Home / Romansa / Mencintai Kakak Sahabatku / Chapter 91 - Chapter 100

All Chapters of Mencintai Kakak Sahabatku: Chapter 91 - Chapter 100

120 Chapters

Bab 91

"Jangan GR ya. Siapa yang melanggar privasi di sini. Diam-diam mengambil foto tanpa ijin pemilik apa itu dibenarkan?"sergah Ganis berusaha merebut kamera itu dari tangan pria itu. Pria itu tersenyum ramah. "Maaf kalau begitu. Gimana kalau kita kenalan saja. Biar kita jadi teman. Bukankah seorang teman boleh mengambil foto temannya," ujar pria itu berusaha menjauhkan kameranya dari Ganis. "Kita kenalan tapi syaratnya hapus dulu fotoku, Setelah itu aku yang memuruskan apa kau layak jadi temanku," ujar Ganis tak berusaha merebut kamera itu lagi. Tangannya bersedekap di dada sambil menatap tajam pria di hadapannya. Pria itu berkulit coklat, rambutnya kemerahan dengan mata coklat gelap. Bentuk wajahnya sangat mirip dengan Marco. Hanya saja kulitnya sedikit lebih terang, tubuhnya lebih berisi dan tak ada gigi gingsul saat ia tersenyum. "Syarat yang menarik. Tapi kayaknya aku nggak setuju. Aku harus pergi dulu. Oh iya namaku Shawn kalau kau ingin tahu," ucap Pria itu langsung berbalik dan
last updateLast Updated : 2024-02-18
Read more

Bab 92

"Vani apa kau tak tahu kalau pamanmu ini mulai menyukai kakakmu yang manis itu," kata Ramon ingin Givani mulai mengetahui ketertarikannya pada Ganis."Hmm apa Paman jatuh cinta sama kak Ganis? jadi aku nggak salah dengar,kan kalau Paman akan menikahi kakakku?" tanya Givani makin bersemangat. Ia sangat senang kalau sampai Paman Gisel menikah dengan kakaknya."Ya kira-kira begitulah. Paman lagi PDKT sama kakakmu. Jadi dukung Paman ya. Biarkan kakakmu penasaran dulu sama Paman," ujar Ramon berharap Givani mengerti dan tak merusak rencananya."Ok. Apa ibu juga tahu ini?" tanya Givani menoleh pada Bi Sunnah yang saat itu juga ada di dekatnya."Ya tentu saja. Jadi rahasiakan dulu ya sama kakak," bisik Ramon."OK. Deal," kata Givani gembira. "Anak pintar. Sudah dulu ya. Paman sekarang baru tiba. Nanti di sambung lagi," tukas Ramon menutup panggilan.Simon dan juga Carmen saling pandang sambil tersenyum."Siapa yang telpon Tuan Muda?" tanya Simon sambil mempersilahkan Ramon duduk. Carmen lan
last updateLast Updated : 2024-02-19
Read more

Bab 93

Setelah mendaftar di meja administrasi rumah sakit Ramon segera menuju ruangan di mana Sofia melahirkan. Tobias pasti ada di dalam ruangan bersalin menemani Sofia. Ramon terduduk di bangku di depan kamar bersalin. Ia bisa mendengar suara kesakitan dan juga rintihan Sofia begitu jelas. Para medis terdengar memberi semangat. Ramon kembali membayangkan kalau yang melahirkan itu adalah Ganis. Ganis di dalam ruangan hanya sendirian tanpa dukungan dirinya. Hatinya terasa campur aduk. Antara sedih dan ikut tegang. Detik-detik berlalu terasa lambat. Suara-suara dari dalam kamar bersalin semakin seru. Ramon menghapus butiran keringat yang menyembul di pelipisnya. Bayangan Ganis tengah kesakitan dan memanggil namanya begitu kuat dalam pikirannya. "Maafkan aku Nis," ujarnya dengan perasaan mengharu. Suara tangisan bayi kemudian terdengar membuat Ramon terbangun dari lamunannya. Sebuah tangan menyentuh bahunya. Di hadapannya berdiri Paman Fabio yang tersenyum padanya. "Senang bisa melihatmu
last updateLast Updated : 2024-02-20
Read more

Bab 94

Acara pembaptisan anak dari Tobias dan Sofia berlangsung sederhana tapi meriah. Di hadiri hanya keluarga dekat saja. Ramon sudah tak sabar juga membawa Ganis dan Givani untuk mengenal mereka. Baginya semuanya yang hadir di sana adalah keluarganya. Saat acara berakhir ia berinisiatif ikut mengantarkan Bibi Sabina dan Paman Fabio pulang ke rumah pertanian mereka. Lama juga ia tak berkunjung ke daerah pelosok pedesaan. Tak lupa ia beberapa kali membagikan foto yang ia ambil dari kamera ponselnya kepada Ganis dan juga Givani.Sepanjang perjalanan suguhan pemandangan indah alam yang masih asli tersaji di pelupuk mata. Kini kemana pun ia pergi pikirannya selalu teringat Ganis dan Givani. Ia ingin membagi seluruh pengalaman hidupnya bersama dua orang yang kini begitu penting dalam hidupnya.Lama berkutat dalam pekerjaan,terjebak diantara ruang kerja dan juga bangunan-bangunan menatap pemandangan terasa begitu bebas lepas. Setelah hampir 3 jam berkendara mereka pun sampai di sebuah tanah pert
last updateLast Updated : 2024-02-21
Read more

Bab 95

"Tidak ada apa-apa," kata Ganis tak mungkin menceritakan soal Marco pada Shawn. "Jadi kita bisa bersama-sama mulai dari sekarang. Kau akan tinggal di penginapanku. Aku tak akan membiarkanmu tinggal bersama para teknisi Motor GP yang kebanyakan laki-laki itu. Terlalu berbahaya untukmu jika ada di Spanyol," tukas Shawn tak bisa di bantah. Ganis hanya menatap Shawn tak habis pikir. Sungguh pria yang sangat pemaksa. "Selama ini mereka sangat sopan padaku. Jangan sok tahu," bantah Ganis,"Lagian apa penginapanmu ada di Barcelona?" tanya Ganis."Tempat tinggalku memang di Barcelona," jawab Shawn tersenyum penuh kemenangan. Ganis pun akhirnya menyerah. Ia akan menyetujui ajakan Shawn. Apa salahnya juga memanfaatkan Shawn jadi pemandunya. Ia sendiri masih belum pernah ke Spanyol dan sama sekali tak ada kenalan. Ia tak menyangka Kosuke masih memikirkannya. Kosuke selalu seperti kakaknya diantara semua rekannya.Setelah keluar dari bandara Shawn memesan taxi."Nis apa kau akan langsung bekerj
last updateLast Updated : 2024-02-22
Read more

Bab 96

Ternyata bibi Merry tak mempermasalahkan status Ganis. Buktinya sikapnya sama sekali tak berubah setelah mendengar keterangan Ganis. Ia harusnya paham kalau di Spanyol memang pergaulan agak bebas. Single parent adalah fenomena yang biasa. Bukan suatu aib atau sesuatu yang buruk. Malam itu Ganis makan bersama Shawn dan Bibi Merry. Masakan telur bernama tortilla espanola yang sangat enak. Juga Paela semuanya sangat lezat membuat Ganis kekenyangan. Masalahnya saat minum coklat ia sudah menikmati cemilan Churros yang sudah terkenal itu. "Lihatlah kau sudah mengantuk," kata Bibi Merry melihat Ganis yang menguap berulangkali. Sangat tidak sopan sekali setelah makan terus ngantuk pikir Ganis. Ia harap semua kekurangannya itu membuat niat Bibi Merry menjadikannya menantu urung. Shawn malah melihat semua perilaku Ganis sangat apa adanya. Itulah yang membuatnya semakin tertarik pada perempuan yang baru dikenalnya beberapa minggu itu. "Ayo aku antarkan kau ke kamar," kata Shawn. "Tapi kau
last updateLast Updated : 2024-02-24
Read more

Bab 97

"Kau mengenalnya?" tanya Shawn melihat Ganis terpaku melihat pria yang kini sedang berdoa di depan sebuah makam itu."Oh tidak. Aku salah orang. Cuma mirip saja. Ayo kita pergi. Aku penasaran di mana tempat tinggal sahabatmu itu," ujar Ganis memilih segera memalingkan muka dan beranjak terlebih dahulu. Ia tak ingin Ramon memergokinya. Shawn tak ingin menanyakan lagi tentang pria itu yang jelas sikap Ganis sedikit berubah setelah melihatnya. Setahunya Ganis tak punya kenalan siapapun di sini. Keduanya tak banyak bicara selama perjalan menuju rumah sahabat Shawn.Rumah sahabat Shawn hanya berjarak beberapa ratus meter dari komplek makam. Nama temannya itu adalah Bonito. Bonito mengelola cafe kecil-kecilan di depan rumahnya. Shawn langsung merangkul sahabatnya dan mengenalkan Ganis. Bonita tersenyum ramah dan menyajikan wine di meja. Beberapa teman lainnya juga ikut bergabung. Beberapa orang cewek berkenalan dengan Ganis. Mereka berpesta untuk Shawn. Semua orang yang hadir adalah teman
last updateLast Updated : 2024-02-24
Read more

Bab 98

"Apa maksudmu melakukan ini?" tanya Ganis menatap paman Gisel tak mengerti. Paman Gisel hanya tersenyum."Aku hanya ingin kau bisa menikmati kota Barcelona dari atas. Sangat menakjubkan. Jadi santailah dan coba lihatlah ke bawah," kata Paman Gisel dengan nada biasa."Kau mau aku bersantai setelah kau menculikku? aku sangat ketakutan tahu! lalu bagaimana dengan Shawn?" protes Ganis. "Jangan khawatir. Copet itu akan mengembalikan ponselmu nanti sore. Kau bisa menghubungi temanmu nanti," ucap paman Gisel kini mulai fokus melihat pemandangan di bawah. "Ya Allah bagaimana bisa kau melakukan semua ini," dengus Ganis. Perlahan ia pun memberanikan diri melihat ke arah bawah. Sangat indah dan memang menakjubkan. Tatanan kota yang begiti unik dan penuh karya seni. Sebuah superblok yang sangat estetik. Spanyol adalah kiblat arsitektur modern. Rumah arsitek Antony Gaudi menuangkan karya besarnya. "Cantik sekali!" seru Ganis mengamati distrik Eixample yang indah. "Tapi kau kan tak perlu samp
last updateLast Updated : 2024-02-25
Read more

Bab 99

Ramon bangkit dari duduknya. Ia memantapkan hatinya untuk membuka kedoknya. Apapun reaksi Ganis nanti. Ia berjalan ke tembok pembatas gedung. Ganis juga beranjak dari duduknya memandang pria bertopeng itu yang sedang membelakanginya. "Tidakkah kau bisa menebaknya sedikit saja Ganis," ucap Ramon mulai melepas soflen mata hitamnya. "Aku sangat sibuk. Mana sempat main tebak-tebakan," kata Ganis tak bisa mengesampingkan keindahan langit senja yang menjadi latar belakang mereka saat ini. "Kau sungguh melupakan suara ini. Aroma tubuhku dan juga segala hal tentangku?" tukas Ramon perlahan melepas topengnya. Hati Ganis mencelos. Ya ia akui suara Paman Gisel dan juga aromanya sepertinya ia pernah mendengar dan menciumnya tapi hatinya selalu menolak untuk berpikir dan menyimpulkan. "Kau yakin aku memang mengenalmu sebelumnya," ucap Ganis mulai merangkai semua ingatan percakapan yang pernah terjadi diantara mereka. "Kau tak ingat tentang rumah yatim yang aku kunjungi dan aku telah men
last updateLast Updated : 2024-02-25
Read more

Bab 100

Ganis keluar dari gedung seni tanpa mempedulikan apapun. Ia berharap Ramon tak mengejarnya atau menyuruh seseorang kembali menangkapnya. Di depan gedung saat ia bingung mencari taxi seseorang mencegatnya. "Nona saya utusan Pak Ramon. Saya akan mengantar anda pulang," ujar pria itu sopan seraya membungkukkan badan dan membukakan pintu sebuah mobil hitam. Ganis mundur dan akan pergi tapi pria itu berteriak. "Nona jangan pergi. Banyak tempat tak aman di sini. Jangan membuat saya kena marah Tuan Ramon," ujar pria itu mengejar Ganis. Ganis berhenti dan menatap pria itu ragu. Pria itu tersenyum ramah. "Maafkan rekan saya tadi yang mungkin membuat Nona takut. Nah mari silahkan naik. Saya akan antarkan Nona ke manapun Nona mau," bujuk pria itu dengan suara lembut. Ganis pun akhirnya memutuskan untuk ikut dan naik ke dalam mobil. Ganis menyebut tempat tinggal Shawn. Tak ada tempat tinggal lain baginya sekarang. Pria itu mengangguk dan melajukan mobilnya menembus malam. Ganis memandang jal
last updateLast Updated : 2024-02-26
Read more
PREV
1
...
789101112
DMCA.com Protection Status