Semua Bab GELORA HASRAT SANG MAFIA : Bab 1 - Bab 10

33 Bab

1 | Menikahlah dengan Marco!

“Hentikan gertakan itu, Sunny. Wajahmu terlihat jelek jika memandangiku dengan tatapan itu,” ujar Bibi Joyce sembari meraih cangkir teh dari meja tua di hadapannya. “Jika kau melakukan ini, aku berjanji akan merawat adik dan ibumu. Kau hanya perlu berpura-pura menjadi Anne. Marco tidak akan tahu itu, sebab aku memang belum mengenalkan Anne padanya.” Sunny mendesah panjang. Kini napasnya terasa berat, seolah semua udara yang dihirup menekan paru-parunya. Permintaan bibi Joyce sulit diterima oleh pikiran Sunny. Lagipula, selama ini bibi Joyce tidak pernah peduli kepada mereka, dia hanya peduli dengan uang dan barang-barang mahal. Bibi Joyce adalah wanita paling licik yang pernah dia kenal. Apapun akan Bibi Joyce lakukan demi keuntungan dirinya sendiri. Setelah tiga tahun tanpa kabar, dia mendadak datang dengan utang yang menumpuk. Sunny mengamati raut wajah bibi Joyce yang tengah menyesap teh. Dadanya bergemuruh oleh amarah. “Aku tidak mau. Biarkan saja Anne yang menikahi pria it
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-08-09
Baca selengkapnya

2 | Menurutlah, jika ingin ibumu selamat

“Ada apa? Mengapa kau kemari?” teriak Sunny, dia memegang erat batang kelapa sebab Sunny hampir terjatuh. Tangisan Rury merusak perhatiannya pada kelapa-kelapa itu. “Dan—mengapa kau menangis?” “Mama tidak sadar, Kak. Aku—aku menemukannya tergeletak di lantai. Aku sudah membangunkannya tapi dia tidak mendengar suaraku. Mama—” Rury tidak sanggup melanjutkan kata-katanya lagi. Dia takut membuat Sunny panik dan berakhir jatuh. Sunny sadar dia harus segera turun dari atas sana, menenangkan tangisan Rury dan mendekapnya. Sementara hatinya porak-poranda, dia gelisah bercampur cemas dengan kondisi ibunya. Dalam kekhawatiran itu, Sunny turun tergesa-gesa bahkan dia tidak sadar telapak tangannya sudah lecet oleh gesekan kasar dari batang pohon kelapa. Dan ketika Sunny mendapatkan langkah terakhirnya, dia berujar kepada pemilik kelapa, “paman, aku harus segera pulang. Besok saja kerjaan hari ini.” “Tapi—” pria tua belum selesai berbicara, namun Sunny sudah berlari bersama Rury. Sunny tahu
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-08-29
Baca selengkapnya

3 | Sebuah kebohongan, awal buruk bagi Sunny

Sunny menyesal telah membuat janji gila tak masuk akal seperti itu pada bibi Joyce. Bila pada akhirnya itu akan memisahkan dia dengan orang terkasihnya. Namun, Sunny juga cukup sadar bahwa perjanjian itu menyelamatkan nyawa ibunya. Sunny tidak bisa berbuat apa pun selain menurut. Dia mengemasi beberapa lembar pakaian terbaik yang dia punya, menyiapkan obat herbal untuk ibunya minum nanti, dan membuat daftar pekerjaan untuk Rury. Sunny menaruh harapan pada adiknya itu, kendati sunny sedikit ragu, namun dia yakin Rury dapat dipercaya. “Mama jangan menangis lagi,” ujar Sunny. “Aku baik-baik saja. Doakan saja aku selalu sehat di sana. Aku akan mengirimi surat pada mama nanti jika aku sudah sampai dan—aku menyayangi kalian berdua.” Sunny mendekap Jane sangat erat seolah itu akan menjadi pertemuan terakhir mereka. Sunny melirik Rury dan berkata, “Kakak percayakan semua padamu. Jagalah mama kita. Jangan menangis, kau pria tangguh.” Rury mengangguk patuh. “Aku akan menjaga mama. Aku aka
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-09-05
Baca selengkapnya

4 | Pertemuan pertama, kesan pertama

“Ma-mati?” Sunny akhirnya berbicara setelah susah payah mendapatkan suaranya yang hampir tenggelam oleh kengerian. Marco hanya memberikan senyum simpul, sekejap berubah menjadi senyum manis nan mengerikan. “Benar— mati! Maka mintalah wanita ini untuk melunasinya segera,” sahut Marco.Sunny menoleh bibi Joyce dan memberikan sorot kecewa. “Teganya bibi ... ”Lagi-lagi Bibi Joyce hanya memberikan alasan yang menyakitkan. “Aku tidak punya pilihan. Sudah terjadi dan tidak perlu menyesal.” Bibi Joyce segera meninggalkan ruangan itu setelah mendapat izin dari Marco. Kali ini dia tidak akan menyia-nyiakan kesempatan. Bodoh sekali dia jika harus mengkhawatirkan Sunny. Itu sudah menjadi rencananya, bibi Joyce memang sengaja menjebak Sunny dan dia punya kesempatan untuk kabur selagi Marco mempercayainya.Marco bodoh, gumam bibi Joyce.Sunny berusaha membuat tubuhnya tetap tenang, walau sebenarnya dia cemas dengan ancaman Marco. Bulu-bulu di tubuhnya merinding ketika dia membayangkan dirinya b
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-09-07
Baca selengkapnya

5 | Harapan Sunny yang pupus

Ryuse menoleh dengan sorot keterkejutan. Dia tidak menduga Sunny akan meminta hal rumit seperti ini.Sunny berlari menghampiri Ryuse dan dia berujar, “tolong aku, tuan. Aku tidak mau di sini bersamanya. Aku harus pulang ke tempat ibuku.”Ryuse menatap mata coklat Sunny lamat-lamat. Seakan mata itu memohon kepadanya, sunny tidak berbohong, dia ketakutan dan sedih.“Aku tidak bisa ... Kau milik pria itu,” Ryuse melirik Marco. “Aku tidak mencuri kepunyaan orang lain. Selesaikan saja urusanmu dengannya.”Ryuse memutar tubuhnya, berjalan kembali menuju tangga yang diikuti oleh Gordon dan Marvin. Mereka sudah terlambat untuk urusan lainnya. Tidak ada waktu untuk memikirkan yang bukan urusannya.“Dasar gadis gila. Kembali ke sini kau. Tidak akan kulepaskan. Don! Bawa dia kemari!” pekik Marco.“Aku mungkin akan dibunuhnya. Kumohon ... ibuku membutuhkan aku.” Sekali lagi Sunny memohon. Kali ini dia bertaruh pada keberuntungan. Sunny hampir menangis. Mati-matian dia menahan air mata dan suaran
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-09-08
Baca selengkapnya

6 | Tenggelam dalam sedih

Bibi Joyce mati! Bibi Joyce mati! Kata-kata itu bergaung dalam benak Sunny. Selanjutnya mungkin dirinya akan menyusul bibi Joyce. Bibi Joyce terlentang di lantai, tidak ada luka yang berarti, hanya ada bekas jerat di leher bibi Joyce. Rambut ikal gonjesnya terlihat berantakan, bibir membaranya tidak lagi semerah yang Sunny ingat, dan sarung tangan renda hitam sudah terkoyak, seakan itu menunjukkan perlawanan bibi Joyce dari maut. Sunny masih ingat rambut kebanggaan bibinya itu masih tersisir rapi ketika meninggalkan rumah Marco. Sekarang yang kembali hanyalah tubuh dingin dan kaku. Sunny tersungkur. Dia meratapi kematian bibinya. Dia telah berusaha sangat keras untuk tidak menyalahkan perlakuan bibi Joyce selama ini padanya, tapi situasi yang dia hadapi kini jauh lebih serius dan membuatnya marah. Dia marah karena bibi Joyce menjebaknya dan meninggalkannya. Dia juga marah karena kematiannya ini membuat dirinya berada dalam situasi sulit. Dia marah karena Marco mengambil salah
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-09-14
Baca selengkapnya

7 | Tentang Ryuse Adam

“Kakak Ryu, mengapa kau termenung?” Marvin menepuk pundak Ryuse yang tengah menatap hampa pemandangan di luar jendela. Ryuse mendesah dalam diam panjang. Dia melirik Marvin yang menatapnya dengan ekspresi penasaran. Ryuse memutar langkah, dia kembali ke meja kerjanya. Kaki terangkat ke atas meja, kepala bersandar pasrah pada bahu kursi, dan dia memejamkan mata sejenak. “Tidak ada.” Hanya itu yang keluar dari mulut Ryuse. Datar dan tanpa ekspresi. “Sungguh? Tapi kau terlihat berbeda belakangan ini. Tsssk ... apa ada yang mengganjal di hatimu?” Mata Marvin membulat besar ketika dia membayangkan penyebab kegelisahan Ryuse karena wanita. “Apa kau menyukai seseorang? Oh, ayolah kau bisa bertukar pikiran denganku. Aku cukup berpengalaman.” Marvin memainkan mata menggoda Ryuse. “Pergilah! Mulutmu berisik sekali.” “Sikapmu semakin mencurigakan. Baiklah jika kak Ryu tidak mau berbagi, maka aku akan mencari tahu sendiri,” ujar Marvin sembari terkekeh. Dia berjalan ke pintu dengan lagak k
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-09-16
Baca selengkapnya

8 | Ryuse dan keputusan gegabahnya

“Tuan-tuan, silakan duduk dengan tenang dan bersabar. Kalian bisa memiliki gadis ini asal kesepakatan harga kita cocok. Lihatlah, betapa wajah ini begitu lugu.” Marco menyentuh wajah Sunny. “Dan—dia masih polos, sangat polos seperti kertas yang belum dicoret.”Ryuse merasakan tekanan darah di dalam tubuhnya meningkat drastis. Dia sangat marah kepada Marco, marah pada situasi Sunny yang menyedihkan, dan dia marah karena tidak bisa melakukan apapun pada gadis itu. Ryuse sadar, Sunny bukan urusannya dan juga bukan tanggung jawabnya. Namun, sesuatu yang disebut empati masih ada dalam hatinya. Dia memang tidak lebih baik, tapi soal nurani—Ryuse lebih baik dibandingkan Marco.Marco kembali berujar, “bayangkan saja dia tidur di samping kalian, menatap matanya yang indah, senyumnya yang menawan dan dia sedikit galak. Oh, betapa itu kombinasi yang menggiurkan.”Ryuse tidak tahan lagi. Kali ini saja dia akan membiarkan dirinya ikut campur, melanggar aturan yang dibuat, dan menerima konsekuensi
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-10-03
Baca selengkapnya

9 | Biarkan aku membalas kebaikanmu

“Aku tak akan peduli soal ketakutanmu atau pun keberanianmu padanya,” Sunny berusaha meyakinkan Marco bahwa dirinya tidak tertekan oleh ancaman apapun. “Aku hanya peduli dengan bagaimana kau jatuh.”“Kau ... ”Marco hampir memukul wajah Sunny, namun Ryuse cekatan menangkap tangan Marco dan menghempaskannya.“Pria sejati tidak memukul wanita,” Ryuse berkata dengan nada tenang nan menghanyutkan, lalu menyembunyikan Sunny ke balik punggungnya.“Sial! Kau selalu ikut campur,” Marco mengeluh, lalu melangkah mendekati salah satu pengawal dan meninju perutnya keras. “Kalian tidak berguna!”Marco menjadi frustrasi. Dia tidak bisa melakukan apapun, melawan atau bahkan menyerang balik Ryuse. Dia menyadari kemampuan bertarung Ryuse bukan tandingannya. Bahkan dia menyesal telah memiliki banyak pengawal, namun tidak seorang pun yang sebanding dengan Ryuse. Marco berteriak, kesal bercampur marah yang berujung mengacak-acak rambutnya dengan kasar.“Kau menyebalkan ...” Marco menunjuk Ryuse sembari t
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-10-04
Baca selengkapnya

10 | Nama yang indah

Ryuse mendekati Sunny dan berjongkok di depannya. “Kau tidak tahu jalan pulang, bukan?” Sunny menatap mata Ryuse yang tengah melihat wajahnya. Tatapan Ryuse terasa menenangkan dan itu membuat Sunny mendadak merona. Sunny berusaha menyembunyikan kegembiraannya karena kehadiran Ryuse, namun itu mustahil. Sebab Ryuse berhasil memergokinya. Alih-alih bertanya lebih jauh, Ryuse melepaskan jasnya dan menutupi pundak terbuka Sunny. “Bajumu terlalu terbuka.” “Tapi ... kau lebih terbuka,” Sunny merona lagi saat melihat tubuh Ryuse yang tidak memakai apa pun di badannya, yang tersisa hanya celana burgundinya. “Sebaiknya kau saja yang pakai ini.” Ryuse berdiri dan mengulurkan tangan pada Sunny. “Aku sudah terbiasa seperti ini.” Sunny menerima uluran Ryuse. Dia meletakkan tangannya di dalam genggaman pria itu. Sekali lagi jantungnya bergulung oleh debaran yang aneh. Sampai-sampai dia khawatir Ryuse akan mendengar suara dadanya yang berdentam-dentam. Ryuse berusaha keras untuk mengabaikan S
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-10-04
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234
DMCA.com Protection Status