Bab 78Tok tok tok!Suara pintu yang diketuk, membuat Edwin yang tengah duduk di sofa sambil memijat kepalanya yang terasa berat, segera beranjak dan membuka pintu.Dia sedikit terkejut ketika melihat Anita berdiri di sana dengan tangisnya yang berderai."Tante Anita, apa yang terjadi? Ayo, masuklah," ajak Edwin karena tidak tega melihat tantenya berdiri di sana"Siapa yang datang, Ed?" Candra yang kursi rodanya didorong oleh seorang perawat baru, penasaran. Perawat itu sendiri yang sudah menggantikan Wina yang telah tiada."Tante Anita, Kek." Sedikit terkejut, tak urung membuat Candra menyuruh cucunya untuk membawa wanita itu masuk, apalagi melihat sekilas keadaannya yang tidak baik-baik saja."Jika kau ingin curhat tentang masalah dengan suamimu, kau tahu kan tempatmu bukan di sini," ujar Candra mengingatkan. Berharap Anita paham bahwa hubungannya bersama dengan Teguh tidak berjalan sempurna, sejak beberapa tahun yang lalu. Bahkan sejak kejadian itu, Teguh dilarang untuk berkunj
Bab 79"Apa itu? Apa yang sebenarnya hendak kakek katakan padaku? Kenapa terlihat serius sekali?"Candra mendesah berat."Ini tentang kejadian yang menimpa ayahmu saat kecelakaan itu." "Apa?!" Edwin menatap tak percaya ketika Candra mengangguk sekilas dan menyuruhnya untuk duduk di sampingnya."Kau tahu kan jika kakek menyelidiki kasus itu tak lama setelah ayahmu meninggal di tempat kejadian.obil yang kalian gunakan adalah mobil baru dan tidak mungkin jika remnya blong, apalagi hingga membuat kendaraan itu lepas kendali dan akhirnya menabrak mobil tronton di depannya, hingga akhirnya hampir masuk jurang. "Jadi, maksud kakek itu semua ada hubungannya dengan seseorang?" tanya Edwin dengan perasaan tidak sabar."Kau benar. Seseorang telah merencanakan semua ini, dan selama ini kakek menyimpannya seorang diri tanpa pernah mau menceritakannya kepada siapapun. Alasannya karena kakek masih menjaga nama baik orang itu. Namun ternyata meskipun dia orang terdekat kita, nyatanya dia tidak leb
Bab 80Edwin turun dari mobilnya diikuti beberapa orang anak buahnya, memindai sekeliling tempat itu yang tampak sepi. Lampu luarnya menyala dengan terang, namun bagian dalamnya terlihat gelap terbukti dari kaca yang menggelap."Apa anda yakin jika Bu Melati dan anaknya ada di sini, Tuan?" tanya salah seorang pengawal bertanya kepada Edwin yang berdiri di depannya."Aku tidak tahu, tapi sepertinya aku ragu." Pria di belakangnya ikut mengangguk, kemudian dengan segera masuk ke dalam halaman itu, yang rupanya gerbangnya tidak terkunci. Setelah memastikan tidak ada orang di sekitar sana, mereka pun masuk ke pintu utama dengan menjebol dari jendela. Edwin sigap mencari saklar lampu hingga beberapa saat kemudian, ruangan Itu tampak terang benderang dan suguhi dengan pemandangan sepi. Tidak banyak barang di ruangan itu, namun Edwin menduga juga Melati sempat datang ke sana. Terbukti ruangan itu sedikit terlihat rapi.Matanya mulai mengedar ke berbagai sudut ruangan, hingga akhirnya naik
Bab 81Setelah melakukan penerbangan selama belasan jam. Akhirnya keempat orang itu tiba di negara tujuan. Belanda. Mobil yang sudah dipesan sebelumnya, membawa mereka ke tempat dimana mereka akan mengistirahatkan tubuhnya yang lelah. Sebelum akhirnya berpencar untuk mencari informasi.Edwin memerintah dua orang lelaki untuk pergi mencari informasi ke pusat kedatangan di bandara dan sekitarnya. Sementara yang lainnya pergi ke kantor kepolisian di sana dan melakukan laporan penculikan. Dirinya sendiri pergi ke KBRI untuk meminta bantuan. Untunglah mereka sigap menerima dan berjanji akan turut membantu.Sore harinya Edwin dan rekannya yang lain kembali ke rumah. Ini baru langkah awal, dan mereka sama sekali belum membuahkan hasil. Namun tak putus asa. Masih ada hari esok, dan Edwin yakin jika istrinya akan ditemukan.*****Di tempat lainnya.Jovan kembali ke rumah sakit tempat di mana Gunadi tengah dirawat. Beberapa saat yang lalu Dena menghubunginya untuk datang ke tempat itu, di mana
Bab 82Edwin dan anak buahnya berpencar tiap hari untuk mencari keberadaan Melati Bahkan mereka memperlihatkan foto melati dengan jelas kepada orang-orang berwajah boleh yang sebagian besarnya malah menggeleng dan cuek."Wij weten het niet. Maar in dit land nemen ontvoering toe ( Kami tidak tahu, tapi penculikan sedang meningkat di negara ini)," kata seorang pria saat Edwin memperlihatkan foto dalam ponsel. Dia pun tak putus asa. Melati dan putranya pasti baik-baik saja mengingat yang menculiknya adalah Teguh, bukan orang asing atau warga lokal di sana. Yang jelas, satu hal yang Edwin ketahui dan yakini, bahwa Teguh tidak akan mencelakai Melati dan juga Giandra mengingat pria itu sangat terobsesi kepada keduanya. Jadi mustahil jika dia ingin melenyapkan mereka maka Teguh tidak akan repot-repot membawanya ke luar negeri demi untuk menjauhiku, batin Edwin dalam hatinya."Kita pergi ke tempat lain, Bos?" Suara anak buah Edwin dari arah belakang. Edwin menganggukan kepalanya. Tanpa meng
Bab 83Seseorang mengetuk pintu. Melati melirik ke arah sana. Dia tak tahu siapa orang itu, makanya memilih mengabaikan dan tetap memeluk Giandra dalam dekapan.Tok tok tok!Suara itu kembali terdengar. Kali ini Melati mendekat ke arah pintu."Siapa?""It's me. The man who will save your life. Ini aku. Pria yang akan menyelamatkan hidupmu!" Pria itu bicara dalam bahasa Inggris. Beruntung Melati paham artinya.Tapi Melati bingung karena merasa tidak mengenal pria itu. Namun demikian dia tetap penasaran."Siapa yang mengirimmu? Katakan dengan jelas!" bisiknya agar anak buah Teguh tidak bisa mendengarnya. Beruntung dirinya disekap di lantai dua. Sedangkan orang-orang itu berada di lantai bawah dan tengah bermain kartu."Edwin!""Apa? Dia di sini?" Melati bertanya lagi. "Ya, dan dia menunggumu," ucapnya dalam bahasa Inggris.Mendengar nama yang disebut, Melati merasa tercengang dan sedikit tidak percaya. Namun demikian, Melati merasa memiliki harapan. Tanpa terasa senyumnya terbit begitu
Bab 84Kendaraan hitam hasil curian itu, dibawa dengan sedikit kasar mengingat pengemudinya tidak terlalu pandai dalam membawa kendaraan mewah milik Teguh.Melati yang mendekap Diandra dalam pelukannya, terus melafalkan doa agar dirinya diberi keselamatan. Dia tidak yakin jika pria di sampingnya ini akan berhasil membawa dirinya kepada Edwin, mengingat pria itu seperti ugal-ugalan dalam mengendarai kendaraannya.Ditambah lagi jalanan yang sedikit basah akibat salju yang baru saja turun, membuatnya kadang berbelok ke kanan dan ke kiri, kadang menyela dan mengerem dengan tidak sempurna. Dan Melati sampai harus berpegangan ke bagian atas."Bisa nggak sih kamu mengendarai kendaraan dengan benar? Aku membawa bayi dalam pelukanku, dan aku tidak ingin sampai terjadi kecelakaan diantara kita!" ujar Melati ketus ke arah pria itu yang tampak santai sambil berulang kalis salah dalam menginjak rem dan gas itu."Tenang saja, Nona. Aku memang hampir 5 tahun tidak mengendarai mobil lagi. Namun kea
Bab 85"Pak, mungkin anda hanya sedang berhalusinasi!" ujar anak buahnya ikut berdiri, apalagi setelah Edwin seketika berlari meninggalkan tempat itu begitu saja."Tidak mungkin! Aku yakin mendengar teriakan berarti baru saja!" Edwin tetap bersikukuh dengan pemikirannya.Edwin berlari ke luar ruangan tanpa memperdulikan yang lainnya. Memindai ke kanan dan ke kiri di malam yang mulai turun salju tersebut. Namun orang yang berlalu-lalang itu tidak sama sekali tidak ada yang dikenalnya satupun. Dan malah menatap heran ke arahnya."Entah kenapa aku yakin jika Melati ada di sekitar sini. Oh ya Tuhan, tolong pertemukan aku dengan istriku, aku tidak mau sampai kami harus berpisah lebih lama lagi," harapnya dalam hati dengan wajah yang terlihat sangat cemas.Anak buah Edwin pun turut serta keluar dari ruangan setelah membayar pesanan. Mereka turut berpencar ke kanan dan ke kiri. Bahkan ada yang sampai ke seberang jalan, demi mencari wanita pemilik hati bosnya tersebut.Hingga satu suara membu