Semua Bab Nama Mantan di Buku Pendaftaran Siswa Baru : Bab 61 - Bab 70

77 Bab

Bab 64 Diusir dari rumah sendiri

Nama Mantan di Buku Pendaftaran Siswa BaruBab 64"Suami kamu!"Apa?! Mas Adit? Bagaimana bisa?Apa aku tidak salah dengar? Aku bahkan menanyakan kebenarannya kembali setelah mendengarnya."Suamiku? Mas Adit?" tanyaku ulang untuk memastikan."Memangnya ada siapa lagi suami kamu?" "Maaf, Mbak … tapi bagaimana bisa?" "Itu dia yang Mbak juga masih bingung. Jadi waktu itu seseorang mengeluarkan semua baju-baju ibumu," ucap Mbak Asih. Dia kemudian menarik napas dan mengembuskannya. "Siapa orangnya, Mbak?" Aku bertanya setelah sekian lama Mbak Asih tak kunjung melanjutkan ceritanya. Aku sungguh penasaran dengan apa yang menimpa ibuku.KriieeetSeseorang membuka pintu saat aku sedang menunggu jawaban dari Mbak Asih."Bu Ai, ibu sadar," kata Bu Eli.Gegas aku berdiri dan masuk ke ruangan. Begitu masuk aku melihat jika Mas Reza tengah bersama Ibu. Aku mendekat dan langsung menggenggam tangan beliau."Bu … Ai pulang, Ai sudah datang," ucapku lirih. Lagi-lagi air mata ini sudah menggenang di
Baca selengkapnya

Bab 65 Menyelidiki

Nama Mantan di Buku Pendaftaran Siswa BaruBab 65"Sebenarnya aku sendiri tidak melihat kejadian itu, bahkan mungkin tidak ada yang melihatnya. Hanya saja, waktu itu kebetulan aku dan Ibu mau pergi ke rumah Lik Neni. Nah, saat itu juga Lik Neni sedang berjalan sendirian dengan tas besar yang dibawanya," jelas Mbak Asih. Mbak Asih memang memanggil Ibu dengan sebutan 'Lik'."Ya Allah, Ibu …," ucapku lirih. Aku tidak bisa membayangkan saat itu. Jadi, Ibu diusir dari rumahnya sendiri dan saat-saat menyakitkan itu justru Ibu menghadapinya seorang diri."Terus, aku dan Ibu menghampiri. Lik Neni saat itu berjalan seraya menangis. Sungguh, saat itu aku juga bingung dengan apa yang terjadi." Aku menatap serius pada wajah yang kini bercerita. Wajah ayu yang menikah hanya berbeda beberapa bulan denganku. Suaminya bekerja di kapal, katanya pulang setahun sekali. Itu yang aku tahu. Mbak Asih kemudian melanjutkan ceritanya."Aku dan Ibu kemudian meminta Lik Neni untuk bercerita, namun Lik Neni hany
Baca selengkapnya

Bab 66 Licik sekali kamu!

Nama Mantan di Buku Pendaftaran Siswa BaruBab 66"Saya Reza dan dia anak pemilik rumah ini," jawab Mas Reza seraya mengulurkan tangan. Namun sayangnya, uluran tangan Mas Reza tidak disambut oleh laki-laki itu. Dia justru saling tatap dengan wanita perempuan di sampingnya."Tunggu, kenapa pemilik rumah? Kami ini pemilik rumah ini," ucap laki-laki yang belum mau menyebutkan namanya. "Sebaiknya kita masuk dulu, kita bicarakan di dalam." Perempuan itu memberi saran kemudian dia merogoh tas miliknya dan mengeluarkan kunci. Ah, aku sangat paham dengan kunci itu. Kunci rumah dengan gantungan berbentuk hati. Aku yang memasang gantungan itu. Kalau Mas Reza melihatnya mungkin dia masih ingat gantungan itu. Dia yang memberikannya dulu padaku.Masuk ke rumah, aku kemudian dipersilahkan duduk di sofa. Sofa yang sama saat aku meninggalkannya dulu. Tidak ada yang berubah dari tata letak maupun barang-barang di ruang tamu ini. Semuanya masih sama."Maaf sebelumnya, kalau boleh tahu, siapa sebenarny
Baca selengkapnya

Bab 67 Aku beli

Nama Mantan di Buku Pendaftaran Siswa BaruBab 67Sungguh, aku tidak tahu harus bagaimana sekarang? Bukti video itu sudah menunjukkan bahwa Ibu benar-benar menjual rumah ini. Kurang ajar kamu Mas Adit! Bisa-bisanya kamu mengatasnamakan aku yang sedang dirawat di rumah sakit untuk menjual rumah ini. Padahal tidak sepeser pun kamu memberikan uang untuk biaya rumah sakit.Lantas, kamu gunakan untuk apa uang itu?Aku jadi mulai berpikir tentang segala sesuatu yang akhir-akhir ini Mas Adit punya. Membangun rumah, mobil dan kemewahan lain yang dia tampilkan. Apa jangan-jangan semua dari uang penjualan rumah? Kalau memang iya, aku tidak akan tinggal diam! Aku akan merebut apa yang sudah Mas Adit rampas. Bagaimanapun caranya."Pak Edwin, Bu Dina … bagaimana kalau saya beli kembali rumah in?" Tawaran dari Mas Reza tentu saja mengagetkanku. Rumah ini memang di kampung akan tetapi halaman dan pekarangannya cukup luas. Lumayan, lah, kalau dijual."Maaf, tapi kami sudah jatuh cinta dengan rumah in
Baca selengkapnya

Bab 68 Kebohongan

Nama Mantan di Buku Pendaftaran Siswa BaruBab 68"Nggak akan bisa kalau di bengkel.""Oh … harus di bengkel khusus, ya?" Mobil Mas Reza termasuk mobil yang mewah, tentu saja tidak bisa di sembarang bengkel. Pikirku."Iya, bengkel khususnya ada sama kamu.""Aku?" tanyaku seraya menunjuk pada diriku sendiri."Heum, jika kamu tersenyum maka mobil ini nggak akan mogok.""Ck, kata siapa itu?""Kata Ultraman, lah … ayo senyum, kalau tidak mau senyum sampai pagi pun mobilnya akan tetap mogok." Tatap Mas Reza seraya menaik turunkan kedua alisnya. Dia senang sekali mengerjaiku rupanya."Oke, aku akan senyum. Ha ha ha!" Aku tak lagi tersenyum tapi aku tertawa dengan dibuat-buat."Wuahaha, itu bukan senyum.""Senyum. Pokoknya cepetan jalan, aku nggak mau dipecat jadi sahabat sama Bu Eli kalau terlalu lama perginya." "Oke, siap, Nyonya," jawab Mas Reza berhasil membuatku tersenyum simpul. Sejenak aku bisa lupa dengan masalahku, sejenak aku bisa tertawa dengan tingkah konyol Mas Reza, tapi … aku
Baca selengkapnya

Bab 69 Aku kangen

Nama Mantan di Buku Pendaftaran Siswa BaruBab 69"Iya. Terus dia punya ide untuk menjual rumah. Awalnya ibu juga bingung nanti kalau dijual ibu akan tinggal di mana. Tapi katanya, kalau nggak dijual kamu nggak bisa dirawat."Tega sekali Mas Adit, dia menjual cerita tentang diriku yang sakit. Padahal tidak sepeser pun ada uang dia, dan tidak sekali pun dia datang ke rumah sakit."Kata Adit, rumah itu hanya dijual sementara. Nanti kalau dia sudah bisa menjual tanah milik ibunya rumah ibu akan dibeli kembali," lanjut Ibu. Tanah apa yang dimaksud sama Mas Adit? Aku yakin sekali jika dia berbohong! Aku juga mulai perlahan menceritakan apa yang terjadi padaku. Mulai dari kehidupanku, hingga perlakuan ibu mertua dan Mbak Ani juga bagaimana aku bisa bertemu kembali dengan Mas Reza. "Maaf, Bu, Ai gagal mendapatkan kembali rumah kita," ucapku dengan rasa bersalah. "Mas Reza juga sudah berusaha untuk membeli kembali rumah itu, tapi pembelinya tidak mau."Ibu terdiam, membuatku sangat khawati
Baca selengkapnya

Bab 70 Terbongkar

Nama Mantan di Buku Pendaftaran Siswa BaruBab 70"Ayah sama Ibu bertengkar. Ayah pergi dan nggak pulang-pulang," ucap Dena. Ya Tuhan anak sekecil ini kenapa malah harus mendengar pertengkaran orang dewasa? "Ibu juga pukul-pukul Ayah," lanjut Dena. Mbak Ani pukul Mas Arif? Kenapa, ya? Terakhir aku bertemu mereka terlihat biasa saja bahkan terlihat penampilan Mas Arif lebih modis. "Dena … ayo makan," ajak Zivanna seraya menarik tangan Dena. "Zivanna bawa sandwich sama susu kotak, Dena mau yang mana?" Dena beralih pada Zivanna yang menunjukkan kotak makanan miliknya. Gadis cilik itu memang tidak segan untuk berbagi dengan kawannya. "Boleh aku ambil susu kotaknya?" "Boleh, ambil saja. Nanti rotinya juga ambil, ya," sahut Zivanna. Dua anak yang sama-sama rambutnya diikat satu itu kemudian makan bersama. Terlihat jika Dena lahap sekali memakan rotinya. Apa dia belum makan, ya?Bersamaan dengan itu, terdengar notif pesan yang masuk ke ponselku.[ Bona, nanti malam aku ke rumah, ya ] Ah
Baca selengkapnya

Bab 71 Bertemu seseorang

Nama Mantan di Buku Pendaftaran Siswa BaruBab 71Penjelasan dari Mas Reza seperti angin segar buatku. Jadi, selama ini Mas Reza tidak tinggal diam. Dia mencari bukti untuk kembali banding di pengadilan. Baiklah Mas Adit … Ibu … kalian siap-siap untuk meringkuk di penjara!Esoknya aku terbangun dengan perasaan yang lebih baik. Selama beberapa hari bahkan tidurku juga tak pernah pulas. Akan tetapi setelah Mas Reza menunjukkan rekaman cctv semalam perasaanku sudah sedikit lega. Walaupun belum sampai ke pengadilan tetapi setidaknya sudah jelas sekarang jika mereka sudah berbohong.Tega sekali mereka memberikan kesaksian palsu. Apa yang mereka pikirkan sampai harus berbohong? Padahal sebelum bersaksi mereka sudah disumpah. Apa sumpah itu tidak berarti buat mereka? Apa mereka tidak takut sama Tuhan?Aku jadi ingat dengan ekspresi Pak Jajang waktu disumpah. Dia mengucapkan dengan nada bergetar dan terbata. Berbeda dengan Bu Indah yang mengucapkan dengan lancar seperti jalan tol."Ai, sarap
Baca selengkapnya

Bab 72 Berkilah

Nama Mantan di Buku Pendaftaran Siswa BaruBab 72Pak Jajang yang belum menyadari kehadiranku masih memilih buah apel di depannya. Aku terus memperhatikan gerak-geriknya."Pak Jajang … lagi belanja?" tanyaku setelah berdiri tepat di sampingnya. Dia yang terlihat terkejut dengan kedatanganku bahkan menjatuhkan apel yang berada di tangannya."Bu … A–Ai," ucapnya tercekat. Dia bahkan terlihat menelan ludah setelahnya. Terlihat dari jakunnya yang naik turun."Iya, ini saya. Kenapa? Kaget?"Laki-laki itu bergeming. "Atau merasa bersalah?" lanjutku bertanya. Kutatap dari ujung kepala sampai ujung kaki laki-laki yang berpenampilan sederhana itu. Tidak ada yang berubah, masih sama. "Saya harus pergi, permisi," ucapnya."Tunggu!" sergahku. "Saya belum selesai bicara, Pak Jajang." Dia yang sedianya akan melangkah urung melakukannya. Kembali dia berhadapan denganku."Kenapa Pak Jajang memberikan kesaksian palsu?" tanyaku seraya menatap tajam padanya. Dia tetap menunduk tanpa berani membalas ta
Baca selengkapnya

Bab 73 Bagaimana denganku?

Nama Mantan di Buku Pendaftaran Siswa BaruBab 73"Kenapa?""Ultraman bahaya kalau lagi lapar. Kalau udah jadi Nyonya Ultraman jangan sampai bikin dia kelaparan pokoknya," celetuk Bu Eli. Sore itu aku dibantu Bu Eli untuk memasak makan malam. Daftar makanan yang diminta oleh Mas Reza akhirnya selesai dimasak sebelum maghrib. Lantas kami semua sholat Maghrib berjamaah terlebih dahulu sebelum makan malam. ***Esoknya aku tengah bersiap untuk pergi ke pengadilan. Mas Reza sudah siap menjemput, kali ini Ibu ikut menemani. Namun, baru saja hendak masuk ke mobil langkah kami dicegat oleh seseorang."Bu Ai, tunggu!" teriaknya seraya terus berlari. Mas Reza yang sudah di dalam mobil pun ikut keluar demi melihat siapa yang sudah memanggilku. "Pak Jajang? Ada apa? Kenapa ke sini?" tanyaku heran. Dia yang kemarin bungkam kini tiba-tiba mendatangiku. Penasaran aku, ada niat apa sebenarnya. "A–anu, Bu Ai … bisakah ikut saya?" "Ikut Pak Jajang? Ke mana? Terus tahu dari mana tempat tinggal saya
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
345678
DMCA.com Protection Status