Semua Bab Tragedi Pernikahan Paksa: Bab 71 - Bab 80

99 Bab

Bab 71

Bab 71Semuanya mengucapkan syukur dan memberi selamat atas pernikahan yang resmi digelar. Bahkan Gunadi akhirnya merasa lega setelah putrinya mendapatkan pria yang baik untuk mendampingi hidupnya, meskipun awalnya dia menyesali karena memaksa pria itu untuk menikahi Melati yang saat itu tengah hamil lima bulan.Gunadi berdiri di balkon kamarnya setelah mendapatkan sebuah pesan yang masuk ke ponselnya.[Jangan berbahagia dulu, Gunadi! Kau tentu tahu apa yang akan dilakukan oleh Edwin Jika dia sampai tahu apa yang telah kau perbuat kepada keluarganya, hingga menyebabkan ayahnya mati secara mengenaskan!] Mata pria itu membulat sempurna sambil menelan ludahnya yang terasa getir di tenggorokan.Gunadi tahu siapa pengirim pesan itu. Teguh. Ya, hanya pria itu yang sanggup melakukannya, lagi pula dalam kejadian itu tidak ada yang mengetahui kecuali Gunadi dan Teguh sendiri yang memberi perintah.Tak ingin diintimidasi begitu saja, Gunadi segera menghubungi nomor ponsel tersebut. Hingga be
Baca selengkapnya

Bab 72

Bab 72Setelah Edwin mengirimkan pesan itu beserta dengan nomornya, Jovan mulai berusaha untuk menemukan siapa pengirimnya. Dia segera meminta bantuan kepada rekannya yang seorang ahli retas. Membutuhkan waktu sekitar 30 menit lamanya hingga akhirnya balasan pun datang dari temannya, yang mengatakan lokasi dan siapa si pengirim yang ternyata setelah diselidiki, itu berasal dari nomor Teguh yang baru."Jadi benar Teguh yang melakukannya? Apa kau yakin dia orangnya?" tanya Edwin penasaran setelah telepon tersambung ke Jovan."Tentu saja aku yakin, Ed. Temanku adalah seorang ahli retas dan dia bisa melacak apapun itu. Makanya aku tidak terlalu kesulitan. Kau tahu bukan, ketika ponsel Melati rusak saat insiden di kamarmu waktu itu? Aku menemukan fakta jika Melati meminta pertolongan kepada Bian karena ketakutan. Dan bukan salah wanita itu yang membawa Bian ke rumahmu.""Lalu kenapa kamu tidak mengatakan hal itu kepadaku dan baru memberitahunya sekarang?" kesal Edwin karena Jovan memenda
Baca selengkapnya

Bab 73

Bab 73Edwin dan Melati saling berpegangan tangan menuju ke peternakan yang jaraknya beberapa puluh meter dari rumah utama. Di sana tampak Gunadi masih berdiri dengan gelisah ketika mereka berdua menghampirinya."Ayah." Melati memanggil ketika Gunadi langsung berbalik menatap ke arahnya. Tak jauh dari mereka, beberapa orang tengah sibuk memilah hewan yang telah menyembelih, dengan darah di mana-mana dan bersiap untuk dibawa ke pengepul."Bagaimana semuanya, Ayah?" tanya Edwin sambil memindai keadaan sekitar yang memang tidak baik-baik saja.Gunadi mendesah berat. Dia tidak menyangka dengan apa yang sudah dilakukan oleh Teguh. Perbuatan yang sama sekali tidak bisa dimaafkan."Seperti yang kalian lihat, banyak sapi yang terkena racun dan terpaksa harus disembelih.""Dan ayah tahu siapa pelakunya?" Gunadi mengangguk kemudian menatap Edwin dengan serius."Teguh! Dia pelakunya. Dia mungkin pamanmu, tapi kau adalah menantuku sekarang, dan suami dari anakku. Tentunya kau tidak akan membia
Baca selengkapnya

Bab 74

Bab 74Teguh tersenyum sinis. Dia bersama beberapa orang datang ke tempat di mana Gunadi memintanya untuk bertemu.Senyum terukir di bibirnya ketika melihat seseorang yang berada di samping Gunadi tengah menggendong bayi yang diselimuti dengan kain putih. Tampak bayi itu menggeliat, mungkin karena udara yang sangat dingin."Jadi dia adalah putraku?" Gunadi segera mengangguk. "Cepat serahkan dia padaku," ucapnya tak sabar ingin segera melihat putra yang sudah dilahirkan oleh Melati tersebut. Namun demikian, tentu saja Gunadi tidak menyetujuinya secepat itu."Apakah itu artinya kau tidak akan pernah lagi mengganggu hidupku dan keluargaku?" tanyanya untuk memastikan. Walau bagaimanapun dampak perbuatan yang dilakukan oleh Teguh membuat usahanya merugi cukup besar.Hahaha! Teguh tertawa lepas. "Rupanya banyak sekali yang kau takutkan, Gunadi! Tapi kau jangan khawatir, setelah aku memastikan jika bayi ini adalah benar-benar anakku, maka kupastikan hidupmu akan aman kedepannya. Tapi tentu
Baca selengkapnya

Bab 75

Bab 75Suara gedoran kasar terdengar dari ruang bawah. Dena yang curiga ada seseorang yang tengah melakukan kekerasan di tempat itu, segera naik ke lantai dua dan menutup pintu kamar Melati, saat wanita itu tengah menidurkan si kecil Diandra di tempat tidurnya."Ada apa, Ma?" tanya Melati dengan dingin, menatap raut khawatir di wajah ibu tirinya tersebut. Disaat yang sama, suara gedoran pintu makin terdengar kasar dari pintu utama dan membuat kening Melati berkalut dalam."Seseorang telah memukuli para penjaga di depan, dan sepertinya memaksa untuk masuk ke rumah." Dena bersuara dengan cemas."Apa?" Melati langsung berdiri dan segera mengunci pintu kamarnya. Namun terlambat, ketika derap langkah suara sepatu beberapa orang mulai naik dan mendobrak paksa pintu kamarnya. Dena dan Melati langsung mundur, tak lupa mengambil si kecil dari tempat tidur dan memeluknya dengan erat.Pada hitungan ketiga pintu, langsung terbuka dan beberapa orang tampak menyeringai menatap ke arah mereka yan
Baca selengkapnya

Bab 76

Bab 76Entah jam berapa hingga akhirnya Melati terbangun dari tidurnya. Hanya saja ketika dia membuka mata, ternyata sudah pagi. Terlihat dengan tanda matahari sudah muncul ke permukaan, ditambah lagi kicau burung yang hinggap di dahan pohon, membuatnya kembali mengerjapkan mata, langsung bangun dan duduk.Melati langsung terkejut dengan nyawa yang masih belum terkumpul. Di sana ada Teguh yang duduk di kursinya sambil memandang ke arahnya dengan senyum yang terukir di bibirnya, membuat Melati seketika mundur dan ketakutan."Apa yang sedang kau lakukan di sini? Cepat lepaskan aku dan biarkan aku pergi sekarang juga!" ujarnya dengan perasaan marah, menatap ke arah pria yang seperti tidak memiliki perasaan sama sekali. Teguh tidak terlihat terganggu dengan ucapannya dan masih diam di tempatnya tanpa bergerak sama sekali."Melati, Melati. Cukup bicaranya, Sayang. Sebaiknya kau segera membersihkan dirimu karena kita akan segera sarapan bers
Baca selengkapnya

Bab 77

Bab 77"Apakah anda yakin akan membawanya untuk menemui Bu Anita, Bos?" tanya seorang bodyguard pribadi yang selalu menjaga Teguh kemanapun dirinya pergi."Tentu saja aku yakin akan hal itu.""Lalu bagaimana jika anda mendapatkan reaksi tak terduga dari wanita itu?" Pria yang memakai jaket kulit berwarna hitam itu merasa penasaran. Pikirnya, setiap wanita pasti akan marah jika mengetahui jika suaminya memiliki anak dari perempuan lain. Dan ia pun ragu jika Anita akan begitu saja menerima anak yang tengah digendong oleh Teguh barusan."Justru aku membawanya ikut menemui Anita untuk mengambil langkah selanjutnya.""Maksud, Anda?" tanya pria itu dengan alis bertautan. Sejujurnya dia makin tidak mengerti dengan maksud Teguh sebenarnya."Kau terlalu banyak bertanya. Tapi tidak apa-apa, mumpung perasaanku sedang baik, aku akan menceritakan sedikit padamu. Jika Anita bisa menerima Giandra dalam pelukannya dan mau mengurusnya hingga bayi ini besar, maka aku akan tetap mempertahankannya disis
Baca selengkapnya

Bab 78

Bab 78Tok tok tok!Suara pintu yang diketuk, membuat Edwin yang tengah duduk di sofa sambil memijat kepalanya yang terasa berat, segera beranjak dan membuka pintu.Dia sedikit terkejut ketika melihat Anita berdiri di sana dengan tangisnya yang berderai."Tante Anita, apa yang terjadi? Ayo, masuklah," ajak Edwin karena tidak tega melihat tantenya berdiri di sana"Siapa yang datang, Ed?" Candra yang kursi rodanya didorong oleh seorang perawat baru, penasaran. Perawat itu sendiri yang sudah menggantikan Wina yang telah tiada."Tante Anita, Kek." Sedikit terkejut, tak urung membuat Candra menyuruh cucunya untuk membawa wanita itu masuk, apalagi melihat sekilas keadaannya yang tidak baik-baik saja."Jika kau ingin curhat tentang masalah dengan suamimu, kau tahu kan tempatmu bukan di sini," ujar Candra mengingatkan. Berharap Anita paham bahwa hubungannya bersama dengan Teguh tidak berjalan sempurna, sejak beberapa tahun yang lalu. Bahkan sejak kejadian itu, Teguh dilarang untuk berkunj
Baca selengkapnya

Bab 79

Bab 79"Apa itu? Apa yang sebenarnya hendak kakek katakan padaku? Kenapa terlihat serius sekali?"Candra mendesah berat."Ini tentang kejadian yang menimpa ayahmu saat kecelakaan itu." "Apa?!" Edwin menatap tak percaya ketika Candra mengangguk sekilas dan menyuruhnya untuk duduk di sampingnya."Kau tahu kan jika kakek menyelidiki kasus itu tak lama setelah ayahmu meninggal di tempat kejadian.obil yang kalian gunakan adalah mobil baru dan tidak mungkin jika remnya blong, apalagi hingga membuat kendaraan itu lepas kendali dan akhirnya menabrak mobil tronton di depannya, hingga akhirnya hampir masuk jurang. "Jadi, maksud kakek itu semua ada hubungannya dengan seseorang?" tanya Edwin dengan perasaan tidak sabar."Kau benar. Seseorang telah merencanakan semua ini, dan selama ini kakek menyimpannya seorang diri tanpa pernah mau menceritakannya kepada siapapun. Alasannya karena kakek masih menjaga nama baik orang itu. Namun ternyata meskipun dia orang terdekat kita, nyatanya dia tidak leb
Baca selengkapnya

Bab 80

Bab 80Edwin turun dari mobilnya diikuti beberapa orang anak buahnya, memindai sekeliling tempat itu yang tampak sepi. Lampu luarnya menyala dengan terang, namun bagian dalamnya terlihat gelap terbukti dari kaca yang menggelap."Apa anda yakin jika Bu Melati dan anaknya ada di sini, Tuan?" tanya salah seorang pengawal bertanya kepada Edwin yang berdiri di depannya."Aku tidak tahu, tapi sepertinya aku ragu." Pria di belakangnya ikut mengangguk, kemudian dengan segera masuk ke dalam halaman itu, yang rupanya gerbangnya tidak terkunci. Setelah memastikan tidak ada orang di sekitar sana, mereka pun masuk ke pintu utama dengan menjebol dari jendela. Edwin sigap mencari saklar lampu hingga beberapa saat kemudian, ruangan Itu tampak terang benderang dan suguhi dengan pemandangan sepi. Tidak banyak barang di ruangan itu, namun Edwin menduga juga Melati sempat datang ke sana. Terbukti ruangan itu sedikit terlihat rapi.Matanya mulai mengedar ke berbagai sudut ruangan, hingga akhirnya naik
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
5678910
DMCA.com Protection Status