"Surat gugatan cerai?" Raka sungguh terkejut saat membaca isi surat dari amplop coklat itu. Seketika Raka panik. Dia tidak menyangka Shinta diam-diam mengurus perceraian mereka. Kemarin istrinya itu sama sekali tidak menyinggung tentang perceraian. Raka lantas berdiri dan langsung melangkah menuju ruangan Shinta. "Maira, Aku mau bicara." Shinta melihat amplop coklat dalam genggaman Raka. Ia sudah menduga kalau suaminya itu sudah menerima surat gugatannya. "Dewi, kita lanjutkan nanti. Aku mau bicara dengan Bapak dulu." Dewi mengangguk mendengar ucapan Shinta, lalu keluar dari ruangannya. Sepeninggal Dewi, Raka langsung menghampiri Shinta dan memeluknya erat. Shinta kelabakan, tak sempat mengelak, karena dipeluk secara tiba-tiba. "Maira ..., Aku mohon ..., maafkan aku, maafkan Aku ...!" "Tolong lepas, Mas!" Shinta terus berusaha melepaskan diri. "Tidak! Kamu tidak boleh pergi dariku. Kamu milikku, Maira. Tidak ada seorangpun boleh memilikimu. Kamu hanya milikku, Maira ... M
Baca selengkapnya