnya

20. MENDATANGI JING CHENG

"Bibi bawa saja ke balai pengobatan dan mintalah paman Wuxue untuk mengawetkannyaaa!" Hua Lin kembali berseru dari kejauhan seraya mengangkat salah satu tangannya. "Oh, baiklah." Gadis pelayan itu bergidik geli saat harus mengangkat keranjang bambu yang kotor oleh darah ular. "Menjijikan sekali!" Sementara itu, Hua Lin dan Hua Fei segera kembali ke kamar masing-masing. Hua Fei sendiri langsung mendapatkan perawatan atas luka-lukanya. Sebagai salah seorang dari tiga tuan muda Keluarga Yang, dia memang sangat diistimewakan. Begitu pula dengan Hua Ling yang juga mendapatkan perlakuan sama dengan dua tuan muda lainnya. Di tempat lain .... "Ah Cheeeeng! Keluar kau!" Jing Yue berteriak di depan paviliun yang menjadi kediaman yang ditempati oleh Jing Cheng saudara sepupu lelakinya. Beberapa pria pengawal segera mengepung wanita cantik yang telah menghunus pedangnya. Tatapan Jing Yue menyiratkan kemarahan yang telah berkobar. "Nyonya Yue, bisakah Anda bersikap sedikit baik dan tidak mem
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-10-02
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
DMCA.com Protection Status