Bab 74Teguh tersenyum sinis. Dia bersama beberapa orang datang ke tempat di mana Gunadi memintanya untuk bertemu.Senyum terukir di bibirnya ketika melihat seseorang yang berada di samping Gunadi tengah menggendong bayi yang diselimuti dengan kain putih. Tampak bayi itu menggeliat, mungkin karena udara yang sangat dingin."Jadi dia adalah putraku?" Gunadi segera mengangguk. "Cepat serahkan dia padaku," ucapnya tak sabar ingin segera melihat putra yang sudah dilahirkan oleh Melati tersebut. Namun demikian, tentu saja Gunadi tidak menyetujuinya secepat itu."Apakah itu artinya kau tidak akan pernah lagi mengganggu hidupku dan keluargaku?" tanyanya untuk memastikan. Walau bagaimanapun dampak perbuatan yang dilakukan oleh Teguh membuat usahanya merugi cukup besar.Hahaha! Teguh tertawa lepas. "Rupanya banyak sekali yang kau takutkan, Gunadi! Tapi kau jangan khawatir, setelah aku memastikan jika bayi ini adalah benar-benar anakku, maka kupastikan hidupmu akan aman kedepannya. Tapi tentu
Bab 75Suara gedoran kasar terdengar dari ruang bawah. Dena yang curiga ada seseorang yang tengah melakukan kekerasan di tempat itu, segera naik ke lantai dua dan menutup pintu kamar Melati, saat wanita itu tengah menidurkan si kecil Diandra di tempat tidurnya."Ada apa, Ma?" tanya Melati dengan dingin, menatap raut khawatir di wajah ibu tirinya tersebut. Disaat yang sama, suara gedoran pintu makin terdengar kasar dari pintu utama dan membuat kening Melati berkalut dalam."Seseorang telah memukuli para penjaga di depan, dan sepertinya memaksa untuk masuk ke rumah." Dena bersuara dengan cemas."Apa?" Melati langsung berdiri dan segera mengunci pintu kamarnya. Namun terlambat, ketika derap langkah suara sepatu beberapa orang mulai naik dan mendobrak paksa pintu kamarnya. Dena dan Melati langsung mundur, tak lupa mengambil si kecil dari tempat tidur dan memeluknya dengan erat.Pada hitungan ketiga pintu, langsung terbuka dan beberapa orang tampak menyeringai menatap ke arah mereka yan
Bab 76Entah jam berapa hingga akhirnya Melati terbangun dari tidurnya. Hanya saja ketika dia membuka mata, ternyata sudah pagi. Terlihat dengan tanda matahari sudah muncul ke permukaan, ditambah lagi kicau burung yang hinggap di dahan pohon, membuatnya kembali mengerjapkan mata, langsung bangun dan duduk.Melati langsung terkejut dengan nyawa yang masih belum terkumpul. Di sana ada Teguh yang duduk di kursinya sambil memandang ke arahnya dengan senyum yang terukir di bibirnya, membuat Melati seketika mundur dan ketakutan."Apa yang sedang kau lakukan di sini? Cepat lepaskan aku dan biarkan aku pergi sekarang juga!" ujarnya dengan perasaan marah, menatap ke arah pria yang seperti tidak memiliki perasaan sama sekali. Teguh tidak terlihat terganggu dengan ucapannya dan masih diam di tempatnya tanpa bergerak sama sekali."Melati, Melati. Cukup bicaranya, Sayang. Sebaiknya kau segera membersihkan dirimu karena kita akan segera sarapan bers
Bab 77"Apakah anda yakin akan membawanya untuk menemui Bu Anita, Bos?" tanya seorang bodyguard pribadi yang selalu menjaga Teguh kemanapun dirinya pergi."Tentu saja aku yakin akan hal itu.""Lalu bagaimana jika anda mendapatkan reaksi tak terduga dari wanita itu?" Pria yang memakai jaket kulit berwarna hitam itu merasa penasaran. Pikirnya, setiap wanita pasti akan marah jika mengetahui jika suaminya memiliki anak dari perempuan lain. Dan ia pun ragu jika Anita akan begitu saja menerima anak yang tengah digendong oleh Teguh barusan."Justru aku membawanya ikut menemui Anita untuk mengambil langkah selanjutnya.""Maksud, Anda?" tanya pria itu dengan alis bertautan. Sejujurnya dia makin tidak mengerti dengan maksud Teguh sebenarnya."Kau terlalu banyak bertanya. Tapi tidak apa-apa, mumpung perasaanku sedang baik, aku akan menceritakan sedikit padamu. Jika Anita bisa menerima Giandra dalam pelukannya dan mau mengurusnya hingga bayi ini besar, maka aku akan tetap mempertahankannya disis
Bab 78Tok tok tok!Suara pintu yang diketuk, membuat Edwin yang tengah duduk di sofa sambil memijat kepalanya yang terasa berat, segera beranjak dan membuka pintu.Dia sedikit terkejut ketika melihat Anita berdiri di sana dengan tangisnya yang berderai."Tante Anita, apa yang terjadi? Ayo, masuklah," ajak Edwin karena tidak tega melihat tantenya berdiri di sana"Siapa yang datang, Ed?" Candra yang kursi rodanya didorong oleh seorang perawat baru, penasaran. Perawat itu sendiri yang sudah menggantikan Wina yang telah tiada."Tante Anita, Kek." Sedikit terkejut, tak urung membuat Candra menyuruh cucunya untuk membawa wanita itu masuk, apalagi melihat sekilas keadaannya yang tidak baik-baik saja."Jika kau ingin curhat tentang masalah dengan suamimu, kau tahu kan tempatmu bukan di sini," ujar Candra mengingatkan. Berharap Anita paham bahwa hubungannya bersama dengan Teguh tidak berjalan sempurna, sejak beberapa tahun yang lalu. Bahkan sejak kejadian itu, Teguh dilarang untuk berkunj
Bab 79"Apa itu? Apa yang sebenarnya hendak kakek katakan padaku? Kenapa terlihat serius sekali?"Candra mendesah berat."Ini tentang kejadian yang menimpa ayahmu saat kecelakaan itu." "Apa?!" Edwin menatap tak percaya ketika Candra mengangguk sekilas dan menyuruhnya untuk duduk di sampingnya."Kau tahu kan jika kakek menyelidiki kasus itu tak lama setelah ayahmu meninggal di tempat kejadian.obil yang kalian gunakan adalah mobil baru dan tidak mungkin jika remnya blong, apalagi hingga membuat kendaraan itu lepas kendali dan akhirnya menabrak mobil tronton di depannya, hingga akhirnya hampir masuk jurang. "Jadi, maksud kakek itu semua ada hubungannya dengan seseorang?" tanya Edwin dengan perasaan tidak sabar."Kau benar. Seseorang telah merencanakan semua ini, dan selama ini kakek menyimpannya seorang diri tanpa pernah mau menceritakannya kepada siapapun. Alasannya karena kakek masih menjaga nama baik orang itu. Namun ternyata meskipun dia orang terdekat kita, nyatanya dia tidak leb
Bab 80Edwin turun dari mobilnya diikuti beberapa orang anak buahnya, memindai sekeliling tempat itu yang tampak sepi. Lampu luarnya menyala dengan terang, namun bagian dalamnya terlihat gelap terbukti dari kaca yang menggelap."Apa anda yakin jika Bu Melati dan anaknya ada di sini, Tuan?" tanya salah seorang pengawal bertanya kepada Edwin yang berdiri di depannya."Aku tidak tahu, tapi sepertinya aku ragu." Pria di belakangnya ikut mengangguk, kemudian dengan segera masuk ke dalam halaman itu, yang rupanya gerbangnya tidak terkunci. Setelah memastikan tidak ada orang di sekitar sana, mereka pun masuk ke pintu utama dengan menjebol dari jendela. Edwin sigap mencari saklar lampu hingga beberapa saat kemudian, ruangan Itu tampak terang benderang dan suguhi dengan pemandangan sepi. Tidak banyak barang di ruangan itu, namun Edwin menduga juga Melati sempat datang ke sana. Terbukti ruangan itu sedikit terlihat rapi.Matanya mulai mengedar ke berbagai sudut ruangan, hingga akhirnya naik
Bab 81Setelah melakukan penerbangan selama belasan jam. Akhirnya keempat orang itu tiba di negara tujuan. Belanda. Mobil yang sudah dipesan sebelumnya, membawa mereka ke tempat dimana mereka akan mengistirahatkan tubuhnya yang lelah. Sebelum akhirnya berpencar untuk mencari informasi.Edwin memerintah dua orang lelaki untuk pergi mencari informasi ke pusat kedatangan di bandara dan sekitarnya. Sementara yang lainnya pergi ke kantor kepolisian di sana dan melakukan laporan penculikan. Dirinya sendiri pergi ke KBRI untuk meminta bantuan. Untunglah mereka sigap menerima dan berjanji akan turut membantu.Sore harinya Edwin dan rekannya yang lain kembali ke rumah. Ini baru langkah awal, dan mereka sama sekali belum membuahkan hasil. Namun tak putus asa. Masih ada hari esok, dan Edwin yakin jika istrinya akan ditemukan.*****Di tempat lainnya.Jovan kembali ke rumah sakit tempat di mana Gunadi tengah dirawat. Beberapa saat yang lalu Dena menghubunginya untuk datang ke tempat itu, di mana