Home / Pernikahan / JERAT CINTA ISTRI KETIGA / Chapter 71 - Chapter 80

All Chapters of JERAT CINTA ISTRI KETIGA: Chapter 71 - Chapter 80

118 Chapters

71. BANTUAN MARTA

“Enggak mau, Bunga harus tetap berada di sini!”“Masuk aku bilang! Patuhi perintah suamimu!” nada bicara Erlangga makin meninggi. Ia mulai terpancing emosi.“Bunga! ayo, masuk ke kamarmu!” Marta mendekati Bunga dan menyentuh kedua bahunya.“Tapi bagaimana dengan Tante, Aini?”“Nanti Tante yang bantu. Kami sudah terbiasa menyelesaikan masalah di rumah ini.” Jawab Marta berusaha meyakinkan Bunga.“Baik, Tante.” Bunga menurut dan menaiki tangga menuju kamarnya.“Erlangga, Aini, sudah cukup! sudah malam. Jangan sampai anak-anak terbangun dan melihat pertengkaran kalian! Emosi tidak akan menyelesaikan masalah! besok kita bicarakan lagi!” Marta mencoba melerai pertengkaran mereka.Aini terdiam dan menuruti ucapan Marta. Kemudian melangkah meninggalkan Marta dan Erlangga dengan kesal.“Aini, bawa sekalian Erlangga bersamamu!” seru Marta.“Malam ini jatah Kakak!” jawab Aini ketus tanpa menoleh. Ia terus melanjutkan langkahnya ke kamar.“Ayo Erlangga, kita temui Bunga.” Ajak Marta.“Iya.” Erl
Read more

BAB 72

“Marta, maafkan aku, aku .... ““Ssst .... “ Marta membalikkan badan, mereka kini saling berhadapan. “Aku sudah tauu semuanya.”“Bunga juga sudah cerita padaku, kalau kamu sudah mengetahuinya. Aku tidak bermksud membohongimu Marta. Maafkan aku, karena aku belum pernah menyentuhmu. Tapi aku sudah menyentuh Bunga. Ampuni aku, Marta, ampuni aku.” Erlangga berlutut di hadapan Marta dan merasa begitu berdosa kepadanya.“Bangun Erlangga,” Marta membantu Erlangga bangkit dan duduk di tepi ranjang, Ia lalu duduk di sampingnya. “Aku tidak apa-apa, Erlangga. Sekarang yang perlu kita pikirkan adalah Aini. Cepat atau lambat, Ia pasti akan tahu semuanya. Dan lebih baik, kamu jujur saja, jangan ada lagi kebohongan Erlangga.” Marta mencoba menasehati suaminya.“Tapi bagaimana caranya Marta? kamu tau ‘kan Aini? dia tidak bisa mendengar sesuatu yang membangkitkan kemarahannya. Aku takut dia ngedrop, dan kankernya kembali aktif. Itu bisa membahayakan nyawa Aini.”“Kalau menurutku, kamu harus memberikan
Read more

BAB 73

Aini sedang melamun dan duduk termenung di tepi ranjang sembari menundukkan kepala. Pikirannya terus tertuju kepada Bunga dan ucapan suaminya. Apa benar, dirinyalah penyebab semua ini.Suaminya benar, Bunga memang masih muda dan pasti menginginkan nafkah bathin yang tidak pernah terpenuhi. Tapi, Aini juga tidak membenarkan kalau Bunga selingkuh dengan pria lain. Tidak mungkin juga mengijinkan suaminya untuk menunaikan kewajiban kepada Bunga. Hatinya masih belum bisa ikhlas. Pasti terasa sangat menyakitkan andai semua itu terjadi di depan matanya.Aini menghela nafas dan membuang perlahan, mencoba menenangkan hati.Terdengar ucapan salam dan pintu di ketuk dari luar.“Masuk.” Jawab Aini.Cekrekk, Erlangga muncul dari balik pintu. Ia menutup pintu kembli dan menguncinya.“Kok, kamu kesini? Bukankah ini waktu malammu bersama Kak Marta’kan?” Aini terkejut melihat Erlangga yang mendatangi kamarnya.Erlangga duduk di samping Aini dan menyentuh jemrinya lembut. “Marta yang menyuruhku untuk m
Read more

BAB 74

Tiba di pagi hari semua irang sudah menunggu di meja makan. Tapi Bunga belum juga turun. bahkan Ia tak ikut sholat subuh berjamaah.Aini begitu gelisah. Berkali-kali Ia menatap ke arah kamar Bunga. Pintu itu masih tertutup rapat. Aini lalu melangkah menuju kamar Bunga. Ia mengucap salam dan mengetuk pintu beberapa kali, tapi tak ada jawaban.Lalu membuka pintu kamar Bunga dan mendapati kamarnya kosong. Aini sangat panik lalu berjalan ke arah kamar mandi dan memanggil nama Bunga, tetap tak ada jawaban. Aini bertambah panik. Tanpa sengaja, tatapan matanya mengarah ke arah selembar kertas yang tergeletak di atas nakas. Aini segera berlari dan membaca isi selembar kertas itu.‘Tante Aini. Maafkan Bunga yang sudah membuat tante marah. Bunga memang salah dan tidak tahu diri dan sudah membuat tante Aini murka. Bunga tidak sanggup melihat kemarahan tante Aini lagi. Bunga sayang sama tante, dan tidak ingin tante lebih sakit dengan keberadaan Bunga di rumah tante. Sekali lagi, maafkan Bunga. Bu
Read more

BAB 75. TIMBUL RASA CURIGA

“Cucu-cucu nenek yang cantik.” Nyonya Irma menyapa adelia dan Ratih yang masih menikmati sarapan pagi.Ratih dan Adelia menoleh ke arah suara. Mereka terlihat senang dengan kedatangan nenek dan kakeknya. Mereka menghambur ke dalam pelukan Nenek dan sang Kakek. Bahagia menyelimuti hati Adelia dan Ratih.Marta mencium punggung tangan kedua mertuanya.“Bagaimana kabarmu, Marta?”“Alhamdulilah, baik Pa.” Jawab Marta.“Kakek, untung ke sini. Bunga pergi, Kek.” Ucapan Adelia yang penuh rasa khawatir membuat Marta menepuk jidatnya. Entahlah, petaka apa yang akan terjadi kalau papa mertuanya mengetahui penyebab kepergian Bunga. Walaupun anak-anak tidak ada yang tahu penyebab kepergian Bunga.“Bunga, bunga, ojo saru Nduk. Dia sudah jadi istri papamu, jangan cuma panggil namanya aja, gak boleh.” Hadi wijaya memperingatkan kedua cucunya.“Iya Kek, maaf. Tapi Adel khawatir, Kek.” Adel merajuk manja kepada kakeknya.“Bunga kenapa dan kemana?” tanya Hadi Wijaya kepada Adel.“Bunga cuma pergi ke rum
Read more

BAB 76

Bunga sedang duduk melamun di atas ranjang. Dagunya bertumpu pada kedua lututnya yang ditekuk. Kedua lengannya memegang kakinya erat. Matanya terlihat sembab. Semalamam Ia tidak bisa tidur dan terus menangis. Beban hidup yang Ia tanggung terasa begitu berat, hingga membuat dadanya sesak.Disatu sisi, Ia sangat menyayangi Aini dan tak ingin menghianati wanita yang sudah dianggap seperti ibunya sendiri. Disisi lain, Bunga juga mulai mencintai suaminya. Baru beberapa jam saja Ia tak bertemu suaminya, rasanya rindu tak tertahankan.Berkali-kali Ia melihat ke arah ponselnya. Video call dan chat masuk puluhan kali tapi Bunga tak membalasnya satupun. Hatinya begitu ingin menerima telpon dari suaminya. Panggilan di hati mengatakan bahwa Ia begitu merindukan suara indah dan lembut yang mampu menggetarkan hatinya.Namun Bunga berusaha menepis dan mengabaikan semua rasa, walaupun terasa begitu berat. Tapi Ia harus mampu melupakan suaminya demi kebahagiaan wanita yang sangat Ia kasihi. Tanpa tera
Read more

BAB 77

“Pak Er itu gimana sih, mau merusak adik Bunga? Iya?! Ngasih ponsel sembarangan sama Adam! Maksudnya apa sih?! Jangan pernah sembarangan ngasih handphone ke anak kecil kalau isinya mesum doang!” Bunga begitu kesal dan melempar ponsel suaminya ke atas ranjang.“Maaf sayang, aku benar-benar lupa.” Erlangga mengambil ponsel yang tak jauh darinya.“Gimana kalau Tante Aini sama Tante Marta lihat?”“Iya, maaf. Aku pake password deh sekarang.” Erlangga mengotak atik ponselnya.“Di buang aja fotonya!”“Gak, ah. Sayang tahu.” Jawab Erlangga cuek sambil terus mengotak atik ponselnya.“Terserah deh.”“Kamu kemasi barang-barang kamu. Kita pulang sekarang, ya.”“Enggak mau.”“Sayang, tolonglah, Papa sama Mama lagi di rumah. Mereka mau menginap beberapa hari. Bagaimana kalau mereka terus menanyakan kamu? Aku tadi bilang pada mereka mau menjemput kamu?”Bunga tak menjawab, tetapi Ia melangkah kearah lemari pakaian dan melipat baju yang sudah tertata rapi disana.Erlangga bangkit, lalu melangkah ke a
Read more

BAB 78 MENCARI BUKTI

“Mana barangnya, Pak?”“Ini Bu.”Aini menerima barang yang diberikan oleh security. Setelah security pergi, Aini kembali duduk dikursi teras. Ia mencoba membuka barang yang terbungkus rapi di dalam paper bag. Bungkusan itu berisi jam tangan wanita yang sangat indah.Jam tangan berlapis emas yang sama seperti yang pernah suaminya belikan untuknya. Aini sangat faham kalau suaminya membelikan sesuatu kepada seorang wanita, apalagi barang semahal ini, itu artinya wanita itu sangat berarti di matanya. Dan kemungkinan suaminya sangat mencintai wanita tersebut.Darah Aini seperti mendidih dan dadanya terasa panas. Tanpa terasa airmatanya mengalir membayangkan suaminya mencintai wanita lain. Hatinya begitu pedih, membayangkan Ia harus berbagi cinta dengan wanita lain. Kenapa suaminya tega berbuat seperti itu.“Apa kurangnya aku sebagai istrimu mas, aku sudah berusaha sekuat tenagaku untuk membuatmu bahagia. Kenapa kau menghianatiku, Mas.” Aini menangis dan terduduk lemas dilantai. Ia tak sang
Read more

79. DATANG KE HOTEL

“Sudahlah, aku pergi dulu.” Aini melangkah menuruni anak tangga dan tidak mempedulikan suaminya yang terus memanggil namanya. Saat hampir berada di ujung tangga bawah, Aini berpapasan dengan Bunga.Aini menatap tajam ke arah Bunga yang menunduk tak berani menatap matanya. Hati Aini bergetar, Ia merasa ada sesuatu yang aneh pada diri Bunga. Bunga tak menyapa dan terus melanjutkan langkahnya.Aini membalikkan badan dan menatap ke arah Bunga yang disambut dengan kecupan hangat dari suaminya. Walaupun ada penolakan dari Bunga, tetapi gesture tubuh keduanya seperti sudah sangat intim. Mungkinkah telah terjadi sesuatu di antara mereka di luar sepengetahuannya? Mungkinkan wanita yang menemani suaminya di hotel Nirwana adalah Bunga.Tubuh Aini terasa lemas. Lututnya seperti tak mampu menyangga tubuh. Ia menyandarkan punggung pada pagar tangga. Dadanya terasa sesak saat kembali menatap suaminya merangkul bahu madunya lalu masuk ke kamar Bunga.Aini memegangi dadanya dan menangis tak bersuara.
Read more

BAB 8O

“Cukup Kak, kecurigaanku beralasan. Nanti juga Kak Marta tau.” Aini meninggalkan Marta dan melangkah menuju meja receptionis. Namun Marta menarik lengan Aini kembali dan menghentikannya. “Aini, Erlangga tidak bodoh. Kalau dia mau selingkuh, untuk apa dia menyewa hotel lain, toh dia punya hotel sendiri.”“Justru karena Mas Erlangga tidak bodoh, maka dia menyewa hotel lain untuk menghilangkan jejak. Semua karyawan hotel sudah tau istrinya itu aku dan Kak Marta! Sudahlah kak, tolong lepasin tanganku!” Marta melepas lengan Aini dan membiarkan adiknya melangkah ke arah receptionis. Marta menggelengkan kepala, lalu menyusul Aini.“Bagaimana mbak? Apa sudah ketemu datanya?”“Sebenarnya data tamu itu rahasia, tetapi karena ibu yang bertanya dan mencari barang yang ketinggalan, maka tidak apa-apa. Kami sudah menemukan data. Bahwa benar semalam, Bapak Erlangga Wijaya, telah membooking kamar VVIP untuk semalam. Akan tetapi Bapak dan Ibu cek out sekitar pukul 10 malam. Ada lagi yang bisa kami ban
Read more
PREV
1
...
678910
...
12
DMCA.com Protection Status