Home / Romansa / Mencintai Kakak Sahabatku / Chapter 81 - Chapter 90

All Chapters of Mencintai Kakak Sahabatku: Chapter 81 - Chapter 90

120 Chapters

Bab 81

Ganis mematut dirinya di depan kaca. Hari ini adalah hari pertamanya kerja di perusahaan KIMIA motors. Ia sudah memakai setelan barunya. Ia juga telah memulas wajahnya dengan make-up tipis dan menguncir rambutnya rapi ke belakang. Semua sudah sempurna. Waktunya berangkat. Ia menatap sekali lagi wajahnya dan ia merasa puas. Ia meraih tasnya dan tak lupa meraih ponselnya. Ada pesan masuk. Dari pria mesum itu lagi. Kenapa pria itu jadi terus mengiriminya pesan. Minta diblokir mungkin. Ia iseng membaca pesan pria itu. 'Hai Ganis manis udah cantik belum? mau kerja yang semangat ya,' Receh banget pikirnya. Pesannya juga hampir sama seperti tadi malam. Ia pun segera memblokir nomer pria itu. Sudah aman. Pria itu tak akan mengganggunya lagi dengan pesan tak penting. Ia segera keluar kamar dan bergegas menuju stasiun kereta api terdekat. Pagi itu seperti biasa semua orang sudah ramai untuk pergi bekerja. Tak pernah hatinya sesemangat ini. Ia menatap semua orang dengan penuh minat. Ia nyaris
last updateLast Updated : 2024-02-02
Read more

Bab 82

"Tapi harus belajar merawat sendiri lho ya, jangan mengharapkan ibu saja," ucap Ganis akhirnya. Ia masih berusaha menepis ingatannya tenang Katy kucingnya dulu. Bukankah Katy itu nama yang umu untuk kucing. Bisa saja nama kucing itu cuma kebetulan sama dengan kucingnya. "Asyik. Aku punya kucing!! Bino. Ya aku beri nama kucing ini Bino. Gimana menurut kakak? bagus,kan?" seru Givani kegirangan sambil menciumi kucing itu. "Ya nama yang bagus. Ya sudah kalau begitu kakak sekarang mau istirahat. Sudah dulu ya," ujar Ganis mengakhiri Video callnya. Givani itu ada-ada aja kelakuannya. Givani menutup panggilan Videonya dengan senyuman cerah. Ia baru sadar ibunya yang tadinya berada di ruangan sudah tak ada."Ibu, aku dikasih ijin sama kak Ganis!!" teriaknya sambil berjalan menuju dapur. Ia melihat ibunya sedang membongkar belanjaan yang lumayan banyak. Hari ini mereka baru saja belanja bersama paman Gisel. Paman itu sangat baik sekali. Saat belanja tadi ia diperbolehkan mengambil sebanyak
last updateLast Updated : 2024-02-03
Read more

Bab 83

Bi Sunnah langsung terbangun dari tidurnya mendengar pekikan Givani. Ramon yang saat itu tertidur di Sofa terlonjak kaget. Keduanya spontan berlari ke arah kamar Givani. Mereka saling tatap untuk beberapa saat melihat Givani yang sudah bangun dengan wajah ngeri."Katakan ini bukan mimpi, kan Bu?" teriak Givani langsung masuk ke dalam pelukan Bi Sunnah. Ia menyembunyikan mukanya ke dada wanita paruh baya itu. "Ada apa Vani? kenapa kau ketakutan? apa kau mimpi buruk?" tanya Ramon merasa aneh. Kenapa tidur di kamar impian malah mimpi buruk. Bi Sunnah langsung mengelus kepala dan punggung Givani untuk menenangkannya. "Kenapa kau meyembunyikan mukamu sayang?" seru Bi Sunnah tersenyum penuh kesabaran. "Ibu, aku takut. Aku masuk dunia barby. Aku tadi terbangun dalam kamar barby. Apa kamar barbynya sudah lenyap?" tanya Givani kini menutup mukanya dengan kedua belah tangannya. Ramon kini paham. Perlahan ia pun mendekati Givani dan berjongkok di depannya. Ia mengulurkan tangannya dan menco
last updateLast Updated : 2024-02-07
Read more

Bab 84

"Sudah Givani. Makan yang benar. Jangan bicara aneh-aneh," ujar Bi Sunnah membuat Givani kembali konsentrasi pada makanannya. "Makan yang banyak Vani," ucap Ramon mengelus kepala Givani dengan sayang. Ramon juga sudah berusaha untuk mendekati Ganis. Meskipun usahanya tak digubris sama sekali. 2 nomer ponselnya malah diblokir. Ia mencoba mengirim pesan romantis pada Ganis dengan memakai jasa mesin pencarian. Bukannya membuat Ganis terkesan malah membuatnya tak suka. Ia akan berpikir lagi untuk bisa menjadi akrab dengannya. Ternyata PDKT itu lumayan sulit daripada menjalankan perusahaan. "Bi aku pergi dulu. Vani Paman mau keluar. Apa kau mau titip makanan atau apapun?" tanya Ramon sebelum pergi."Paman belikan aku permen karet. Aku mau belajar meniupnya dari mulutku," kata Givani yang masih penasaran. "Tidak boleh," ucap Ramon tegas. Bayangan permen karet itu tertelan oleh Givani langsung terlintas di pikirannya."Ayolah Paman," rengek Givani. Ramon menggeleng. Ia tak mau putri kesa
last updateLast Updated : 2024-02-07
Read more

Bab 85

Ramon segera menghubungi orangnya yang ada di Jepang. "Awasi lebih ketat kedua orang itu!" perintah Ramon menahan perasaan cemburunya. Ia harus bersabar sedikit lagi. Sebenarnya ia sangat ingin terbang langsung ke Jepang dan langsung berterus terang pada Ganis. Tapi ia pikir ini bukan waktu yang tepat. Ia masih belum bisa meraih hati Ganis. Ia tak mau usahanya beberapa hari ini dengan penolakan menyakitkan ibu dari Givani itu. Saat pikirannya lagi galau memikirkan Ganis yang kini mulai berani bercumbu dengan pria lain ponselnya berdering. Ia langsung mengangkatnya. Dari rumah sakit yang memeriksa DNA Givani. "Pak Ramon hasil tesnya baru saja kami kirimkan secara resmi ke ponsel bapak. Dokumen cetaknya akan kami kirimkan segera," ujar kepala divisi lab rumah sakit. "Ya terima kasih Pak," kata Ramon menjadi tak sabar untuk melihat hasilnya. Meskipun ia bisa menduga hasilnya tapi tak urung jantungnya sedikit berdebar. Ia pun membuka dokumen yang baru masuk melalui ponselnya. Hasil
last updateLast Updated : 2024-02-09
Read more

Bab 86

Ganis mencoba untuk rileks saat Minori mulai check in sebuah hotel. Hatinya masih ragu, tapi ia akan mencoba untuk menghadapinya. Minori tak henti-hentinya menatap Ganis dengan penuh minat. Belum pernah ia menginginkan wanita sebesar ini. Mereka kemudian berjalan menuju lift. Di dalam lift Minori meremas jemari Ganis. Ganis hanya tersenyum kecil sambil membenahi detak jantungnya yang tak karuan. "Jangan takut. Kurasa ini bukan pertama kali buatmu," ucap Minori mengelus punggung tangan Ganis. Ganis mengangguk meremas ujung gaunnya.Beberapa saat kemudian pintu lift pun terbuka. Minori segera mengajak Ganis menuju kamar yang ia sewa. Ganis tiba-tiba ragu. Apakah ini sudah benar untuknya. Tiba-tiba perkataan Ramon 7 tahun lalu terngiang dalam pikirannya."Nis jangan pernah ijinkan pria menyentuhmu jika tak ada kepastian pria itu akan menikahimu," Minori membuka pintu kamar dengan kunci yang dipegangnya. "Masuklah," kata Minori dengan lembut. Perlahan Ganis pun masuk. Ia merasa ia tak
last updateLast Updated : 2024-02-10
Read more

Bab 87

Ganis menatap ke arah sopir. Mungkin ia bisa menanyakan padanya."Maaf apa aku mengenal siapa yang menyuruhmu?" tanya Ganis. "Saya hanya mendapat perintah untuk mengantarkan anda pulang. Tolong beritahu alamat anda," kata sopir itu dengan bahasa resmi dan sopan.Ganis hanya bisa mendesah dalam. Yang terpenting sekarang ia telah bebas dari Minori. Tadi itu seperti mimpi saja. Matanya kini panas dan ia mulai menangis pilu. Seharusnya ia tahu kalau hatinya tak akan bisa berpaling dari cinta Ramon. Harusnya ia tak terlalu memaksakan diri. Entah sampai kapan ia akan terkena kutukan cinta pada pria bule itu. Minori bukan pria yang tepat untuknya. Ia berdoa semoga suatu saat ia akan menemukan pria itu. Pria yang akan memberinya kesempatan untuk secara perlahan mengenal rasa cinta yang baru. Pria yang dengan penuh kesabaran menumbuhkan perasaan cinta. "Nona kita sudah jauh. Dimana alamatnya?" kata sopir itu membuyarkan lamunan Ganis.Ganis segera mengusap sisa airmatanya dan menyebutkan ala
last updateLast Updated : 2024-02-11
Read more

Bab 88

"Nis. Terus terang aku tertarik denganmu. Jangan marah!" Ganis menggeleng makin tak mengerti dengan tingkah pria di ujung ponsel itu yang tambah di luar nalar. "Aku akan menemuimu secara langsung. Kita berkenalan," kata Ramon tidak bisa menahan diri lagi. "Ok. Aku juga penasaran dengan rupa dan penampilanmu," kata Ganis tak urung juga harus berterima kasih karena pria ini telah menyelamatkannya dari Minori. "Kita akan tentukan waktu dan tempatnya," sahut Ramon. "Aku punya waktu di akhir minggu," jawab Ganis. "Aku akan melihat jadwalku dulu. Aku akan menghubungimu kalau aku akan berangkat ke Jepang," sahut Ramon tentu saja tak bisa secara tiba-tiba berangkat ke Jepang. "Kita masih punya banyak waktu. Aku akan berangkat kerja. Hmm terima kasih untuk semalam," tukas Ganis agak pelan. Ramon tersenyum lebar. Akhirnya Ganis mengakui jasanya tadi malam. "Ya berangkatlah. Hati-hati dengan orang Jepang itu. Jangan memberi kesempatan pada cowok jika kamu belum benar-benar bisa se
last updateLast Updated : 2024-02-12
Read more

Bab 89

Keesokan harinya di tempat kerja tibalah saat pengumuman siapa yang akan maju untuk magang langsung di motor GP. Tanpa di duga Ganislah yang terpilih bersama salah satu kandidat lain yaitu pria jepang bernama Kosuke. Ia nyaris tak percaya karena ia tahu semuanya sangat layak untuk lolos. Walaupun kenyataanya dia sangat berharap dirinyalah yang terpilih diantara yang lainnya yang semuanya laki-laki. Saat pulang semuanya mengucapkan selamat padanya. Minori tampak dingin dan tak mengucapkan sepatah katapun. Orang-orang jadi tahu kalau telah terjadi sesuatu diantara Minori dan Ganis. Ganis sendiri juga bingung harus bagaimana menghadapi Minori. Teman-teman akhirnya memberi kesempatan untuk mereka berdua saling bicara setelah semuanya pulang. Ganis duduk berhadapan dengan Minori. Keduanya lama dalam kecanggungan sebelum kemudian Minori memutuskan untuk bicara terlebih dahulu. "Kenapa kamu tiba-tiba pergi . Aku tak tahu apa yang salah. Sepertinya kau tampak menikmati semuanya. Aku hampir
last updateLast Updated : 2024-02-16
Read more

Bab 90

Givani mengedipkan mata besarnya menunggu jawaban dari ketiga orang dewasa di hadapannya."Givani sayang apa kau sudah selesai bermain dengan teman-teman?" tanya Bi Sunnah mencoba mengalihkan pembicaraan. Bu Panca tersenyum. Ramon langsung bangkit menghampiri putrinya seraya mengelus rambutnya."Aku main petak umpet. Kebetulan aku mencari tempat sembunyi dan aku sampai di sini. Aku mendengar namaku dan juga kakak disebut-sebut. Apakah benar kalau Paman akan menikah dengan kak Ganis?" tanya Givani lagi makin penasaran. "Kau tahu kakakmu tak menyukaiku bukan? jadi mana mungkin itu Givani," kata Ramon memutuskan untuk tidak bercerita apapun dulu pada Givani. "Kau mungkin salah dengar tadi," sahut Bi Sunnah. Givani tampak berpikir sejenak."Ya mungkin aku salah dengar," tukas Givani kemudian berbalik hendak melanjutkan bermainnya. "Givani tolong bilang pada anak-anak untuk berkumpul di ruang makan. Sudah waktunya makan malam," kata Bu Panca. Givani langsung mengangguk."Ayo kita makan
last updateLast Updated : 2024-02-17
Read more
PREV
1
...
789101112
DMCA.com Protection Status