All Chapters of Nama Mantan di Buku Pendaftaran Siswa Baru : Chapter 11 - Chapter 20

77 Chapters

Bab 11 Rencana busuk!

Nama Mantan di Buku Pendaftaran Siswa BaruBab 11Gegas, Mas Adit berbalik dan bertanya pada ibunya."Iya, Bu, ada apa?""Dicari Pak Sabri itu di depan," ucap Ibu."Pak Sabri? Ada apa, ya?""Katanya mau diajak ke toko yang mau dibuka.""Sekarang?""Ya iya, masa tahun depan." Ibu kemudian keluar dari kamar setelah menjawab. Menyisakan aku dan suami yang masih berada di kamar."Mas pergi dulu, ya, Dek. Nanti pengin dibawain oleh-oleh apa?" Suamiku berkata seraya menangkupkan tangan di wajahku. "Ehm, pengin rujak aja, deh.""Oke, nanti Mas beliin. Tapi nggak boleh yang pedes, ya ….""Oke.""Jangan capek-capek, jam makan siang nanti Mas pulang."Aku mengangguk, kemudian mengantar kepergian suamiku sampai di teras. "Ngapain masih di sini? Tuh, cuci bajunya!" perintah Ibu sinis. Segera, aku berbalik kemudian menuju ke kamar mandi.Mood yang bagus benar-benar membuatku semangat untuk menjalani aktivitas. Bahkan tanpa terasa hari sudah beranjak siang ketika aku menyelesaikan pekerjaan rumah.
Read more

Bab 12 Kau jual aku beli

Nama Mantan di Buku Pendaftaran Siswa BaruBab 12Aku punya buktinya, sekarang aku akan perlihatkan video ini pada Mas Adit. Kalau Mas Adit masih membela, maka siap-siap kalian masuk penjara.Aku kemudian berbalik, mengendap jangan sampai kalau ibu dan Mbak Ani tahu kalau aku sudah merekam apa yang mereka lakukan. Kamar menjadi pilihan yang tepat untukku. Aku tinggal menunggu panggilan dari ibu sesuai dengan apa yang mereka rencanakan. "Ai … Ai …." Nah, itu dia suara ibu sudah terdengar memanggilku. "Iya, Bu," jawabku juga dengan sedikit berteriak. Aku segera beranjak tapi sebelum itu aku menarik napas panjang kemudian menghembuskannya. "Oke, kita ikuti permainan kalian. Jangan dipikir aku lemah, jangan dipikir aku tidak bisa melawan," kataku sebelum aku melangkah. "Ai …!" "Iya, Bu, ini Ai lagi jalan," sahutku ketika aku baru sampai di dapur— ruang penghubung antara kamar mandi dan rumah. Kamar mandi letaknya berada di paling belakang dari rumah. "Ada apa, Bu?" tanyaku ketika sud
Read more

Bab 13 Ketar-ketir

Nama Mantan di Buku Pendaftaran Siswa BaruBab 13"Aduh! Pinggangku!" pekik Ibu. "Dit, gimana ini? Apa kita bawa saja ke rumah sakit?" "Kita bawa Ibu ke kamar dulu," jawab suamiku. Sialan mereka! Sengaja mereka pasti mengalihkan perhatian agar Mas Adit tidak fokus pada rekaman yang aku punya. Mereka kemudian memapah Ibu, tidak mempedulikan aku yang kini tengah berdiri di antara mereka. Dikira aku patung kali ya? Aku tidak akan diam, terus saja aku membuntuti mereka hingga akhirnya mereka masuk ke dalam kamar ibu. "Mas, ayo lihat rekamannya. Biar jelas siapa yang benar-benar bersalah di sini. Aku juga tidak terima jika justru akulah yang difitnah," kataku dengan penuh keyakinan."Dit, nanti saja lihatnya. Ibu lagi kesakitan kaya gini, loh," sergah Mbak Ani yang aku yakin saat ini mereka sedang merasa ketakutan."Sekarang aja, Mas … ngapain tunggu nanti? Mbak takut ya, kalau sampai suamiku melihat rekamannya?"Mbak Ani terlihat salah tingkah, dia yang duduk di samping Ibu yang tenga
Read more

Bab 14 Ada yang aneh

Nama Mantan di Buku Pendaftaran Siswa BaruBab 14"Perbesar masalah? Tadinya aku pikir kalau Mas Adit bisa lebih bijaksana mungkin aku akan mengambil jalan damai tapi sepertinya itu hal yang mustahil. Oke, kalau tidak mau melihat rekamannya, biar polisi langsung yang melihatnya. Bagaimana?"Aku melihat bagaimana Mas Adit dan juga Mbak Ani bereaksi setelah aku dengan lantang bilang jika akan melaporkan ke polisi. Bukankah bukti sudah cukup kuat untuk menyeret Mbak Ani dan ibu?"Dit, lihat sendiri bukan kelakuan istri kamu? Kita sedang berduka, tapi dia sangat egois!" seru Mbak Ani."Mbak, aku tidak egois, yang egois itu kalian! Sudah egois, jahat lagi!""Stop!" hardik Mas Adit, "bisa nggak kalian nggak bertengkar lagi? Masalah kaya gini saja jadi melebar kemana-mana. Dek, kirim video itu ke nomor Mas, nanti Mas lihat. Gimana?""Ta–tapi, Dit?" sanggah Mbak Ani. Namun, Mas Adit segera mengode dengan menggelengkan kepalanya, tanda jika Mas Adit tidak mau disanggah. "Oke, aku kirim video
Read more

Bab 15 Tolong, perutku sakit

Nama Mantan di Buku Pendaftaran Siswa BaruBab 15Tidak, aku tidak boleh suudzon, bisa jadi mereka punya kepentingan. Iya, itu saja. Bunda Izza dan Mas Arif hanya punya kepentingan. Titik, nggak lebih. "Ya sudah, sekarang Dena kumpul sama teman-teman yang lain ya, sebentar lagi kita senam bersama terus olahraga." Tidak ingin aku semakin jauh berpikiran, lebih baik aku alihkan dengan pekerjaan saja. Toh kalaupun ada apa-apa itu urusan pribadi mereka. Bukan urusanku.Anak-anak kini sudah berbaris rapi di lapangan sekolah. Tak lama setelahnya musik senam terdengar. Aku berdiri di depan, mulai melakukan gerakan senam dan diikuti oleh anak-anak. Setelah itu, dilanjutkan dengan permainan kucing-kucingan bersama anak-anak. Tawa dan teriakan anak-anak riang terdengar. Rasanya begitu damai mendengarnya. Nak, suatu hari nanti kamu akan seperti mereka. Belajar dan bermain bersama. Sehat-sehat, ya …. Aku mengelus perutku seolah berkata pada janin yang belum aku ketahui usianya. "Bu Ai, kenapa
Read more

Bab 16 Mengaku suami

Nama Mantan di Buku Pendaftaran Siswa Baru Bab 16"Pe–rut–ku sa–kit," jawabku dengan sisa tenaga, dan setelahnya aku tidak tahu apa yang terjadi. Pandanganku gelap diiringi suara pekikan dari Mas Reza yang memanggil namaku. "Na, bertahanlah … kamu wanita yang kuat, kamu wanita yang hebat." Perlahan aku mendengar suara. Tubuhku pun rasanya berguncang. Namun, rasa sakit pada perutku kembali mendera."Sa–kit," rintihku."Iya, Na, tahan dulu ya, sebentar lagi kita sampai di rumah sakit." Setelah itu, aku tak lagi bersuara, rasa sakit pada perutku lebih fokus daripada yang lainnya. "Kita sampai, aku keluar dulu." Terdengar suara pintu mobil dibuka, dan tidak lama berselang pintu mobil dibuka dan tubuhku dibopong oleh Mas Reza. Selanjutnya aku merasakan jika tubuhku kini sudah berpindah seperti di atas ranjang kemudian mulai didorong dengan cepat. "Bapak tunggu di luar, biar dokter yang memeriksa," ucap seseorang sebelum aku dibawa masuk ke ruangan yang serba putih. "Dokter, pasien pin
Read more

Bab 17 Ipar nggak ada akhlak

Nama Mantan di Buku Pendaftaran Siswa BaruBab 17"Maksud Mbak Ani apa? Apa Mbak Ani berharap kalau Ai keguguran?"[ Udahlah, Mbak sibuk lagi masak buat kirim doa. Nanti Mbak sampein sama Adit ]Tuuut!Lagi-lagi Mbak Ani memutus sambungan telepon secara sepihak. Dasar nggak sopan."Tadi siapa yang kamu telepon?" Mas Reza bertanya seraya menerima ponsel yang aku serahkan. Aku lupa kalau dia mengeraskan suara pada ponselnya, dia pasti mendengar semuanya."Kakak iparku.""Apa kamu baik-baik saja, Na? Apa keluarga suamimu baik sama kamu?""Ba–baik. Mereka baik," jawabku seraya tersenyum kecut."Jangan berbohong, Na. Berbohong bukan keahlianmu. Kita adalah sahabat, berbagilah cerita denganku agar kamu tidak memikulnya sendirian.""Aku–" "Permisi, pasien akan segera dipindahkan ke ruang perawatan. Bisa minta data diri pasien? Sama sekalian mau pilih kamar yang mana?" Syukurlah ada perawat yang datang jadi aku tidak menjawab pertanyaan dari Mas Reza."KTPku ada di tas," jawabku. "Kalau beg
Read more

Bab 19 Ketika nyidam tengah malam

Nama Mantan di Buku Pendaftaran Siswa BaruBab 19"Nggak tahu, mungkin masih sibuk di rumah pakdenya.""Apa kamu sudah hubungi lagi?""Sudah, tapi nomornya justru tidak aktif.""Tidak aktif? Apa ada nomor selain suami kamu yang bisa dihubungi?" Aku menggeleng, karena nyatanya memang baik nomor Mas Adit, Mbak Ani bahkan ibu semuanya tidak aktif. Entah kenapa mereka kompak sekali. "Ya sudah, nggak usah sedih. Aku akan terus di sini menjagamu.""Mas kalau mau keluar, keluar saja. Aku nggak apa-apa. Aku sudah lebih baik.""Aku mau di sini saja.""Terus, kerjaan Mas gimana?""Gampang, aku tinggal terima laporan saja."Aku mengangguk dan tidak ingin ikut campur terlalu jauh. Memang aku tidak terlalu paham dengan apa pekerjaan dari Mas Reza tapi seringkali ponselnya berbunyi dan jika malam hari Mas Reza akan sibuk di depan laptopnya.***Malam ini aku tidak bisa tidur, entah kenapa yang ada di dalam pikiranku justru asinan. Waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh malam tapi mata ini masih seg
Read more

Bab 20 Ceraikan aku!

Nama Mantan di Buku Pendaftaran Siswa BaruBab 20Bab "Bogor.""Bogor? Jauh banget," jawabku tidak percaya. Setidaknya tiga jam bolak-balik jika harus ke Bogor. Sontak aku melihat ke arah jam dinding yang berada di atas pintu. Ya Tuhan, sudah jam dua pagi. "Aku sudah berusaha mencari di kota ini tapi nggak ada, terus jadilah ingat Bogor. Bogor kan banyak asinan.""Maaf, aku sudah merepotkanmu." Aku merasa tidak enak hati dengan Mas Reza. Demi asinan yang aku inginkan tengah malam dia harus ke Bogor. Bukan dia yang membuatku nyidam taoinjustru dialah yang menuruti keinginanku."Siapa yang direpotkan? Kita kan sahabat, lagian aku juga kepengin asinan. Ayo, kita makan bareng." Akhirnya asinan yang aku inginkan kemudian aku santap. Namun, baru beberapa suap justru rasa mual yang timbul dan selepas itu justru aku memuntahkan isi perutku. Rasanya perutku sangat kaku dan tenggorokan ini terasa pahit. Lagi-lagi Mas Reza yang merawatku, dia tidak jijik membersihkan muntahanku bahkan dia haru
Read more

Bab 21 Kita harus bicara, Mbak!

Nama Mantan di Buku Pendaftaran Siswa BaruBab 21"Bukankah kata Mbak Ani pendarahan itu biasa?""Terus saja percaya sama Mbak Ani. Aku hampir kehilangan nyawa anakku dan kamu bilang biasa! Tega sekali kamu, Mas! Setelah anak ini lahir, ceraikan aku!"Akhirnya kata-kata yang selama ini aku pendam keluar. Rasanya aku sudah menyerah menghadapi sikap Mas Adit dan keluarganya. "Dek, ngomong apa kamu?" Mas Adit mendekat kemudian memegang bahuku. "Istighfar, Dek.""Mas yang istighfar! Selama ini, apa Mas pernah membelaku? Mengerti bagaimana perasaanku? Dan sekarang ketika aku pendarahan justru dibilang hal yang biasa! Bagaimana kalau aku keguguran? Apa itu hal yang biasa juga?""Nggak Dek, maafkan Mas yang tidak tahu.""Keputusanku sudah bulat, ceraikan aku!"Tidak disangka, Mas Adit justru meraih tubuhku dan memeluk. "Lepas, Mas!""Nggak, Dek … Mas nggak akan lepasin.""Buat apa aku bertahan kalau tidak ada yang menyayangiku?""Mas sayang sama kamu, Dek," jawab Mas Adit seraya mengurai p
Read more
PREV
123456
...
8
DMCA.com Protection Status