All Chapters of Hanya Karena Tak Berpendidikan Tinggi: Chapter 121 - Chapter 130

143 Chapters

Season 2 BAB 33 Slonong, Girl

PoV Satria***"Permisi, Pak. Ada yang ingin bertemu, tapi tidak ada di jadwal Bapak."Sekretarisku menghampiri ke ruangan setelah mengetuk pintu. Ia menginformasikan bahwa ada tamu yang ingin bertemu namun belum membuat jadwal denganku."Siapa?" Jelas aku langsung mempertanyakan."Namanya …."Baru saja sekretarisku akan menjawab namun tiba-tiba seorang perempuan malah nyelonong dari belakang. Bagaimana tidak, kini foksuku teralihkan. "Selamat siang, Satria."Sekretarisku pun kaget dan dia langsung menoleh. Ia resah dengan etika yang diperlihatkan oleh tamu saat ini. Sepertinya dia juga malu terhadapku.Siapa lagi yang tidak punya etika kalau bukan Nindi? Aku pun saat ini benar-benar kaget dengan kedatangan perempuan itu."Maaf, Bu, saya baru akan bicara dengan Bapak. Ibu tadi saya suruh tunggu di luar," kata sekretarisku kepada Nindi. Sepertinya ia kesal, tapi mempertahankan etika."Lah, Kenapa harus menunggu segala sih? Aku itu sama Satria sudah sahabatan." Perempuan itu malah tidak
last updateLast Updated : 2022-11-07
Read more

Season 2 BAB 34 Slonong, Girl Bag 2

"Sat, Sebenarnya aku memang belum resmi bercerai. Dia itu mengulur-ngulur waktu terus. Dia seakan nggak mau pisah dari aku gitu. Tapi dia menggantungkan aku dan terus menyiksa aku. Pokoknya kamu harus bantu ya supaya suamiku itu bisa cepat menceraikan aku dan aku dapatkan harta gono gini.""Oke, akan aku bantu. Tapi aku juga perlu penjelasan yang nyata bukan sekadar belaka mengenai apa yang sebenarnya terjadi. Dan tentang KDRT, kamu juga harus menyertakan bukti visum kalau kamu benar-benar mendapatkan kekerasan dari mantan suami kamu. Ada lagi yang ingin kamu katakan mengenai bukti-bukti yang lain?""Udah, gak ada. Cuma itu. Aku mohon kamu bantu aku. Seriously nggak ada orang yang bisa aku pintai pertolongan selain kamu."Aku tak begitu menanggapi perempuan itu. Tatapanku saja hanya mengarah kepada layar karena sedang mengetik."Ya sudah kalau sudah tidak ada lagi yang ingin kamu jelaskan, lebih baik sekarang kamu segera pergi dari ruangan ini." Aku memang harus mengusirnya."Ck, Satr
last updateLast Updated : 2022-11-07
Read more

Season 2 BAB 35 Siapa Yang Kalah?

PoV Satria"Sat, ini kopi yang kamu pesan." Nindi membawa secangkir kopi. Ia menampakkan senyuman yang membuat keningku mengernyit.Tiba-tiba ada perempuan itu muncul kembali. Entah kenapa dia belum juga pergi. Aku pikir dia sudah pergi dari kantor ini, ternyata belum. Pantas saja Hanah tak bertemu dengannya atau berpapasan.“Eh, ada kamu, ya? Apa kabar?”Bola mataku membelalak lebar atas apa yang ia katakan. Dia menegur istriku seperti barusan, sedangkan yang tak pantas ada di sini itu adalah dirinya.Istriku mengerutkan keningnya heran. Ia pun menatapku aneh. Dia pasti mempertanyakan, kenapa ada perempuan itu di sini.“Kamu ngapain masih di sini? Kamu belum pulang?” tanyaku kesal. Eh, dia malah nyelonong duduk di sofa. “Sat, aku bawakan kopi yang kamu minta. Ini kopinya! Diminum dong!" ujarnya dengan santai, sedangkan istriku saja masih berdiri belum duduk."Kamu ngapain di sini?" Istriku bertanya. Kuharap tidak ada keributan di dalam kantor ini. Aku tak mau itu terjadi."Lah, aku
last updateLast Updated : 2022-11-08
Read more

Season 2 BAB 36 Aku Tergelak Tawa

PoV Hanah**"Silakan dinikmati, Pak, Bu," ucap pelayan resto kepada kami sebagai pengunjung. Dengan anggukkan ramah, aku dan Mas Satria pun sembari menyemai senyuman membalas kesantunannya.Pelayan telah kembali. Ia juga menanyakan lagi apa ada lagi yang bisa kami bantu. Namun rasanya sudah cukup. Makanan dan minuman sudah tersaji di meja bundar.Resto ini menjadi pelarian aku dengan Mas Satria dari perempuan yang lebih bagus disebut Nenek Lampir. Perempuan yang gatal, bahkan eksim perihal cintanya pada suami orang.Tadi sebelumnya memang dia menghubungiku. Entah dapat dari mana nomor pribadiku, pasti dia mengemis pada orang. Hadeuh, sebegitunya dia ya. Tapi aku suka, biar aku simpan kontaknya untuk memanas-manasi dia suatu saat.Inginnya aku tergelak tawa dengan ekspresi Nindi tadi di kantor. Dia bak Perempuan yang tak ada harga dirinya. Sudah sok-sokan, dia juga sok diinginkan oleh Mas Satria. Kebohongannya tadi membuat aku terkekeh tawa.Kopi yang ia bawa jelas bukan kopi yang sel
last updateLast Updated : 2022-11-12
Read more

Season 2 BAB 37 SP

"Ini kertas apa? Kamu mau kasih aku SP?"Sebelum membuka, Mas Satria sudah suuzon saja. Aku bukannya ingin ketus, tapi aku malah terkekeh. "Iya, itu SP buat kamu dari aku. Itu SP karena kamu telah membuat sesuatu hal yang membuat anak orang jadi mendapatkan akibatnya."Mendengar celotehanku, Mas Satria malah mengernyitkan keningnya. Matanya memicing untuk melihat kertas yang aku berikan. Ternyata dia juga drama sekali. Haha. Dia seperti cemas dengan apa yang aku katakan soal SP. Iya saja, aku ini perusahaan yang tak suka dengan kinerjanya sampai aku kasih dia surat peringatan. Mas, Mas."Hah? Yang?"Nampak dia sangat kaget. Dia telah berhasil membaca surat yang aku berikan untuknya itu. Dia juga nampak memegang benda yang menjadi bukti kuat atas informasi yang dibacanya. Mas Satria kini masih terus membaca sampai akhir untuk memastikan semuanya.Aku di sini tersenyum bahagia. Sungguh, tak ada yang lebih membahagiakan untuk hari ini dibanding semua ini."Mas," ucapku supaya dia cepat-c
last updateLast Updated : 2022-11-12
Read more

Season 2 BAB 38 Pamer Kemesraan

"Iya. Aku pikir kamu kesambet gak mau makan yang berlemak. Haha." Dia terkekeh kembali. Kami pun baru mulai menyantap makan siang ini dengan hati yang gembira. Mas Satria juga tak berhenti mengucap terima kasih karena kami akan segera memiliki momongan. Afni dan Kaila akan secepatnya mendapatkan adik baru. Akan ada anggota keluarga baru di rumah kami. Ya ampun, Ya Allah, Alhamdulillah. Aku sangat berterima kasih atas rezeki yang Engkau berikan ini."Kamu kenapa gak ajak aku ke dokter? Kamu gak ngasih tahu aku." Pada akhirnya dia berkomentar juga."Mas, aku ingin memastikan sendiri. Aku terlambat datang bulan soalnya. Dan ternyata … Alhamdulillah.""Sekali lagi makasih ya, Sayang. Makasih banyak."Aku manggut-manggut untuk mendominasi rasa bahagia ini. Benar-benar keajaiban yang menakjubkan. Sekian lama menikah dengan Mas Satria, hari ini kami diberikan amanah ini. Kami ke resto menggunakan kendaraan milik Mas Satria saja. Jadi, mobilku ditinggal di halaman kantor. Saat ini, kami akan
last updateLast Updated : 2022-11-12
Read more

Season 2 BAB 39 SALUT?

"Oiya, Mas? Sudah ketemu dengan orang Pak Zabran?" Tema beralih karena aku penasaran. Siapa tahu ada bahas mengenai rumah Pak Zabran yang dipindah tangankan. Atau, saudara Pak Zabran yang dimaksudkan.Namun, setelah mendengar pertanyaanku, Mas Satria malah seperti bergeming. Kenapa dia?Mas Satria belum juga menanggapi apa yang aku tanyakan. Apa dia memikirkan sesuatu yang ada hubungannya dengan apa yang aku katakan?“Mas?” Aku membuyarkan lamunannya hingga ia nampak menyemai senyuman terpaksa. Aneh, apa yang sebenarnya terjadi?"Eh, iya. Udah kok, udah ada. Dia asisten Pak Zabran. Tapi aku gak bahas dan nanya-nanya banyak. Aku juga gak enak," jawabnya sembari tersenyum. Aku menanggapi keanehan, sebenarnya Mas Satria ini memikirkan apa?Hari ini aku memang stay di kantor Mas Satria. Seharian melihat dia bekerja, sampai kami pulang ke rumah berdua pula. Afni dan Kaila sudah ada di rumah, tentu hari ini memang tidak ada jadwal bimbel sore. Mereka seperti biasa, di rumah riweuh saling ng
last updateLast Updated : 2022-11-18
Read more

Season 2 BAB 40 Tanda Tanya

Kini giliran istri dari bapak itu yang bicara. "Wah, Mas Jimy ini memang hebat. Anak saya juga sekolah di sini. Saya beneran salut. Gak murah lho biaya di sini. Saya salut karena Mas Jimy yang hanya seorang asisten, tukang jaga rumah, bisa ambil pendidikan anak di sini. Hebat."Deg!"Asisten?" Aku menganga hebat. Apa maksudnya? Ternyata bukan hanya aku yang kaget, namun juga Mas Jimy dan istrinya itu. Mereka nampak memalingkan wajah dengan tanpa alasan."Kalau begitu saya duduk dulu, Mas." Pria itu menepuk kagum bahu Mas Jimy. Tanda tanya, ini sangat tanda tanya sekali.Kulirik Afni yang menyimpan tanda tanya pula, hanya Mas Satria yang nampak biasa saja, namun ia tak berani melirikku. Ia nampak mengalihkan pandangannya ke arah lain.Acara belum dimulai, kami para hadirin masih menunggu tamu-tamu yang lain. Banyak juga kursi yang masih kosong, makanya aku akan menyempatkan kesempatan ini untuk bertanya."Mas, maksudnya asisten apa? Pembantu rumah tangga, penjaga rumah, apa?" Aku menc
last updateLast Updated : 2022-11-19
Read more

Season 2 BAB 41 Kejujuran Yang Sulitt Diterima

PoV Hanah"Huhu. Maafkan Papa, Nak. Maafkan Papa, ya. Papa gak bisa buat Afni bangga. Huhuhu."Aku melihat Mas Jimy malah seperti menangis. Entah kenapa dia malah begitu. Lalu apa yang sebenarnya terjadi? Sejak kapan dia melankolis seperti itu?"Kenapa, Pa?" Afni bertanya. Aku dan Mas Satria mendekati mereka. Kuraih bahu Afni, mengelusnya sesaat lalu mempertanyakan semuanya."Mas, ada apa?" Lalu kulirik istrinya, "ada apa, Mbak?" tanyaku pada keduanya. Raut wajahku semakin memperlihatkan tanda tanya yang besar. Apa dia terlalu bangga pada putri kami?Mereka hanya menundukkan kepala. Lalu Mas Jimy menyeka wajahnya seperti menyingkirkan buliran bening yang sudah terlanjur menetes."Lebih baik Mas Jimy cerita saja, Mas. Itu akan lebih baik dan lebih nyaman." Seketika aku kaget dengan kalimat Mas Satria barusan. Dia yang berada di dekatku namun kini seakan ikut nimbrung permasalahan kenapa Mas Jimy menangis. "Apa memang, Mas?" Kukernyitkan kening ini karena penasaran."Huhuhu." Mas Jimy
last updateLast Updated : 2022-11-24
Read more

Season 2 BAB 42 Kebanggaan

"Afni!" Mas Jimy berteriak sembari menangis."Afni!" Kini Mbak Rahma juga berteriak, tapi dia berusaha mengejar putri sambungnya itu. Ah, aku tak bisa berkata-kata. Kalau sampai Afni kecewa karena harta, aku telah gagal mendidiknya."Afni," ujarku dengan nada yang tak begitu lantang. Hatiku masih sakit melihat kejadian ini. Kulihat Afni masih terus berlari."Aku akan coba bicara pada Afni." Mas Satria menyarankan diri, namun baru saja akan melangkah, Mbak Rahma sudah lebih dulu mencegah langkah Afni yang cepat itu. Aku melihat mereka berdua kini telah saling berhadapan.Mas Jimy pun setelah itu lantas segera lari menghampir Afni kembali. Dia yang baru saja bersimpuh itu lari sembari menyeka air mata terus terusan.Aku melirik Mas Satria, dia pun manggut seakan menawarkan kalau kami juga harus ikut lari menghampiri Afni. Kami pun lari seketika. Aku juga harus memberi pemahaman Afni, bahwa dia tidak boleh kecewa karena ayahnya bukan orang yang seperti dia harapkan."Afni, maafkan papa k
last updateLast Updated : 2022-11-24
Read more
PREV
1
...
101112131415
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status