All Chapters of Nama Mantan di Buku Pendaftaran Siswa Baru : Chapter 21 - Chapter 30

77 Chapters

Bab 22 Berkilah

Nama Mantan di Buku Pendaftaran Siswa BaruBab 22"Dena, masuk kamar Tante," perintahku pada Dena yang sedang menatapku dan juga ibunya. Seketika, Dena berlari menuju ke kamar. Setelah memastikan Dena sudah berada di kamar, aku kemudian mulai mengutak-atik ponsel milik Mas Adit. "Itu hp Adit, mau kamu apain?" tanya Mbak Ani dengan raut wajah yang sudah pucat. Aku bergeming, tidak menjawab dan setelahnya layar ponsel yang sudah menyala aku perlihatkan pada Mas Adit."Lihat, Mas, hpmu menyala dan semuanya baik-baik saja." Kuperlihatkan juga menu-menu pada ponselnya dan semuanya berjalan normal. Mas Adit kemudian mengambil ponsel miliknya dan mulai mengutak-atiknya."Loh, itu … jadi, kemarin mati total, loh, Dit," ucap Mbak Ani yang tentu saja hanya alasan. "Bener, kan, Bu?" Beralih pada ibu yang masih duduk, beliau juga sedang memandang kami yang tadinya berebut ponsel seperti anak kecil."I–iya. Kemarin mati," jawab Ibu gelagapan."Masa, Bu? Atau kalian sengaja ngumpetin hp Mas Adit?
Read more

Bab 23 Adit tidak akan main-main!

Nama Mantan di Buku Pendaftaran Siswa BaruBab 23"Apa-apaan kamu, Dek? Bukankah sudah Mas bilang, kalau Mas nggak akan ceraikan kamu?" Mas Adit memohon, dia mengusap bahuku."Aku sudah tidak tahan berada di rumah ini, Mas. Lama-lama aku bisa gila!" sentakku, "dari dulu aku selalu diam, selalu nurut dengan semua permintaan Ibu. Bahkan aku rela semua uang gajiku untuk keperluan rumah, tapi sepertinya itu tidak ada artinya.""Wajar dong, kalau kamu ikut bantu keperluan rumah, orang ini rumah ibu. Kamu itu cuma numpang di sini," sinis Mbak Ani."Oke, kalau begitu aku akan pergi dari rumah ini.""Silahkan, pintu selalu terbuka buat kamu. Jangan lupa semua baju juga dibawa. Aku nggak mau rumah ini kotor kalau ada barang-barang kamu!""Siap, Mbak … tapi Mbak jangan lupa, setelah ini Mbak dan juga Ibu pindah tinggal di balik jeruji besi. Kalian tidak lupa kan tentang video rekaman itu?" Aku tersenyum mengatakannya. Aku justru senang jika harus keluar dari rumah ini. Walaupun aku tidak tahu h
Read more

Bab 24 Mereka pergi

Nama Mantan di Buku Pendaftaran Siswa BaruBab 24Ancaman yang dilayangkan oleh suamiku cukup membuatku terkejut. Baru kali ini aku melihat dan mendengar sendiri jika Mas Adit tak lagi bersikap lembek. Mas Adit sepertinya tidak tahu jika aku tidak punya salinan videonya. Biarlah, setidaknya walaupun tidak ada salinannya tapi bisa digunakan untuk mengancam. Satu minggu … ya, waktu satu minggu ini akan membuktikan bagaimana sikap mereka. "Dit, kamu kejam! Kamu sudah tidak punya perasaan sama ibu! Pikiranmu sudah diracuni oleh wanita sialan itu!" murka Ibu. Wajah Ibu kini sudah memerah, dan aku lihat sendiri bagaimana air mata sudah mengalir di pipinya."Tidak ada yang meracuni pikiranku, Bu. Pokoknya keputusan Adit sudah bulat, satu minggu lagi aku dan Ai akan pergi dari rumah ini," kata Mas Adit."Bagaimana dengan ibu? Siapa yang akan mengurus ibu? Kamu benar-benar tega, Dit mau menelantarkan ibu." Ibu mengatakan diantara isak tangisnya. "Siapa yang akan menelantarkan Ibu? Nggak ada
Read more

Bab 25 Kejutan

Nama Mantan di Buku Pendaftaran Siswa BaruBab 25Oh, iya … saat aku turun dari mobil juga sopir taxi online malah bawa 3 tas dan dia taruh di teras depan. Gegas, aku beranjak dari ranjang dan keluar dari kamar.Sampai di teras depan, benar saja kalau masih ada 2 tas yang tergeletak di samping pintu."Untung tidak hilang," gumamku. Dua tas itu kemudian aku bawa masuk ke kamar. Satu tas berwarna coklat kemudian aku buka. Terlihat jejeran dus susu ibu hamil dengan jumlah lebih dari 4 berada di dalam tas. Aku mengeluarkan satu per satu. Bukan hanya ada susu tetapi masih ada yang lainnya. Camilan dengan berbagai jenis juga ada dalam tas itu. Ya ampun, banyak banget ini. Batinku. Setelah itu, aku kemudian beralih pada tas berwarna hitam yang ukurannya lebih besar. Bukan … bukan tas tepatnya tapi koper. "Apa ini?" Koper itu asing di mataku. Tidak mungkin ini punya ibu ataupun Mbak Ani, karena aku ingat benar jika mereka tidak punya koper seperti ini. Apa jangan-jangan milik orang lain? Ta
Read more

Bab 26 Terjebak pertanyaan

Nama Mantan di Buku Pendaftaran Siswa BaruBab 26Kamu nggak tahu?" Aku menggeleng. Satu tumpeng nasi kuning dan satu kue ulang tahun yang bertuliskan ucapan selamat dan tertera namaku kini terhidang di atas meja. Pas saat itu juga ponselku berdering. Nama Mas Reza tertera di layar. "Saya jawab telepon dulu, Bu …." Bu Kepsek mengangguk dan mempersilahkan. "Halo, assalamualaikum."[ Waalaikumsalam, selamat ulang tahun, Nana … panjang umur, sehat selalu. Bahagia selalu, ya ….]"Terima kasih. Aku justru lupa kalau aku ultah. Tunggu, apa tumpeng sama kue kamu yang kirim?" [ Ha ha ha, ketahuan ternyata. Sekali lagi, selamat ulang tahun. Bilang saja dari suamimu kalau ditanya sama guru yang lain. Bahagia selalu, Bumil ]Lepas itu Mas Reza mematikan sambungan teleponnya. Hadiah yang bertubi-tubi dari Mas Reza membuatku kaget. Entah, rasa apa yang harus aku keluarkan. Antara senang tapi juga tidak enak. Senang karena ada yang peduli tapi juga tidak enak karena status dia."Ini pasti dari
Read more

Bab 27 Aku tidak bohong

Nama Mantan di Buku Pendaftaran Siswa Baru Bab 27“Kamu rayakan ulang tahun, Dek? Uang dari mana?”“Ehm, itu—”Aku harus menjawab apa sekarang? Apa jujur saja kalau kue itu dari Mas Reza? Tapi, kalau jujur nantinya Mas Adit bisa salah paham. Bisa tambah runyam masalahnya. Apalagi sekarang ada Mbak Ani dan ibu yang dengan cepat dan aku yakin akan ikut campur nantinya.“Dek, kok diem?”“Dit, dia itu bohong kalau nggak punya uang. Dia itu lagi merayakan sudah berhasil mengusir Ibu dari rumah,” seru Mbak Ani. “Kamu lihat sendiri istri yang sudah kamu bela, kan, Dit?” timpal Ibu, “lihat dia sekarang, dia bersenang-senang, berfoya-foya, merayakan usahanya yang sudah berhasil mengusir Ibu. Bilangnya saja ulang tahun aslinya syukuran.” Wanita yang masih menyilangkan tangan di dada itu mulai melakukan drama. Mendekat pada Mas Adit dan mengeluarkan air mata buayanya. “Salah apa Ibu, Dit? Ibu itu sayang sama Ai, tapi kenapa istri kamu justru membalas seperti ini sama Ibu? Ibu sadar kalau Ibu
Read more

Bab 28 Hadiah dari siapa?

Nama Mantan di Buku Pendaftaran Siswa yangBab 28Aku tahu yang dimaksud Nana kecil. Dia adalah Zivanna. Zivanna pernah bercerita jika papanya memanggilnya Nana. “Kata Papa, Nana itu artinya cantik, ceria dan pipinya tembem,” ucap Nana waktu itu. Namun, saat di rumah sakit, Mas reza bercerita kalau dia memanggil Nana karena ingat denganku. Entahlah, suka-suka dia saja. Waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh malam, dan Mas Adit belum juga pulang ke rumah. Lama sekali dia di rumah Mbak Ani. Beranjak, aku kemudian menuju ke dapur. Membuat susu khusus ibu hamil. Sebenarnya aku tidak terlalu suka susu. Entah kenapa kalau aku minum susu pasti setelahnya perutku mulas, tapi semenjak aku minum susu hamil rasa sakit setelah minum susu tidak pernah timbul. Baguslah, jangan sampai anakku kekurangan nutrisi. ***Suara kumandang adzan membangunkan aku pagi ini. Selimut kusibak, dan saat aku melihat ke arah samping ternyata Mas Adit sudah tidur di sampingku. Jam berapa dia pulang? Kenapa aku tida
Read more

Bab 29 Itu dasterku!

Nama Mantan di Buku Pendaftaran Siswa yangBab 29“Orang baik ya banyak yang kasih hadiah. Hadiah dari Mas Adit mana? Masa selama aku nikah belum pernah dikasih hadiah?” “Halah, kaya gitu aja protes. Sok-sokan minta hadiah. Lagaknya kaya orang kaya aja, minta hadiah ulang tahun. Ngaca dong, Ai … kamu itu cuma berasal dari keluarga biasa, pekerjaan kamu juga cuma guru honorer, lah ko minta hadiah!” cibir Mbak Ani. Entah kenapa itu orang suka sekali nimbrung sama obrolan orang lain.“Nih, nanti bawa Dena sekalian ke sekolah! Pulangnya juga!” perintah Mbak Ani. Gimana, sih, ini orang? Sudah menghina tapi ujungnya malah nitipin Dena. Asem banget Mbak Ani.Dena mendekat, dia sudah siap dengan tas punggungnya. Begitu Dena sudah berada bersamaku, Mbak Ani langsung masuk kembali ke dalam rumah. Jangankan bilang minta tolong ataupun terima kasih, berbasa-basi dengan ucapan yang lembut pun dia tidak pernah. Kembali, aku beralih pada Mas Adit. Aku kemudian mencium takzim punggung tangannya.“M
Read more

Bab 30 Bukan milikmu, Mbak!

Nama Mantan di Buku Pendaftaran Siswa BaruBab 30"Ya, sudah aku pakai berarti sudah jadi milikku. Gitu aja nggak bisa mikir. Katanya guru tapi lemot!" cibir Mbak Ani."Loh, ya, nggak bisa gitu, Mbak! Memangnya Mbak Ani sudah ngomong sama aku? Jangan semena-mena gitu, dong, Mbak!""Heh! Pelit banget jadi orang? Daster lusuh kaya gini aja nggak boleh diminta!" hardik Mbak Ani."Mbak, memangnya Mbak ngomong dulu sama Ai kalau mau minta daster itu? Nggak, kan, Mbak? Mbak langsung pakai dan bilang udah jadi milik Mbak Ani! Kalau pinjam itu ngomong dulu kalau nggak ngomong namanya maling!""Kurang ajar kamu! Kamu nuduh aku maling?"Dadaku rasanya semakin berdegup kencang menahan emosi. Menghadapi Mbak Ani yang minus akhlak kudu benar-benar ekstra rupanya. "Nggak nuduh, cuma kalau Mbak Ani masih bisa berpikir kemungkinan iya," jawabku enteng."Ai! Keterlaluan kamu! Kamu menuduh anak ibu maling?" Lagi-lagi aku harus menghela napas panjang. Belum menghadapi Mbak Ani sekarang tambah dengan in
Read more

Bab 31 Aku ikut

Nama Mantan di Buku Pendaftaran Siswa BaruBab 31"Lah, kok tanya sama aku? Terserah, Mas! Mau ngempeng terus sama Ibu juga terserah atau mau terus percaya sama Mbak Ani juga silahkan! Sekarang pilihannya ada pada Mas, pilih anak sama istri atau tetap di sini!"Akhirnya aku memberikan ultimatum juga pada Mas Adit. Aku mau tahu jawaban apa yang akan keluar dari mulutnya. Kemungkinan terburuk jika dia memilih Ibu dan Mbak Ani maka aku juga harus siap membesarkan anakku seorang diri. Tidak apa-apa, aku wanita yang kuat! Mas Adit terlihat diam, sesekali dia memandangku dan sesekali juga dia memandang ke arah luar. Aku tahu saat ini dia pasti bingung. Bodo amat, Mas! Seharusnya kalau kamu masih berat dengan ibumu, dulu kamu tidak usah menikahiku. Buat apa? Aku juga bodoh, sudah tahu jika dulu ibunya tidak suka padaku tapi tetap nekad mau nikah sama Mas Adit. Begini sekarang jadinya, kan! "Mas … gimana? Mau pilih siapa?""Mas … Mas–""Ah, sudahlah! Aku nggak butuh laki-laki yang plin plan
Read more
PREV
1234568
DMCA.com Protection Status