Semua Bab Nama Mantan di Buku Pendaftaran Siswa Baru : Bab 41 - Bab 50

77 Bab

Bab 42 Kenapa ini?

Nama Mantan di Buku Pendaftaran Siswa BaruBab 42"Mas kenapa dengan leher kamu? Kenapa ada tanda merah?" Mas Adit terlihat kaget dengan pertanyaanku kemudian dengan kedua tangannya dia mulai meraba lehernya."Jawab, Mas!"Mas Adit terlihat celingukan, tangannya juga meraba-raba lehernya."Di–di–gigit semut mungkin," jawab Mas Adit setelah sekian lama hening. Jawaban yang diucapkan dengan terbata tidak serta merta membuatku percaya. "Semut kepalanya hitam? Atau semut yang giginya seperti vampir?" Aku sama sekali tidak percaya jika itu adalah hasil gigitan semut. Mana ada semut bisa membuat gigitan dengan meninggalkan bekas merah seperti itu. Lagian tidak mungkin juga jika semut menggigit hasilnya akan seperti itu. "Aku bukan anak TK yang bisa dengan mudah dibohongi, Mas. Jawab dengan jujur!" Lagi, aku meminta jawaban dari Mas Adit. Sedari awal menikah baru kali ini aku menemukan hal ganjil seperti ini. "Dek, udah nggak percaya sama, Mas?" Mas Adit yang sudah selesai melepas kedua
Baca selengkapnya

Bab 43 Pedang-pedangan

Nama Mantan di Buku Pendaftaran Siswa BaruBab 43Tapi … sama siapa dia selingkuh? Dia tadi juga pulangnya sama teman laki-laki. Kenapa jadi banyak teka-teki seperti ini? Setelah susu itu terasa sudah tidak lagi terlalu panas, aku kemudian menenggaknya sampai habis. "Katanya mau istirahat kenapa malah mainan hp?" Protesku saat masuk ke kamar, namun Mas Adit justru sedang asyik mainan ponsel."Cuma main game sebentar biar nggak suntuk," jawabnya dengan mata masih tetap pada layar ponsel. Semenjak kapan Mas Adit main game? Sungguh, beberapa hari saja keluar kota sudah membuat Mas Adit sangat berubah. "Mas, coba buka kaosnya!" titahku. Aku masih penasaran dengan tanda merah itu. "Kaos? Mau ngapain? Mas capek, Dek. Lagian katanya kemarin kata dokter belum boleh, kan?" Ish, kenapa malah jadi menjurus ke arah sana? "Bukan itu, Mas! Aku cuma pengin tahu soal tanda merah itu. Jangan-jangan di balik kaos ada lagi ya?""Astaga, Dek. Masih belum percaya juga kalau Mas salah makan?" Mas Adit
Baca selengkapnya

Bab 44 Andre lagi

Nama Mantan di Buku Pendaftaran Siswa BaruBab 44Uhuk!Mas Adit langsung tersedak begitu aku bertanya. "Ngomong apa kamu, Dek? Jangan ngawur. Udahlah, Mas mau cari sarapan. Nggak usah masak hari ini," ujarnya seraya melewatiku begitu saja. Tumben banget Mas Adit nyari sarapan di luar, biasanya dia selalu sarapan di rumah.***Hari-hari aku lewati dengan penuh rasa curiga pada Mas Adit. Bagaimana tidak, dalam sebulan dia bisa hanya di rumah tiga hari, selebihnya katanya urusan ke luar kota. Bahkan, saat ini Mas Adit membangun rumah tepat di samping rumah yang aku tinggali. Katanya akan dijadikan kontrakan. Saat aku bertanya dari mana dia mendapatkan uang, lagi-lagi dia menjawab dari hasil bisnis. Jangankan rumah, kendaraan roda empat juga dia sudah miliki."Mbak, mau ke mana?" tanyaku pada Mbak Ani yang sudah berpenampilan rapi. Rok pendek span berwarna hitam serta kemeja putih sudah menempel di tubuhnya. Aku akui kalau tubuh Mbak Ani itu memang bagus walaupun sudah ada Dena. "Mau
Baca selengkapnya

Bab 47 Terkuak

Nama Mantan di Buku Pendaftaran Siswa BaruBab 47Lama-lama aku sudah tidak bisa mengontrol emosiku. Selama lima bulan aku cek kandungan, selama itu juga Mas Reza yang selalu mengingatkan dan menemani. Padahal dia bukan suamiku. "Dek, kan, masih ada bulan berikutnya. Mas janji akan kosongkan jadwal buat cek kandungan. Jangan marah, ya …," bujuknya. "Mas janji?" "Iya, Mas janji."***Sore ini aku menanti kedatangan Mas Adit pulang. Sesuai jadwal besok adalah jadwal cek kandunganku, dan sesuai pesan juga Mas Adit akan mengantarku. "Nak, besok sama ayah loh. Kamu seneng, kan, kalau ditemani sama ayah?" Aku berbicara pada anak dalam kandunganku. Entah mendengar atau tidak, yang jelas aku senang jika melakukannya. Deru mobil terdengar masuk ke pekarangan rumah. Benar saja, mobil sedan hitam milik Mas Adit datang. Aku berdiri untuk menyambutnya. "Mas," sapaku seraya mengulurkan tangan. Laki-laki jangkung itu pun menyambut uluran tanganku. "Mas bawa baju buat kamu, Dek," ucap Mas Adit
Baca selengkapnya

Bab 48 Dia sangat lemah!

Nama Mantan di Buku Pendaftaran SiswaBab 48"Bu … ini gimana? Lihat, ada darah di kaki Ai!" Hanya kata-kata itu yang bisa aku dengar. Selebihnya tidak tahu lagi.Aku terbangun dengan rasa mulas dan sakit di perut. Tubuhku juga terasa bergoyang. "Sa–kit." Hanya kata itu yang mampu aku ucapkan. Bahkan, aku tidak tahu saat ini aku di mana. Rasanya aku tak mampu untuk membuka mata. "Sabar, ya, Ai … sebentar lagi kita sampai di rumah sakit." Ah, itu suara Mas Adit. Berarti saat ini aku sedang berada di mobil. Terdengar dari suara klakson yang lumayan keras. "Dit, ini beneran mau dibawa ke rumah sakit?""Iya, Bu … lihat, Ai sepertinya sudah pendarahan. Adit takut dia kenapa-kenapa.""Bawa ke dukun bayi saja, Dit. Daripada repot nantinya."Aku jadi takut dengan apa yang saat ini kudengar. Bisa-bisanya Ibu memberi saran untuk ke dukun bayi. Luar biasa memang tak punya hati."Jangan bercanda, deh, Bu …. Kita bawa ke rumah sakit pokoknya.""Puskesmas saja, deh, kalau nggak mau ke dukun bayi
Baca selengkapnya

Bab 49 Tidak bisa diselamatkan

Nama Mantan di Buku Pendaftaran Siswa BaruBab 49Ponsel aku serahkan pada yang punya. Setelahnya aku tidak tahu Mas Reza berbicara apa, wanita yang punya ponsel yang menjawabnya."Pak sopir, kita ke rumah sakit X," ucap wanita itu. Aku tahu rumah sakit itu. Itu adalah rumah sakit di mana pertama kali aku pendarahan. Sepanjang perjalanan aku hanya bisa mendengar suara sirine yang meraung, tapi ada suara yang lebih jelas daripada suara sirine itu. Ya, suara saat Mas Adit memanggil sayang justru lebih dominan di telingaku. Entahlah, rasanya suara terngiang-ngiang terus.Sakit … ya, sakit sekali rasanya hati ini. Bahkan, saat dia tahu keadaanku dia justru pergi. Dia lebih memilih urusannya dibandingkan denganku.Mobil kini berhenti, aku bisa merasakan dari gerakannya. Kemudian tubuhku diturunkan bersama dengan brankarnya. "Nana …. Ya Allah, Na … kenapa jadi begini?" Mas Reza langsung mendekat dia ikut berjalan cepat bersama dengan brankar yang didorong. Aku dibawanya masuk ke dalam ruan
Baca selengkapnya

Bab 50 Rahasiakan!

Nama Mantan di Buku Pendaftaran Siswa BaruBab 50Hari kedua aku di rumah sakit, aku meminta Bu Eli untuk datang. Saat ini hanya dia orang yang bisa aku percaya. Sepucuk surat dari rumah sakit juga sudah dikirimkan. Melalui Bu Eli juga aku meminta pada pihak sekolah untuk tidak memberitahukan keberadaanku saat ini. Takutnya Mas Adit datang ke sekolah untuk mencari. Pun dengan Mas Reza yang meminta pada pihak rumah sakit untuk tidak membocorkan keberadaanku. Barangkali saja Mas Adit mengorek informasi dengan bertanya pada pihak puskesmas yang mengantarkan aku."Bu Ai … kenapa bisa jadi seperti ini?" Bu Eli bertanya ketika datang ke rumah sakit."Panjang ceritanya, tapi aku mohon … setelah aku menceritakan, Bu Eli bisa menjaga rahasia ini," jelasku pada satu-satunya orang yang saat ini mengetahui keberadaanku selain Mas Reza."Iya, apa selama ini aku kurang menjaga rahasia?" ujarnya seraya mengambil tempat duduk di samping ranjang. Lepas itu aku menceritakan semuanya pada Bu Eli. Setel
Baca selengkapnya

Bab 51 Laporan ke polisi

Nama Mantan di Buku Pendaftaran Siswa BaruBab 51"Ayo, ke kantor polisi," ajakku pada Mas Reza. Bukti visum sudah di tangan. Kita lihat Mas, Bu … apa yang akan terjadi dengan kalian selanjutnya.Aku melangkah dengan pasti bersama laki-laki yang beberapa waktu ini dekat denganku. Aku jadi berpikir, bagaimana kalau tidak ada dia? Mungkin sekarang aku sudah tidak ada lagi di dunia ini..Skenario Tuhan memang tidak ada yang tahu. Bagaimana aku kembali lagi bertemu dengannya. "Na, nanti aku kenalkan dengan seseorang." Aku menoleh begitu mendengar ucapan Mas Reza."Siapa?""Pengacara. Kamu harus punya pengacara," jelas Mas Reza. Tatapannya tetap fokus pada kemudi di depannya. "Kalau tidak usah pakai pengacara bagaimana?" tanyaku dengan tertunduk lesu. Bagaimana mungkin aku bisa membayar pengacara nantinya. Uangku saja tinggal berapa ratus ribu, tidak akan cukup untuk membayar pengacara bukan?"Memangnya kenapa?""Bukankah pengacara itu mahal?" Kutatap wajah itu dari samping. Tidak banya
Baca selengkapnya

Bab 52 Bukan sekedar ancaman

Nama Mantan di Buku Pendaftaran Siswa BaruBab 52"Sudah sampai, Bu," ucap sang sopir."Iya, terima kasih."Aku kemudian turun dan mulai melangkah. Rumah dalam keadaan sepi sekarang. Apa mungkin mereka tidak di rumah? Langkahku semakin mendekat ke arah pintu. Kucoba untuk membukanya dan ternyata terkunci. Lepas itu, aku kemudian berbalik, menuju ke sebuah pot yang berjejer. Kalau mereka belum merubahnya di salah satu pot itu ada kunci cadangan yang memang aku simpan. Benar saja, di bawah pot yang berwarna hitam dengan ukuran paling besar kunci itu berada. Segera aku mengambilnya dan kemudian masuk ke rumah.Begitu masuk, yang aku lihat adalah rumah yang sangat berantakan. Di atas ruang tamu, teronggok tumpukan pakaian dan di atas meja berjajar gelas dan piring kotor. Aku terus melangkah. Keadaan di dalam juga tak kalah dengan ruang tamu. Di depan televisi, kulit kacang berserakan memenuhi meja. Aku hanya bisa menggelengkan kepala, biasanya aku yang membereskan rumah ini dan mereka te
Baca selengkapnya

Bab 53 Tangkap mereka!

Nama Mantan di Buku Pendaftaran Siswa BaruBab 53"Tega katamu?! Tega mana dengan suami yang selingkuh saat istrinya hamil? Tega mana dengan mertua yang menampar dan mendorong menantunya sampai jatuh dan kehilangan bayinya? Katakan, tega mana?! Kalian yang tega! Kalian jahat, sudah sepantasnya jika kalian mendapatkan hukuman!" pekiku tak lagi bisa menahan emosi. Dadaku naik turun dan napas ini terasa sesak saat ini mengatakannya. Tidak ada lagi air mata yang keluar, mungkin sudah kering, sudah habis saat aku kehilangan bayiku."Dek, tapi aku yakin kalau ibu tidak sengaja. Maafkan, Ibu ya?""Tidak sengaja katamu? Biar nanti polisi yang memutuskan apa itu sengaja atau tidak, dan lagi … aku sudah visum, jadi kalian tidak akan bisa mengelak nanti," jawabku tegas. "Aku permisi dulu, jangan lupa kalian bersiap ganti baju warna oranye." Kebetulan juga taxi online yang aku pesan sudah datang. Segera aku melangkah tanpa perlu lagi menengok ke belakang. Aku anggap rumah ini adalah masa lalu."D
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
345678
DMCA.com Protection Status