Home / Pernikahan / JERAT CINTA ISTRI KETIGA / Chapter 81 - Chapter 90

All Chapters of JERAT CINTA ISTRI KETIGA: Chapter 81 - Chapter 90

118 Chapters

81. MENEMUKAN BUKTI KUAT

“Silakan duduk!” James mempersilakan Aini dan Marta untuk duduk.“Saya tidak ingin berbasa-basi. Jadi tolong berikan informasi yang saya butuhkan!” jawab Aini sembari duduk di sofa bersama Marta.“Oke. Apa kamu benar-benar lupa kepadaku, Nur? Aku ini yanto. Dulu kita satu kelas waktu di SMA!”Sejenak Aini mengingat-ingat sesuatu seraya mengamati wajah pria yang ada di hadapan.‘Iya. Aku ingat sekarang! Yanto, kamu harus katakan siapa yang bersama suamiku semalam?” Aini langsung menginterogerasi temannya tanpa berbasa-basi. Saat ini bukan waktunya untuk reuni. Aini benar-benar serius untuk mencari bukti dugaan kuat suaminya selingkuh.“Sst, jangan panggil aku Yanto dong, panggil James, please.”“Aku enggak peduli, Kamu tau kan kalau Erlangga itu suamiku? Kenapa kamu tidak menghubungiku saat kamu tau Mas Erlangga membawa wanita lain kesini?”“Nur, terakhir kita ketemu’kan dihari pernikahanmu. Itu sudah lama sekali. Aku pikir kalian sudah bercerai dan Erlangga membawa istri barunya semal
Read more

82. PURA-PURA TAK CURIGA

Erlangga berada di kamar Bunga. Ia memanfaatkan waktu saat kedua istrinya tidak ada di rumah. Erlangga memeluk Bunga dengan penuh kasih sayang. Mereka duduk di atas ranjang dan bersandar di kepala ranjang sembari menonton televisi.Bunga berkali-kali memindah chanel TV, tak ada respon dari Erlangga. Mereka sama-sama sedang berfikir tentang sikap aneh Aini. Terutama Erlangga. seumur Ia menjadi suami Aini, baru kali ini istrinya menolak di sentuh olehnya.Selama ini, Aini selalu bergairah jika Erlangga menyentuh dan ingin ‘bercengkrama’ dengannya. Walaupun tak sampai puncak, tetapi Aini selalu mampu membuatnya puas. Walaupun Ia harus melemaskan ketegangan dengan caranya sendiri sebagai seorang pria. Erlangga tidak munafik, semenjak kedatangan Bunga, gadis itu mampu membawanya menuju puncak kenikmatan. Erlangga menghela nafas, tak tau apa yang terjadi dengan istri pertamanya itu.Bungapun sama, Ia juga masih terus berfikir dengan sorot mata tajam milik Tante yang sangat disayangi. Sorot
Read more

83. BUNGA MENCARI ARLOJI

“Ya sudah, Tante mau ke kamar dulu.” Aini melangkah keluar dengan tergesa menuju kamarnya dan di susul oleh Marta. Aini berlari menuju ranjang dan menelungkupkan tubuhnya di atas ranjang. Ia menangis sejadinya, menumpahkan segala kesedihan yang menghimpit di dadanya.Marta dengan setia menemaninya dan mengelus punggung Aini dan sesekali memijitnya. Marta tak tau harus berbuat apa. Ia merasa sangat sedih melihat adiknya seperti ini. Marta sangat memahami jiwa adiknya yang begitu rapuh.Semenjak lahir Aini tidak tau siapa orangtua kandungnya, dan hal itu menyebabkan jiwanya rapuh. Namun kasih sayang dari pengasuh panti asuhan dan juga kedua orangtua Marta membuat semangat hidup Aini bangkit hingga menemukan kebahagiaan bersama suaminya. Dan kini, hati lembut Aini tengah terkoyak. Luka yang pasti sulit untuk disembuhkan.Aini membalikkan badan menatap Marta. “Kak, terimakasih Kak Marta sudah membantuku. Sekarang, istirahatlah Kak.”Marta membelai pipi halus Aini, “Kamu tidak perlu berter
Read more

84. KEBOHONGAN ERLANGGA

“Emm ... aku ....” Erlangga gelagapan. Ia berusaha mencari alasan yang tepat supaya kebohongannya tidak terbongkar. “Ya sudah, enggak apa-apa, aku pakai jasnya.” Erlangga mengambil pakaian dan segera memakainya. Ia menatap wajah istrinya yang terlihat sembab. Tidak seperti biasanya istrinya hanya terdiam, tak membantu dirinya saat memakai pakaian dan juga dasi. “Aini, kamu kenapa sih? Kok aku dibiarin ganti baju sendirian.” Ucap Erlangga di depan meja kaca sembari merapihkan pakaiannya.“Jangan manja, istrimu bukan cuma aku!”Erlangga membalikkan badan menghadap Aini. “Kamu kenapa sih? Marah sama aku?”“Seharusnya aku yang tanya sama kamu, kenapa ponsel kamu pake password?”Erlangga terkejut, “Darimana kamu tau? Apa ... kamu membukanya tadi? Gak nyambung banget sih, aku tanya apa, kamu jawabnya apa.” Erlangga bertanya penuh selidik. Tanpa menunggu waktu lama, Ia melangkah dan mengambil ponselnya hingga memastikan ponsel itu belum terbuka. “Kamu tadi, belum membukanya’kan? dan untuk ap
Read more

85. AINI MELABRAK BUNGA DAN SUAMINYA

Setengah berlari Aini keluar dari lift menuju kamar miliknya. Sesaat Ia berhenti menatap pintu. Tiba-tiba jantungnya berdetak begitu kencang, tubuhnya terasa lemas. Lututnya tak mampu menopang tubuhnya. Aini bersandar pada dinding, Ia memegangi perutnya yang terasa begitu sakit. Tubuhnya melorot kebawah. Ia benar-benar syok dan tidak bisa menerima kenyataan yang ada. Suaminya benar-benar telah menghianatinya. Rasanya tidak sanggup untuk menyaksikan hal yang terjadi didalam sana.Aini terus menangis walau tak bersuara. Tubuhnya berguncang hebat. Sekitar limabelas menit berlalu, tenaganya mulai pulih. Dengan tertatih mencoba mengumpulkan segenap kekuatan. Ia harus belajar menerima kenyataan. Perlahan Aini berdiri dan memencet bel berkali-kali dengan kasar.Sementara didalam sana, Erlangga dan Bunga tengah bermesraan dalam balutan asmara. Mereka benar-benar memanfaatkan waktu sebaik mungkin. Keduanya terkejut saat mendengar suara bel berkali-kali. Erlangga tak perduli dan tetap meneruska
Read more

86. LEBIH MEMBELA BUNGA

“Aku tahu kamu sudah sembuh total sejak dua tahun lalu! Dan aku juga sudah berkonsultasi dengan dokter yang menanganimu, tanpa sepengetahuanmu! Dokter mengatakan kamu masih tetap bisa melayaniku dengan sedikit terapy! Tapi kamu berbohong kepadaku kalau dokter bilang kamu tidak boleh berhubungan! Aku diam saja, karena aku mencintai kamu! Aku tidak ingin membebani hidupmu, walaupun aku harus gigit jari saat menginginkanmu! Apa kamu tau, betapa tersiksanya seorang suami yang harus menahan selama bertahun-tahun! Bahkan aku harus mengeluarkan sendiri padahal aku punya istri!” Erlangga menumpahkan semua kekesalannya kepada Aini. Semua yang dirasakan oleh Erlangga tertumpah dalam balutan emosi.Aini terdiam, Ia tidak menyangka kalau suaminya tahu tentang rahasia yang selama ini Ia sembunyikan. Namun Aini kembali dengan lantang berkata didepan suaminya. “Kamu tidak tau apa-apa Mas! Seorang pasien cancer yang pernah menjalani kemoterapy dan radioteraphy itu tidak boleh berhubungan!”“Jangan bo
Read more

87. AINI MEMUTUSKAN UNTUK PERGI

“Jangan sentuh saya dengan tangan kotormu! dan jangan panggil aku istrimu, karena kamu bukan suamiku lagi! Aku bisa keluar sendiri!” Aini melangkah keluar dengan tergesa dan membanting pintu sangat keras.Erlangga terdiam, Ia memikirkan kata-kata Aini yang terakhir dan bergegas menuju pintu mencari Aini. Erlangga menatap wajah pilu Aini yang tengah menangis dengan menelungkupkan wajahnya di sudut ruangan. Erlangga mencoba mendekat dan berdiri dihadapannya tanpa Aini menyadarinya. Erlangga menghela nafas panjang, “Aini, aku tidak akan pernah memaksamu, tapi coba kamu pikirkan lagi, demi kebaikan semuanya. Terimalah Bunga sebagai madumu yang sesungguhnya. Aku janji akan berusaha adil pada kalian.”Aini menatap wajah suaminya, terbayang semua hinaannya. Aini tersenyum sinis, lalu meludahi wajah Erlangga. “Cuih!” dan berlari menuju lift sambil menutup kedua telinganya tanpa memperdulikan panggilan suaminya.Aini terduduk lemas didalam lift. Hatinya bagai disayat pisau yang sangat tajam, m
Read more

88. ERLANGGA MEMBELA DIRI

“Aini mau pergi Kak. Aku mau cerai dari Mas Erlangga.” Aini memeluk Marta dan menumpahkan tangisnya dibahu kakak tersayangnya.“Jangan cepat mengambil keputusan, sebelum semuanya jelas.”Aini melepas pelukannya,“Aku menyaksikan dengan mata kepalaku sendiri. Kalau Mereka sedang ....” Aini menutp wajahnya dengan kedua tangannya. Ia tak sanggup meneruskan ucapannya. “Sudahlah Kak, Aku harus pergi. Aku titip pesan, tolong sampaikan kepada suami Kakak, aku tinggalkan semua perhiasan, atm, buku tabungan dan juga handphone. Tak secuilpun aku membawa harta miliknya. Tas koper ini juga milikku, aku yang membawanya saat pengantin baru. Aku akan berusaha mulai dari nol Kak.”“Aini tolong fikirkan baik-baik, bagaimana dengan Adel, dan kamu mau kemana? Kasian Mamah kalau tahu kamu pulang dalam keadaan bersedih. Mamah bisa sakit.”“Jangan khawatir Kak, aku enggak akan pulang ke rumah Mamah. Dan untuk sementara, aku titip Adel Kak, nanti kalau aku sudah punya tempat tinggal, aku akan membawa dia.”“
Read more

89. ERLANGGA MENYESAL

“Marta, aku tidak salah, Bunga istriku, hak kami untuk memadu asmara!”“Iya tapi tidak dengan cara seperti itu!”“Jaga sikap kamu Marta! Aku suamimu! Kamu itu cemburu kan kepada Bunga?! dia istriku dan dia separuh nyawaku! Jangan ada yang berani menyakitinya! Jika ada yang berani menyakitinya, akan berhadapan denganku!”Plakk. Satu tamparan telak mendarat dipipi Erlangga. “Aku tidak cemburu Erlangga, tapi sikap kamu yang arogan membuat aku muak terhadapmu!” Marta benar-benar kesal dengan keangkuhan suaminya.Plaak, satu tamparan lagi mendarat dipipi Erlangga dari papanya. “ Dasar matamu wis ketutup nganune Bunga! Wis angel diomongi! (susah dibilangi) Leg wae sisan! ( telan aja sekalian) Tak uleg sisan cangkemmu!” Hadi wijaya merasa begitu kesal dengan putranya yang susah dibilangi.“Cukup! Ini rumah tanggaku! kalian tidak berhak mencampurinya! dan kamu Aini, satu langkah kamu keluar dari rumah ini, aku jatuhkan talak satu padamu! Pilihan ada ditangan kamu! Jangan sampai kamu menyesal!
Read more

9O. DATANG KE PANTI

Aini terus menangis didalam mobil. Airmatanya deras mengucur dikedua sisi pipinya. Semua penghinaan dan caci maki suaminya terus bergelut di memory otaknya membuat hatinya begitu sakit melebihi rasa sakit dari sebuah penghianatan. Perkataan suaminya lebih tajam dari sebuah pedang yang mampu menusuk hingga mengoyak tulang rusuknya. Sepanjang perjalanan Aini lebih banyak beristighfar hingga membuat hatinya lebih tenang.Sopir Taxi mengerem mobil dengan mendadak, hingga membuat kening Aini terbentuk jok mobil bagian depan. “Hati-hati dong pak.” Aini menegur sopir dengan sopan.“Maaf bu, itu didepan ada mobil yang menghalangi jalan.” Sopir menunjuk mobil yang berhenti persis didepan mereka.Aini mengamati mobil yang ada didepan. Sepertinya Ia tidak asing dengan mobil itu. Belum terjawab pertanyaan Aini, ada orang yang mengetuk kaca mobil disampingnya. Aini mengamati dengan teliti dan mengernyitkan kening saat tau orang yang berada diluar, “Kak Marta?” Aini segera membuka kaca mobil.“Aini
Read more
PREV
1
...
789101112
DMCA.com Protection Status