Home / Romansa / Istri Muda Sang Presdir / Chapter 171 - Chapter 180

All Chapters of Istri Muda Sang Presdir: Chapter 171 - Chapter 180

226 Chapters

Bab 171 : Berantakan

“Mas Jiwa mau sampai kapan seperti ini? tak acuh dan bahkan tidak mau tidur satu kamar denganku.”Wangi mendatangi Jiwa yang ada di kamar Ayuda. Apa yang dia inginkan tak berjalan sesuai rencana. Setelah madunya itu pergi bukannya melupakan, Jiwa malah larut dalam nestapanya sendiri.“Tidur denganmu? kamu selalu pulang malam, bahkan kita sudah jarang lagi bercerita dan mencurahkan isi hati satu sama lain, jadi untuk apa aku berada di kamar itu. Lebih baik aku di sini menunggu Ayuda kembali.”Jawaban Jiwa seperti menampar Wangi. Wanita itu tak bisa berkata-kata dan seharusnya sadar kesempatannya kembali harmonis dengan Jiwa sudah tidak ada.Wangi cemburu, dia marah karena sikap Jiwa yang terlalu jauh berbeda. Meski dia sadar sudah tidak ada tempat untuknya, tapi dia tetap memaksa.“Aku hanya ingin istirahat, jadi tolong beri aku sedikit ruang untuk sendiri,” kata Jiwa dengan nada suara tinggi.“Wanita itu sangat licik, dia tahu dengan memilih pergi Mas akan menjadi seperti ini. Mas sep
last updateLast Updated : 2022-12-21
Read more

Bab 172 : Bujuk Jiwa

Ayuda mulai menyesuaikan keadaan dengan membuat dirinya nyaman. Apa yang tidak dia suka dari villa itu dia ubah dan singkirkan. Ayuda menata perlahan ruangan, dan pagi itu dia memulainya dari kamar.“Tidak perlu box bayi karena dia akan tidur di ranjang bersamaku nanti, tapi cat kamar ini terlihat tidak segar, apa aku ganti warna pink saja?” Agaknya Ayuda bisa melupakan sedikit kesedihan dengan hal-hal random di sana. Cukup setiap malam dia meratapi kerinduannya ke Jiwa, dia sadar bahwa perasaan sedih yang dia rasakan bisa dirasakan juga oleh bayinya.“Pink?” Ayuda bergelut dengan pikirannya sendiri. “Sejak kapan aku menyukai warna itu?”Wanita dengan gaun selutut dan rambut diikat kuda itu menggeleng, menurut Ayuda warna merah muda terlalu girly, dia lebih suka warna merah yang berani. Namun, mengecat dinding kamar dengan warna merah agaknya kurang lazim, terlalu mencolok.“Aku harus meminta tolong seseorang untuk menggeser meja rias ini,”ucap Ayuda.Ia terus berbicara dengan dirin
last updateLast Updated : 2022-12-22
Read more

Bab 172 : Yang Patut Diceraikan

“Om, apa Om tahu ke mana kak Ayuda?”Sienna memakan dengan lahap pudding yang seharusnya menjadi jatah Snack Raga. Setelah habis gadis itu bahkan menumpahkan sisa airnya ke dalam mulut seperti bocah yang tak pernah makan makanan kenyal nan lembut itu.“Kamu memanggil Ayuda kakak, tapi memanggilku Om, aku tidak sudi punya keponakan sepertimu!” Raga menjawab dengan ketus.Sebenarnya dia juga penasaran ke mana Ayuda. Ponsel wanita itu tidak aktif, bahkan tak menjenguk setelah dia menjalani operasi.“Om, apa Om mau mendengar lelucon?” Sienna mendekatkan kursi ke Raga. Gadis itu bahkan menaikturunkan alis matanya.“Apa?”“Aku mengunci gadis-gadis jahat yang menjebakku di club malam itu di dalam gudang kampus. Mereka aku tinggal di sana semalaman dan mereka mati kehausan.”Raga merinding, matanya melotot mendengar cerita Sienna yang menyeramkan. “Apa kamu itu psikopat? Lelucon apa? itu tidak lucu Sienna,” amuk Raga.Sienna malah tertawa, dia senang bisa membuat Raga takut. Apa yang dia ucap
last updateLast Updated : 2022-12-22
Read more

Bab 173 : Tidak Bisa Tanpa Restu

Meski sedikit terpaksa Dira akhirnya mau menemui Hanung siang itu. Mereka kini duduk berhadapan di sebuah restoran bergaya Italia. Dira hanya diam menunggu pria di depannya ini bicara. Padahal sudah sangat jelas dia berkata tidak mungkin bisa melanjutkan hubungan tanpa mendapat restu dari ibunda Hanung.“Aku akan bicara pada Mama, beliau tidak akan mungkin menolak jika aku bersungguh-sungguh meminta. Ra, yang kamu butuhkan hanya sabar dan yang aku butuhkan adalah dukungan.”Dira membalas kalimat Hanung dengan tawa penuh ironi. Ia bukan gadis bodoh yang berharap wanita yang membencinya bisa dengan mudah melunak lalu merestui.“Aku serius ingin menikahimu,” ucap Hanung. Ia ingin meraih tangan Dira tapi gadis itu menjauhkannya. Meski begitu Hanung tetap berusaha dan pada akhirnya bisa memegang tangan Dira.“Mas, apa perlu aku tegaskan lagi? aku tidak ingin melanjutkan hubungan yang tidak direstui. Aku bukan gadis bodoh Mas, berharap suatu saat hati Mama mas Hanung terbuka dan mau menerim
last updateLast Updated : 2022-12-22
Read more

Bab 174 : Berita Duka

Dira kaget, ini karena dia bahkan tidak mengenal siapa orang yang mencekal tangan ibunda Hanung.“Siapa yang Anda pikir sedang Anda tampar?”Hari, pria itu menunjukkan wajah garang. Padahal sejatinya dia memiliki wajah yang kalem. Tipikal wajah bapak-bapak yang penuh kasih sayang.“Lepaskan tangannya!” Dira bingung harus menyebut apa ibunda Hanung. Toh wanita itu juga sangat membencinya.Hari melepaskan tangan wanita itu dengan kasar, sebelum memandang Dira dan menunduk memberi hormat.“Nona, saya diminta tuan untuk menjemput Nona,”kata Hari dengan sangat sopan.Ibunda Hanung sampai tak bisa berkata-kata, dia bingung kenapa gadis yang dia anggap tak selevel dengan putranya ini dipanggil dengan sebutan ‘Nona’.“Jaga sikap Anda! Jika tuan Affandi tahu Anda menampar putrinya yang berharga, maka bukan hanya Anda, tapi perusahaan suami Anda juga akan terkena akibatnya.”Hari memersilahkan Dira untuk ikut dengannya, dan karena tidak ada yang bisa dia lakukan dan sampaikan di sana, gadis itu
last updateLast Updated : 2022-12-23
Read more

Bab 175 : Kondisi Kurang Baik

Aldi berdiri di depan meja Affandi pagi itu. Dengan berani memutuskan mengundurkan diri dari perusahaan karena merasa tidak ada lagi ada yang bisa dia kerjakan. Padahal sebelum menjadi sekretaris dan pengawal Ayuda, Aldi juga sudah biasa ditempatkan di bagian berbeda-beda sesuai dengan bagian apa yang sedang membutuhkan pekerja.Keputusan Aldi yang sedikit tergesa ini membuat Affandi bingung, padahal dia baru saja ingin meminta Aldi untuk membantunya membujuk Dira agar mau diajak bertemu.“Kenapa harus keluar? Kamu bisa mendapat posisi lain di perusahaan,”jawab Affandi dengan sorot mata sedikit curiga. Ia masih merasa Aldi tahu keberadaan Ayuda, tapi sengaja merahasiaakan darinya.“Saya ingin rehat sejenak, saya pikir saya sudah terlalu keras dengan diri saya sendiri karena bekerja setiap hari.”Jawaban Aldi membuat Affandi melirik Hari. Ayahanda Ayuda itu berusaha meminta bantuan agar orang kepercayaannya itu bisa ikut membujuk.Paham dengan isyarat yang diberikan oleh atasannya, Har
last updateLast Updated : 2022-12-24
Read more

Bab 176 : Kecurigaan

Dira buru-buru keluar dari rumah sambil menggendong Arca. Ia tidak bisa meninggalkan kucing itu sendirian di rumah karena masih belum memiliki pembantu. Dengan uang yang dia miliki sekarang, naik taksi memutari kota seharian pun tidak akan menjadi masalah. Dira ingin mendatangi langsung rumah Ramahadi untuk memastikan keberadaan Ayuda, tanpa tahu kalau mertua saudara kembarnya itu tengah dirundung duka.Baru saja menutup pintu gerbang rumah, Dira dibuat kaget karena Aldi tiba-tiba muncul. Pria itu memandangi penampilan Dira dari atas sampai bawah, meski sudah tidak perlu melarikan diri atau bersembunyi, tapi Dira masih mengenakan hijab. Dan, mungkin ini lah yang membuat Aldi menyukainya.“Mas Al!”Aldi malah memandangi Dira tanpa berkedip, ini membuat gadis itu sampai harus memukul lengan untuk membuatnya tersadar.“Kamu mau ke mana?”“Mas kenapa ke sini?”Keduanya berucap secara bersamaan, dan saat membuka mulut lagi mereka kembali mengulangi hal yang sama.“Kamu dulu!”“Mas dulu!”A
last updateLast Updated : 2022-12-24
Read more

Bab 177 : Diawasi

“Ayuda pergi, dia tidak meninggalkan pesan sama sekali dan malah memberiku surat cerai.”Jiwa duduk di samping ranjang Raga. Adiknya itu sudah mulai pulih, hanya menunggu beberapa tes lagi sampai diperbolehkan pulang. Linda hanya mendengarkan, dia membereskan nakas yang sedikit berantakan sambil sesekali melirik ekspresi wajah Jiwa.“Dia memang suka mempermainkan perasaan orang, pantas dia datang memberiku bunga sebelum aku menjalani operasi. Dia bilang saat aku bangun bunga itu bisa aku anggap penggantinya. Wanita itu!” Raga mengeluh, tapi merasa salah setelahnya karena muka sang kakak berubah semakin sedih. “Apa kamu tidak mau mencarinya? Cari dia! Bawa dia pulang bersama calon keponakanku yang berharga.”“Ayuda tidak akan mau kembali kepadaku jika aku masih menjadikannya istri ke dua.”“Lalu ceraikan saja Wangi,”sambar Linda dengan cepat.Linda harus rela mendapatkan tatapan heran dari kedua putranya karena kalimat yang baru saja dia ucapkan. Jiwa tidak mungkin menanyakan apa maksu
last updateLast Updated : 2022-12-25
Read more

Bab 179 : Ketahuan

“Kamu tidak bisa melarangku!”“Mas mau pergi ke villa yang mana?” Wangi tak ingin dengan mudah membiarkan sang suami pergi.“Terserah aku, apa pedulimu?” Jiwa merampas kembali tasnya.Namun, Wangi tidak dengan mudah membiarkan. Wanita itu malah memeluk tubuh Jiwa dan memohon agar sang suami tidak bersikap seperti ini.“Aku mohon! Lupakan Ayuda! Anggap saja dia hanya bagian dari ujian rumah tangga kita, Mas.”“Aku tidak bisa melakukannya Wangi, karena sekarang bagiku kamu lah ujian itu,” jawab Jiwa sambil berusaha melepas pelukan sang istri.Setelah terlepas, pria itu kembali menegaskan ucapannya barusan. “Mungkin ini terdengar kejam, tapi aku ingin kita berpisah. Aku menjatuhkan talak cerai padamu.”Wangi tak percaya, dia menggeleng menolak ucapan Jiwa dan bahkan mendorong dada pria itu dengan kasar.“Tidak akan semudah itu bercerai denganku, Mas!”_Di villa tempatnya bersembunyi, Ayuda gelisah. Hari sudah malam tapi bik Nini belum juga kembali. Ia juga tidak memiliki ponsel, jika sa
last updateLast Updated : 2022-12-25
Read more

Bab 180 : Teman Baru Dalam Pelarian

Bertemu dengan pria yang merupakan ayah kandungnya tak membuat Dira bahagia. Sejak datang dia malah merasa dipojokkan. Bukannya menanyakan kabar atau bagaimana hidup yang dia jalani selama ini, Affandi malah bertanya soal kemungkinan dia tahu di mana kebaradaan Ayuda. Affandi masih belum bisa mengendus keberadaan putrinya itu, padahal Ayuda tidak pergi terlalu jauh. Hal ini karena Ramahadi sangat rapi menyembunyikan rahasia. Sejak awal inilah alasan Ramahadi bersikap tak begitu peduli ke Ayuda di depan orang lain. Selain menghindari asumsi negatif dari Ayuda sendiri, dia juga tidak ingin Affandi terlalu mengawasinya. “Jadi kamu benar tidak tahu di mana Ayuda?” “Kenapa Anda terus mengulang pertanyaan yang sama? Apa tidak sedikitpun Anda ingin tahu bagaimana saya menjalani hidup selama ini?” Dira sampai seperti orang yang mengiba, Aldi dan Hari yang juga berada di ruangan itu juga merasakan hal yang sama. Sejak tadi Affandi memang hanya menanyakan tentang Ayuda. Tidak ada sikap hanga
last updateLast Updated : 2022-12-26
Read more
PREV
1
...
1617181920
...
23
DMCA.com Protection Status